misa.lagu-gereja.com        
 
View : 11706 kali
Materi Khotbah Katolik 2019
Minggu, 3 Februari 2019
(Lukas 4:21-30)

Minggu, 3 Februari 2019 - Ketika Dia mengklaim diri-Nya sebagai penggenapan nubuat Mesianis - Lukas 4:21-30 - BcO Rm. 11:25-36 - Hari Minggu Biasa IV

Minggu, 3 Februari 2019
Hari Minggu Biasa IV
Yer. 1:4-5,17-19; Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17;
1Kor. 12:31-13:13 (1Kor. 13:4-13);
Lukas 4:21-30
BcO Rm. 11:25-36.
warna liturgi Hijau

Lukas 4:21-30

 4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." 4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" 4:23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" 4:24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 4:25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 4:26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 4:27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." 4:28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 4:29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.


Penjelasan:


* Luk 4:21 - Pada hari ini genaplah nas ini
Pada hari ini genaplah nas ini. Kata-kata pembukaan si pembaca itu pastilah mengejutkan para pendengar. Mereka sudah mengenal Dia sejak kanak-kanak dan mereka menerima Dia sebagaimana adanya. Ketika Dia mengklaim diri-Nya sebagai penggenapan nubuat Mesianis ini, mereka terheran-heran.

* Luk 4:22 - Kata-kata yang indah // Bukankah Ia ini anak Yusuf?
Kata-kata yang indah. Lukas tidak melaporkan apa yang dikatakan Yesus waktu itu secara kata demi kata. Yesus pastilah telah menguraikan bagian pertama ayat tersebut dengan mengaitkannya pada diri-Nya sendiri. Bukankah Ia ini anak Yusuf? Pertanyaan penduduk desa ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengetahui apa-apa mengenai asal-usul Yesus, dan menganggap Dia sebagai anak Yusuf dan Maria melalui kelahiran alamiah. Ketika Yesus memperkuat klaim-Nya, mereka mempertanyakan hak-Nya melakukan hal itu.

* Luk 4:23 - Tabib, sembuhkan dirimu sendiri
Tabib, sembuhkan dirimu sendiri. Tuhan sering kali mengajar dengan mempergunakan amsal atau perumpamaan. Pada kesempatan ini Dia sedang menanggapi tuntutan itu agar melakukan mukjizat di Nazaret sebagaimana telah dilakukan-Nya di Kapernaum.

* Luk 4:24 - Tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya
Tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Di dalam ayat-ayat selanjutnya Yesus mengemukakan bukan saja bahwa Dia sudah siap untuk ditolak di tempat asal-Nya sendiri, tetapi juga bahwa pelayanan-Nya yang terbesar adalah kepada dunia bukan Yahudi.

* Luk 4:28 - Sangat marahlah semua orang ... itu
Sangat marahlah semua orang ... itu. Pernyataan-Nya bahwa Dia tidak akan melayani penduduk Nazaret sebab mereka tidak mau menerima-Nya membangkitkan amarah mereka, dan mereka berusaha membunuh-Nya beramai-ramai.

* Luk 4:29 - Tebing gunung
Tebing gunung. Nazaret dibangun di atas daerah berbukit, beberapa di antara bukit-bukit itu cukup curam.

* Luk 4:30 - Berjalan lewat dari tengah-tengah mereka
Berjalan lewat dari tengah-tengah mereka. Kehadiran-Nya yang berwibawa dan perlindungan ilahi membuat-Nya tidak terluka ketika berjalan di tengah-tengah massa yang marah itu.

*   Kekaguman mereka (ay. 22). Semua orang itu membenarkan Dia, bahwa perkataan-Nya sangat mengagumkan dan berarti. Mereka semua memuji-Nya dan merasa heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh apa yang terjadi berikutnya, sesungguhnya mereka tidak percaya kepada-Nya. Perhatikanlah, sangatlah mungkin bahwa orang-orang yang menjadi pengagum seorang pelayan Tuhan dan mengagumi pengajarannya yang baik, bukanlah orang-orang Kristen yang sejati. Perhatikanlah,

Pertama, apa yang sebenarnya mereka kagumi: Kata-kata indah yang diucapkan Yesus. Kata-kata anugerah adalah kata-kata indah yang diucapkan dengan cara yang meyakinkan dan menarik hati. Perhatikanlah, perkataan-perkataan Kristus adalah perkataan anugerah, karena kemurahan tercurah pada bibir-Nya (Mzm. 45:3), kata-kata anugerah itu tercurah dari bibir-Nya itu. Kata-kata anugerah ini hendaklah dikagumi. Nama yang diberikan kepada Kristus adalah Penasihat Ajaib. Nama-Nya memang sungguh Ajaib dalam anugerah-Nya, dalam perkataan anugerah-Nya dan kuasa yang menyertainya. Kita pun terkagum-kagum bahwa Ia bersedia mengucapkan kata-kata anugerah seperti itu kepada orang-orang celaka hina seperti kita-kita ini.

Kedua, apa yang membuat mereka bertambah kagum lagi, dan itu adalah pertimbangan mereka tentang asal-usul-Nya Bukankah Ia ini anak Yusuf, bukankah Ia dari keturunan yang sederhana saja, dan pendidikan-Nya juga rendah? Mungkin dengan alasan ini sebagian orang semakin mengagumi kata-kata-Nya yang indah, dan menyimpulkan bahwa Ia tentunya telah diajar oleh Allah sendiri, sebab mereka tidak mengenal siapa pun yang telah mengajar Dia. Sementara sebagian lainnya mungkin dengan melihat alasan ini malah batal mengagumi kata-kata-Nya yang indah, dan menyimpulkan bahwa tidak ada apa pun yang dapat dikagumi dalam kata-kata-Nya itu, betapapun indahnya kata-kata itu, karena Dia adalah anak Yusuf. Dapatkah sesuatu yang besar atau yang layak untuk diperhatikan berasal dari seorang yang begitu hina?

Kristus mengetahui sebelumnya pasti ada keberatan timbul di dalam benak sebagian besar pendengar-Nya.

            Perhatikanlah:
                [1] Apa keberatan mereka itu (ay. 23): "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku, hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Karena kamu tahu bahwa Aku adalah Anak Yusuf, tetanggamu, kamu pasti berharap bahwa Aku harus bisa membuat banyak mujizat di antara kamu, seperti yang telah aku kerjakan di tempat-tempat lain; seperti yang diharapkan orang dari seorang tabib, bahwa jika ia memang mampu, ia harus bisa menyembuhkan bukan hanya dirinya sendiri, tetapi juga sanak saudara dan sahabat-sahabatnya." Sebagian besar mujizat Kristus adalah mujizat kesembuhan. "Nah, mengapa orang-orang sakit di kotamu sendiri tidak disembuhkan seperti orang-orang di kota lain?" Penyembuhan-penyembuhan tersebut dirancang untuk menyembuhkan orang dari ketidakpercayaan mereka. "Nah, kalau begitu mengapa penyakit ketidakpercayaan, kalau itu memang suatu penyakit, tidak disembuhkan di kota-Mu sendiri seperti yang terjadi di kota-kota lain? Segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum, yang begitu banyak dibicarakan orang, perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu juga." Mereka merasa senang dengan kata-kata Kristus yang indah, hanya karena mereka berharap kata-kata itu akan mengawali pekerjaan-pekerjaan ajaib-Nya nanti. Selanjutnya mereka ingin supaya orang-orang lumpuh, buta, sakit, dan kusta disembuhkan dan ditolong, sehingga beban kota itu menjadi ringan. Itulah hal utama yang mereka harapkan. Mereka berpendapat bahwa kota mereka sama layaknya untuk dijadikan panggung mujizat seperti kota-kota lainnya. Bukankah sudah seharusnya Ia menarik kelompok pengikut-Nya dari kota itu daripada dari kota-kota lainnya? Mengapa para tetangga dan kenalan-Nya tidak memperoleh keuntungan dari pengajaran dan mujizat-mujizat-Nya? Mengapa justru orang lain?
                [2] Bagaimana Ia menjawab keberatan terhadap langkah yang Ia ambil ini.
                    Pertama, dengan menggunakan alasan yang gamblang dan tegas mengapa Ia tidak menjadikan Nazaret sebagai markas besar-Nya (ay. 24), karena benarlah yang sudah umum diketahui orang, bahwa tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Pengalaman membuktikan hal ini, bahwa setidaknya mereka kurang begitu dihargai dan hampir tidak ada kesempatan untuk berbuat baik seperti di tempat-tempat lain. Ketika para nabi diutus membawakan pesan mujizat belas kasihan, hanya sedikit orang setempat, yang mengenal garis keturunan dan pendidikan para nabi itu, yang mau menerima mereka. Begitulah menurut Dr. Hammond (theolog Inggris abad ketujuh belas -- pen.). Keakraban dapat melahirkan celaan. Kita mudah memandang rendah orang-orang yang perilakunya telah biasa kita ketahui, dan mereka yang kehidupannya sebagai orang biasa sudah dikenal akrab, jarang memperoleh penghormatan sebagai nabi. Yang paling dihargai adalah sesuatu yang sulit didapat dan mahal harganya, jauh di atas sesuatu yang dapat dibuat sendiri, meskipun yang dibuat sendiri itu sebenarnya lebih unggul. Hal seperti ini juga muncul karena rasa iri hati yang umum terjadi di antara para tetangga atau sahabat. Mereka tidak tahan melihat orang lebih unggul daripada mereka, sementara beberapa waktu yang lalu orang ini lebih rendah dari mereka. Karena alasan inilah Kristus urung membuat mujizat atau melakukan sesuatu yang luar biasa di Nazaret, karena prasangka orang-orang di sana yang telah berurat akar terhadap Dia.
                    Kedua, dengan memberikan contoh yang berkaitan tentang dua nabi paling terkenal dari Perjanjian Lama yang lebih memilih bekerja di antara bangsa asing daripada bekerja di antara orang sebangsanya, dan tidak diragukan lagi bahwa mereka melakukan semua ini di bawah bimbingan ilahi.
                        . Elia mencukupi kebutuhan hidup seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon, seorang asing bagi bangsa Israel, ketika terjadi bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri (ay. 25-26). Kisah ini dapat kita baca selengkapnya di dalam 1 Raja-raja 17:9 dst. Dikatakan di sana bahwa langit tertutup selama tiga tahun enam bulan, sedangkan di dalam 1 Raja-raja 18:1 dikatakan bahwa pada tahun ketiga Elia menunjukkan diri kepada Ahab, dan turunlah hujan di sana. Namun, itu bukan tahun ketiga masa kekeringan, tetapi tahun ketiga Elia tinggal bersama perempuan janda di Sarfat itu. Sama seperti Allah di sini ingin menyatakan diri-Nya sebagai Bapa dari anak yatim dan Pelindung bagi para janda, begitu pula Ia hendak menunjukkan bahwa Ia kaya di dalam rahmat kepada semua orang, bahkan juga kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi (ay. 27).
                        . Elisa menyembuhkan Naaman, orang Siria (atau Aram -- pen.) itu, dari penyakit kustanya, sekalipun ia orang Siria, yang bukan saja orang asing, tetapi juga musuh bagi Israel (ay. 27). Pada zaman nabi Elisa, ada banyak orang kusta di Israel, khususnya empat orang, membawa kabar tentang orang Aram yang mengepung Samaria dan kemudian melarikan diri tunggang langgang meninggalkan begitu saja barang-barang rampasan di dalam kemah-kemah mereka untuk memperkaya Samaria. Ketika itu Elisa sendiri sedang berada di dalam kota yang terkepung itu, dan yang sedang terjadi ini adalah penggenapan dari nubuatnya juga (2Raj. 7:1, 3 dst.). Namun, kita tidak menemukan di sana bahwa Elisa mentahirkan orang-orang kusta itu sebagai imbalan atas pelayanan mereka atau pun atas kabar baik yang disampaikan mereka. Sebaliknya, Ia hanya mentahirkan si orang Siria itu, karena tidak seorang pun dari antara mereka memiliki iman untuk menghadap nabi itu supaya disembuhkan. Kristus sering menjumpai iman yang lebih besar di antara orang bukan-Yahudi daripada di antara orang Israel. Dan di sini Ia menyebutkan kedua contoh ini untuk menunjukkan bahwa mujizat-mujizat yang dibuat-Nya tidak tergantung pada kehendak pribadi, tetapi sesuai dengan penetapan Allah yang bijaksana. Mungkin saja orang-orang Israel juga berseru kepada Elia atau Elisa seperti yang diperbuat orang-orang Nazaret kepada Kristus, 'Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri.' Padahal Kristus telah mengadakan mujizat-mujizat di antara orang Israel sendiri, walaupun bukan di antara orang-orang sekampung-Nya, sementara kedua nabi besar ini membuat mujizat mereka di antara bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Inilah contoh-contoh dari orang-orang kudus, yang meskipun tidak mau mengubah perbuatan jahat menjadi baik, namun bersedia membantu membebaskan suatu perbuatan baik dari kecaman orang-orang tertentu.
        . Bagaimana Ia dianiaya di Nazaret.
            (1) Yang menyulut amarah mereka adalah perkataan-Nya yang menunjukkan belas kasihan Allah kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi melalui contoh Nabi Elia dan Elisa. Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu (ay. 28). Semua orang bersikap seperti itu. Sungguh sebuah perubahan sikap yang besar dibandingkan dengan ayat 22, ketika mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya. Begitu tidak pastinya pendapat dan kasih sayang orang banyak itu, begitu mudahnya berubah-ubah. Jika saja mereka menggabungkan iman dengan kata-kata indah yang diucapkan Kristus yang mereka kagumi itu, mereka tentunya akan disadarkan oleh kata-kata-Nya yang terakhir tentang peringatan-Nya agar tidak melakukan dosa dengan membuang-buang kesempatan. Mereka hanya menyenangkan telinga, tidak lebih dari itu. Oleh karenanya, kata-kata terakhir itu menyakiti telinga mereka, sehingga menyulut tabiat buruk mereka. Mereka marah karena Ia yang mereka kenal sebagai anak Yusuf, menyamakan diri-Nya dengan nabi-nabi besar itu dan menyamakan mereka dengan orang-orang dari zaman yang jahat itu, ketika semua orang bertekuk lutut menyembah Baal. Tetapi yang terutama menggusarkan mereka adalah bahwa Yesus menunjukkan sejumlah kemurahan yang disediakan Allah kepada orang-orang bukan-Yahudi, sesuatu yang membuat mereka tidak tahan untuk memikirkannya (Kis. 22:21). Nenek moyang mereka yang saleh menyukakan hati mereka sendiri dengan harapan dapat membawa orang-orang bukan-Yahudi itu ke dalam jemaat mereka (banyak kesaksian tentang ini terdapat di dalam Mazmur Daud dan nubuat Nabi Yesaya). Tetapi bangsa yang semakin merosot akibat meninggalkan sendiri wasiat yang telah diberikan kepada mereka itu sangat membenci setiap pemikiran yang mengatakan bahwa bangsa lain akan mengambil alih wasiat itu.
            (2) Mereka tersulut sedemikian hebat, sehingga berusaha membunuh Yesus. Ini adalah ujian yang berat pada saat Ia baru memulai pelayanan-Nya, dan merupakan contoh nyata dari sesuatu yang terjadi ketika Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
                [1] Mereka bangkit berhamburan menyerang Dia dan menghentikan pembicaraan-Nya serta ibadah mereka sendiri, sebab mereka tidak dapat menunggu sampai kebaktian dalam rumah ibadat itu usai.
                [2] Mereka menghalau Yesus ke luar kota, sebagai orang yang tidak pantas menjadi penduduk negeri itu bersama-sama mereka, meskipun Ia sudah begitu lama bermukim di sana. Mereka menghalau Sang Juruselamat dari diri mereka sendiri dan keselamatan mereka sendiri, seolah-olah Ia orang buangan dan sampah masyarakat. Betapa pantasnya seandainya Dia menyuruh api turun dari langit ke atas mereka! Tetapi inilah saatnya Ia harus menunjukkan kesabaran-Nya.
                [3] Mereka membawa Dia ke tebing gunung, dengan maksud melemparkan Dia dari tebing itu, seperti orang yang tidak pantas lagi untuk hidup. Mereka tahu selama ini Ia hidup baik-baik di antara mereka bertahun-tahun lamanya. Mereka juga tahu betapa cemerlangnya perilaku-Nya. Mereka telah mendengar ketenaran-Nya dan baru saja merasa takjub akan kata-kata-Nya yang indah. Dan untuk adilnya seharusnya Ia diperbolehkan memberikan keterangan dan kebebasan untuk menjelaskan perihal diri-Nya sendiri. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, mereka menghalau-Nya dengan kegeraman yang hebat, atau lebih tepatnya dengan kegilaan yang dahsyat, untuk membunuh Dia dengan cara yang paling biadab. Adakalanya mereka siap melempari Dia dengan batu atas perbuatan baik yang Ia lakukan (Yoh. 10:32), tetapi di sini Ia mau dibunuh karena tidak mau melakukan perbuatan baik yang mereka harapkan dari Dia. Sampai sejauh itu jadinya kejahatan yang ditimbulkan oleh kekerasan yang melonjak.
            (3) Tetapi Ia berhasil meloloskan diri, karena saat-Nya belum tiba. Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka tanpa terluka. Mungkin Allah membutakan mata mereka seperti yang pernah Ia lakukan terhadap orang Sodom dan Aram, atau Ia mengikat tangan mereka atau memenuhi mereka dengan kebingungan, sehingga mereka tidak dapat melakukan apa yang telah mereka rencanakan. Semua ini dapat terjadi karena pekerjaan-Nya belum selesai, baru saja dimulai. Saat-Nya belum tiba, ketika saat itu tiba, Ia akan menyerahkan diri dengan sukarela. Mereka menghalau Dia dari mereka, dan Ia pergi menempuh jalan-Nya sendiri. Ia ingin mengumpulkan Nazaret, tetapi mereka tidak mau, itulah sebabnya rumah mereka akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Hal ini menambah celaan atas keberadaan-Nya sebagai Yesus dari Nazaret, sebuah tempat yang bukan saja tidak mungkin memberikan sesuatu yang baik, tetapi juga tempat yang jahat, kasar, dan begitu bengis terhadap-Nya. Namun, ada pengaturan Allah di dalamnya supaya Ia tidak terlampau dihormati oleh orang-orang Nazaret itu, sehingga tidak akan tampak bahwa ia mengadakan persekongkolan dengan kerabat dan kenalan lama-Nya. Tetapi sekarang, meskipun mereka tidak menerima Dia, masih ada orang-orang yang mau menerima-Nya.

Label:   Lukas 4:21-30 



Daftar Label dari Kategori Materi Khotbah Katolik 2019
Lukas 10:1-9(1)
Lukas 15:1-3.11-32(1)
Lukas 18:9-14(1)
Lukas 1:1-4;4:14-21(1)
Lukas 22:14-23:56(1)
Lukas 24:13-35(1)
Lukas 2:22-40(1)
Lukas 4:1-13(1)
Lukas 4:21-30(1)
Lukas 5:1-11(1)
Lukas 5:27-32(1)
Lukas 6:27-38(1)
Lukas 6:39-45(1)
Lukas 9:11b-17(1)
Lukas 9:28b-36(1)
Lukas 9:51-62(1)
Markus 10:13-16(1)
Markus 16:9-15(1)
Markus 6:30-34(1)
Markus 9:2-13(1)
Matius 16:13-19(1)
Matius 5:43-48(1)
Matius 6:24-34(1)
Yohanes 10:27-30(1)
Yohanes 11:1-45(1)
Yohanes 11:45-56(1)
Yohanes 13:31-33a,34-35(1)
Yohanes 14:15-26 14:15-16,23b-26(1)
Yohanes 14:23-29(1)
Yohanes 14:7-14(1)
Yohanes 15:18-21(1)
Yohanes 16:23b-28(1)
Yohanes 17:20-26(1)
Yohanes 21:1-19(1)
Yohanes 21:20-25(1)
Yohanes 2:1-11 (1)
Yohanes 4:5-42(1)
Yohanes 6:16-21(1)
Yohanes 6:60-69(1)
Yohanes 7:40-53(1)
Yohanes 9:1-41(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Sabtu, 9 Februari 2019 - Yesus memberi makan lima ribu orang - Markus 6:30-34 - BcO Roma 16:1-27 - Hari Biasa

PREV:
Sabtu, 2 Februari 2019 - Kristus, Simeon, dan Hana di Bait Allah - Lukas 2:22-40 - BcO Kel. 13:1-3a,11-16.- Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah





Arsip Materi Khotbah Katolik 2019..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)