misa.lagu-gereja.com        
 
View : 8720 kali
Materi Khotbah Katolik 2019
Minggu, 30 Juni 2019
(Lukas 9:51-62)

Materi Khotbah Katolik Minggu, 30 Juni 2019 - Lukas 9:51-62 - BcO 1Sam. 5:1,6-6:4 - Hari Minggu Biasa XIII

#tag:

Minggu, 30 Juni 2019
Hari Minggu Biasa XIII
1Raj. 19:16b,19-21; Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; Gal 5:1,13-18;
Lukas 9:51-62.
BcO 1Sam. 5:1,6-6:4.
warna liturgi Hijau

Lukas 9:51-62
Yesus dan orang Samaria
9:51 Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, 9:52 dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. 9:53 Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. 9:54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" 9:55 Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. 9:56 Lalu mereka pergi ke desa yang lain.
Hal mengikut Yesus
9:57 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." 9:58 Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." 9:59 Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku." 9:60 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." 9:61 Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." 9:62 Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."

Penjelasan:


* Luk 9:51 - Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke surga // diangkat
Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke surga. Bisa ada dua penafsiran: Lukas mempergunakan istilah diangkat (bdg. Kis. 1:2) dalam arti luas yaitu dari seluruh pelayanan Kesengsaraan (termasuk Kenaikan) Yesus, atau, Lukas secara tidak langsung mengatakan bahwa Yesus, bukannya langsung kembali kepada Bapa pada puncak karier-Nya, malah secara sengaja memilih jalan yang menuju ke salib. Pandangan kedua memperoleh sedikit dukungan dalam Ibrani 12:2 yang mengatakan bahwa "dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti kemuliaan yang disediakan bagi Dia."

* Luk 9:52 - Suatu desa orang Samaria
Suatu desa orang Samaria. Orang Samaria merupakan keturunan penduduk pendatang yang telah ditempatkan di Palestina oleh para raja Asyur setelah jatuhnya Kerajaan Utara pada tahun 721 sM. Karena darah campuran mereka dam kebiasaan agama yang berbeda, orang Yahudi membenci mereka. Para peziarah ke Yerusalem pada umumnya tidak akan melewati Samaria.

* Luk 9:54 - Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun
Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun. Yakobus dan Yohanes membenci sikap melecehkan Yesus dan ingin membalas.

* Luk 9:58 - Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya
Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Penolakan di Samaria memperkuat pernyataan ini. Tuhan segenap bumi memiliki lebih sedikit dibandingkan dengan hewan dan burung.

* Luk 9:59 - Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku
Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku. Pembicara itu tidak bermaksud mengatakan bahwa ayahnya meninggal pada hari tersebut, tetapi bahwa dia berkewajiban untuk merawat ayahnya hingga meninggal.

* Luk 9:60 - Biarlah orang mati menguburkan orang mati
Biarlah orang mati menguburkan orang mati. Orang yang rohaninya lumpuh bisa menunggu kematian; Yesus memanggil orang yang hidup secara rohani untuk mengikut diri-Nya.

* Luk 9:62 - Setiap orang yang siap ... untuk membajak, tetapi menoleh ke belakang tidak layak untuk Kerajaan Allah. Menoleh ke belakang
Setiap orang yang siap ... untuk membajak, tetapi menoleh ke belakang tidak layak untuk Kerajaan Allah. Menoleh ke belakang adalah suatu tindakan yang berkesinambungan. Seorang petani yang membajak harus senantiasa melihat ke depan kalau ia ingin membajak mengikuti alur yang lurus.

* Orang Samaria Menolak Kristus; Semangat Yakobus dan Yohanes yang Salah (9:51-56)
    Kisah ini tidak kita dapati dalam ketiga Injil yang lain, dan sepertinya kisah ini dimuat di sini karena pertaliannya dengan kejadian sebelumnya, karena dalam kejadian ini Kristus juga menegur murid-murid-Nya karena iri hati demi kepentingan-Nya. Dalam kejadian sebelumnya, dengan dalih semangat bagi Kristus, mereka lalu berusaha membungkam dan mencegah orang-orang di luar lingkungan mereka. Dalam kejadian ini, dengan dalih yang sama, mereka berusaha membinasakan orang-orang bukan-Yahudi itu. Baik untuk kejadian sebelumnya maupun yang sekarang ini, Kristus menegur mereka, sebab sikap keras dalam mempertahankan pendirian dan penganiayaan sama sekali bertolak belakang dengan sikap Kristus dan Kekristenan.
    Perhatikanlah di sini:

    I. Kesediaan dan ketetapan hati Yesus Tuhan kita dalam melaksanakan tugas berat bagi penebusan dan keselamatan kita. Mengenai hal ini kita dapati sebuah contoh: Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem (ay. 51).

    Perhatikanlah:

        . Sudah ditentukan waktunya bagi penderitaan dan kematian Yesus Tuhan kita, dan Ia tahu betul kapan itu akan terjadi. Ia sudah melihatnya dengan jelas dan pasti, namun Ia sama sekali tidak berusaha menghindar, sebaliknya Ia malah tampil dengan lebih terang-terangan di depan khalayak ramai dan bekerja semakin giat lagi, karena tahu bahwa waktu-Nya sangat singkat.
        . Ketika tahu bahwa kematian dan penderitaan-Nya sudah semakin dekat, Ia mengarahkan pandangan menembus kematian dan penderitaan-Nya itu dan untuk melihat apa yang ada jauh ke depan, yaitu kemuliaan yang akan mengikuti setelah itu. Ia memandangnya sebagai saat ketika Ia akan diangkat dalam kemuliaan (1Tim. 3:16), diangkat ke langit tertinggi untuk duduk di atas takhta. Musa dan Elia berbicara tentang kematian-Nya sebagai saat untuk meninggalkan dunia ini, supaya kematian itu tidak terasa menakutkan. Akan tetapi, Ia melangkah lebih jauh lagi, dan memandang kematian itu sebagai perubahan menuju dunia yang lebih baik, sehingga menjadikan kematian itu sebagai sesuatu yang sangat dirindukan. Semua orang Kristen yang sejati boleh menerapkan pikiran yang sama tentang kematian dan menyebutnya sebagai pengalaman diangkat, untuk berada bersama Kristus di tempat Ia berada, supaya bila saat bagi mereka untuk diangkat sudah tiba, biarlah mereka menengadahkan kepala dan yakin bahwa penyelamatan mereka sudah dekat.
        . Dengan melihat sukacita yang disediakan bagi-Nya inilah, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, tempat di mana Ia akan menderita dan mati. Ia benar-benar bertekad untuk pergi dan tidak mau dibujuk untuk tidak melakukannya. Ia langsung pergi ke Yerusalem, sebab sekarang di situlah tugas-Nya menanti. Ia juga tidak pergi ke kota-kota lain atau mengambil jalan pintas, sebab seandainya Ia melakukan hal itu seperti yang biasa dilakukan-Nya, Ia mungkin saja akan menghindari Samaria. Dengan penuh semangat dan ceria Ia pergi ke sana, meskipun mengetahui hal-hal yang akan menimpa-Nya di situ. Ia tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, tetapi meneguhkan hatinya seperti keteguhan gunung batu karena tahu bahwa Ia bukan saja akan dibenarkan, tetapi juga dimuliakan (Yes. 50:7). Ia bukannya direndahkan, tetapi malah diangkat. Betapa hal ini sudah sepantasnya membuat kita malu dengan keengganan kita bekerja dan menderita bagi Kristus! Kita telah menarik diri dan membuang muka dari pelayanan-Nya, padahal Ia telah dengan tabah mengarahkan pandangan menghadapi semua perlawanan, dan menyelesaikan tugas demi keselamatan kita.
    II. Kekasaran orang Samaria di suatu desa (yang tidak disebut namanya karena memang tidak layak disebut), yang tidak mau menerima Dia, atau membiarkan-Nya singgah untuk makan dan beristirahat di kota mereka, walaupun perjalanan-Nya melewati desa itu.

    Perhatikanlah di sini:

        . Betapa sopannya Dia terhadap mereka: Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia, yakni beberapa dari antara murid-murid-Nya yang pergi untuk mencari penginapan dan mencari tahu apakah Ia diperbolehkan mendapatkan tempat menginap bagi diri-Nya dan para pengikut-Nya di antara penduduk situ, sebab Ia datang bukan untuk menyakiti hati atau menyinggung perasaan mereka karena jumlah para pengikut-Nya itu. Ia mengutus beberapa orang untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya, bukan untuk gagah-gagahan, melainkan demi kemudahan, dan supaya kedatangan-Nya tidak mengejutkan.
        . Betapa tidak sopannya sikap mereka terhadap-Nya (ay. 53). Mereka tidak menerima Dia, dan tidak mau membiarkan-Nya datang ke desa mereka, dan malah memerintahkan penjaga untuk mengusir-Nya. Padahal, sebenarnya Ia bisa saja membayar untuk segala sesuatu yang diminta-Nya, dan menjadi tamu yang murah hati di antara mereka, berbuat baik kepada mereka, serta memberitakan Injil kepada mereka seperti yang dilakukan-Nya beberapa waktu sebelumnya di kota Samaria yang lain (Yoh. 4:41). Seandainya mereka berkenan, Ia akan menjadi berkat terbesar yang pernah datang ke desa mereka, namun mereka melarang Dia masuk. Perlakuan seperti ini sering dihadapi oleh Injil dan para pemberitanya. Nah, alasan penolakan mereka adalah karena perjalanan-Nya menuju ke Yerusalem. Melalui gerak-gerik-Nya, mereka mengamati bahwa Ia sedang berjalan ke arah sana. Pertentangan hebat di antara orang Yahudi dan Samaria berkisar soal tempat ibadah -- apakah tempat itu adalah Yerusalem atau gunung Gerizim di dekat Sikhar (Yoh. 4:20). Pertentangan di antara mereka itu begitu hebatnya sehingga orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria, begitu pula sebaliknya (Yoh. 4:9). Namun, kita dapat menduga bahwa mereka tidak menolak orang-orang Yahudi lain yang hendak menginap di antara mereka, terutama ketika mereka sedang menuju Yerusalem untuk hari perayaan, sebab seandainya sejak dahulu mereka selalu menolak, Kristus tentunya tidak akan mencoba mencari penginapan di situ. Lagi pula, orang Galilea terpaksa harus mengambil jalan putar yang jauh bila hendak menuju ke Yerusalem jika tidak melalui Samaria. Namun, orang Samaria sangat marah kepada Kristus, seorang guru terkenal, karena mengakui dan setia kepada Bait Allah di Yerusalem, padahal para imam di tempat itu begitu bermusuhan dengan-Nya, dan orang Samaria berharap hal ini akan membuat-Nya datang serta beribadah di Bait Allah milik mereka dan mendatangkan nama baik bagi tempat itu. Namun, ketika melihat bahwa Ia hendak menuju Yerusalem, mereka pun tidak mau menunjukkan sopan santun yang mungkin pernah mereka berikan kepada-Nya saat melewati daerah mereka.
    III. Kemarahan Yakobus dan Yohanes terhadap penghinaan ini (ay. 54). Ketika keduanya mendengar berita penolakan ini, hati mereka langsung terbakar dan tidak ada yang dapat memuaskan mereka selain mengirim kebinasaan kota Sodom ke atas desa ini. "Tuhan," kata mereka, "beri kami izin untuk memerintahkan api turun dari langit, bukan sekadar untuk menakut-nakuti mereka, tetapi juga untuk membakar habis mereka."
        . Di sini memang tampak sesuatu yang patut dipuji, karena menunjukkan:
            (1) Keyakinan kuat terhadap kuasa yang telah mereka terima dari Yesus Kristus. Meskipun hal ini belum disebutkan dalam tugas perutusan mereka, dengan satu perkataan saja mereka dapat menyuruh api turun dari langit. Theleis eipōmen -- Maukah Engkau supaya kami ucapkan perkataan itu, maka hal itu akan terjadi.
            (2) Semangat yang meluap-luap demi kehormatan Guru mereka. Mereka menganggap sungguh tidak pantas bila Dia yang berbuat baik di mana pun Ia datang, mendapati bahwa bukannya sambutan hangat yang mereka terima, melainkan larangan untuk melintas oleh sekelompok orang Samaria yang tidak berharga. Mereka tidak tahan dan marah bahwa Guru mereka disepelekan seperti itu.
            (3) Walaupun marah, mereka bersikap tunduk pada niat baik dan perkenan Guru mereka. Mereka tidak akan melakukan hal itu kecuali Kristus mengizinkannya: Maukah Engkau supaya kami melakukannya?
            (4) Rasa hormat terhadap teladan para nabi sebelum mereka. Itu tindakan yang sama seperti yang dilakukan Elia. Mereka tidak akan terpikirkan untuk melakukan hal itu seandainya Elia dahulu tidak melakukannya terhadap para serdadu yang datang untuk menangkapnya (2Raj. 1:10, 12). Peristiwa yang terjadi sebelumnya ini menjadi peringatan bagi mereka. Begitu mudahnya kita salah menerapkan teladan yang diberikan orang-orang bijak, dan menyangka bahwa kita telah berbuat benar, padahal kita melakukannya sekehendak hati kita dan tidak pada tempatnya.
        . Namun, meskipun apa yang mereka katakan itu ada benarnya, masih ada banyak kekeliruan di dalamnya:
            (1) Ini bukan pertama kalinya dalam sekian banyak kejadian, bahwa Yesus Tuhan kita dihina seperti itu. Lihat saja bagaimana orang-orang Nazaret mengusir-Nya keluar dari kota mereka, dan orang Gadara ingin agar Dia keluar dari daerah mereka. Namun, meskipun demikian, Ia tidak pernah menjatuhkan hukuman ke atas mereka, melainkan dengan sabar tetap bertahan dengan keadaan yang menyakitkan itu.
            (2) Ini adalah orang-orang Samaria, yang memang tidak bisa terlampau diharapkan, dan mungkin mereka telah mendengar bahwa Kristus telah melarang murid-murid-Nya masuk ke dalam kota orang Samaria (Mat. 10:5), sehingga perlakuan mereka ini tidak bisa dibilang lebih buruk daripada orang-orang lain yang tahu lebih banyak tentang Kristus dan telah menerima begitu banyak kebaikan dari-Nya.
            (3) Boleh jadi hanya beberapa orang saja dari desa itu yang tahu tentang kejadian itu atau yang mengirim pesan kasar itu kepada-Nya, sementara tanpa mengetahuinya sedikit pun, ada banyak penduduk desa itu yang seandainya mendengar bahwa Kristus berada sedekat itu dengan mereka, pasti akan pergi menjumpai dan menyambut Dia. Haruskah seluruh penduduk desa itu dibinasakan dan hangus karena kejahatan segelintir orang? Apakah murid-murid itu mau supaya orang-orang yang benar juga dibinasakan bersama yang jahat?
            (4) Guru mereka belum pernah menyuruh api turun dari langit dalam kesempatan mana pun. Tidak, Ia bahkan menolak memberikan suatu tanda dari sorga kepada orang-orang Farisi yang menuntut hal itu (Mat. 16:1-2), jadi mengapa kedua murid itu harus berpikir untuk melakukannya?

            Yakobus dan Yohanes adalah kedua murid yang diberi-Nya nama Boanerges -- anak-anak guruh (Mrk. 3:17), dan masih belum cukup sesuaikah nama itu bagi mereka sehingga mereka harus menjadi anak-anak kilat juga?

            (5) Contoh yang diberikan Elia tidak dapat diterapkan dalam hal ini. Elia diutus untuk menunjukkan kengerian hukum Taurat, dan untuk itu ia memberikan buktinya dan bersaksi mengenainya dalam tugasnya sebagai seorang penegur yang gagah berani terhadap penyembahan berhala dan kejahatan raja Ahab. Jadi cukup dapat diterima bila ia membuktikan jabatannya dengan cara itu. Namun, yang sekarang akan diperkenalkan adalah pemberian atau dispensasi anugerah, dan karena itu, pertunjukan keadilan ilahi yang mengerikan seperti itu sungguh merupakan hal yang sama sekali tidak dapat diterima. Menurut Uskup Agung Tillotson, mungkin karena sedang berada di dekat Samaria, tempat Elia pernah menurunkan api dari langit, mereka lalu menjadi teringat akan hal itu. Mungkin itulah tempatnya. Namun, meskipun tempatnya sama, masanya telah berubah.
    IV. Teguran yang diberikan-Nya kepada Yakobus dan Yohanes karena semangat mereka yang berapi-api penuh kemarahan (ay. 55): Ia berpaling dengan rasa tidak senang yang tulus, lalu menegor mereka, sebab barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar, terutama karena apa yang mereka perbuat, yang tidak baik dan tidak pantas bagi mereka, dengan dalih bersemangat demi Dia.
        . Ia terutama menunjukkan kesalahan mereka: Kalian tidak tahu roh mana yang menguasai kalian (KJV), artinya:
            (1) "Kalian tidak menyadari betapa roh jahat dan watak buruk menguasai kalian, betapa besar kesombongan, nafsu, dan dendam pribadi yang tersembunyi di balik semangat palsu yang kalian tunjukkan bagi Guru kalian." Perhatikanlah, mungkin saja terdapat sejumlah besar kebusukan yang mengintai dan bahkan bergolak di hati orang baik-baik, yang tidak mereka sadari.
            (2) "Kalian tidak memikirkan semangat baik yang seharusnya ada pada kalian, yang bertentangan dengan semangat ini. Kalian masih harus belajar banyak, meskipun kalian sudah belajar begitu lama, tentang bagaimana sebenarnya semangat Kristus dan Kekristenan itu. Bukankah kalian telah diajar, kasihilah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu, dan memohonkan anugerah dari langit, bukannya api ke atas mereka? Kalian tidak tahu betapa bertolak belakangnya sikap kalian ini dengan tujuan Injil yang akan diserahkan untuk menjadi tanggung jawab kalian. Sekarang ini kalian bukan berada di bawah pengaturan belenggu, kekejaman, dan maut, melainkan di bawah pengaturan kasih, kemerdekaan, dan anugerah yang ditawarkan bersama pemberitaan tentang damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya. Kepada hal-hal inilah kalian harus menyesuaikan diri, dan bukannya menentang diri sendiri dengan berbagai kutukan seperti itu."
        . Ia menunjukkan kepada mereka rencana umum dan kecenderungan ajaran-Nya (ay. 56): Anak Manusia itu tidak datang sendiri dan oleh karena itu tidak mengutus kalian untuk membinasakan nyawa orang, melainkan untuk menyelamatkannya (KJV). Ia berencana menyebarkan ajaran-Nya yang kudus itu melalui kasih dan kelembutan, serta melalui apa saja yang mengundang dan disukai, bukan melalui api, pedang, darah, dan pembantaian; melalui mujizat kesembuhan, dan bukannya melalui wabah penyakit dan mujizat yang menghancurkan seperti yang terjadi ketika Israel dibawa keluar dari Mesir. Kristus datang untuk melenyapkan semua perseteruan, bukan untuk memupuknya.

        Orang-orang yang mengutuk serta menumpas mereka yang tidak sepikir dan sejalan, sehati dan seperbuatan dengan mereka, sudahlah pasti tidak memiliki roh Injil. Kristus datang bukan saja untuk menyelamatkan jiwa manusia, melainkan untuk menyelamatkan nyawa mereka juga, seperti yang bisa kita saksikan dari banyak mujizat yang diadakan-Nya untuk menyembuhkan penyakit-penyakit yang sebenarnya mematikan. Melalui hal ini dan juga ribuan contoh perbuatan baik lainnya, tampaklah bahwa Kristus menghendaki agar murid-murid-Nya berbuat baik kepada semua orang dengan sekuat tenaga dan tidak menyakiti siapa pun. Kristus mau mereka menarik orang menjadi jemaat-Nya dengan tali kesetiaan dan ikatan kasih, dan bukannya dengan tongkat kekerasan atau cemeti lidah.

    V. Pengunduran diri-Nya dari desa ini. Bukan saja tidak mau menghukum mereka atas kekasaran mereka itu, Kristus bahkan tidak mau bersikeras mempertahankan hak-Nya untuk melintasi jalan itu (yang bebas digunakan oleh-Nya seperti oleh orang-orang lain). Ia tidak mau berusaha memaksa, tetapi dengan tenang dan penuh damai pergi ke desa yang lain, di mana penduduknya tidak begitu pelit dan berpendirian keras. Di sanalah Ia beristirahat lalu melanjutkan perjalanan. Perhatikanlah, jika arus pertentangan sangat kuat, lebih bijak untuk menghindar daripada menentangnya. Kalau ada yang bersikap sangat kasar, maka daripada membalas dendam, lebih baik kita coba dengan orang lain yang mungkin bersikap lebih sopan.


Label:   Lukas 9:51-62 



Daftar Label dari Kategori Materi Khotbah Katolik 2019
Lukas 10:1-9(1)
Lukas 15:1-3.11-32(1)
Lukas 18:9-14(1)
Lukas 1:1-4;4:14-21(1)
Lukas 22:14-23:56(1)
Lukas 24:13-35(1)
Lukas 2:22-40(1)
Lukas 4:1-13(1)
Lukas 4:21-30(1)
Lukas 5:1-11(1)
Lukas 5:27-32(1)
Lukas 6:27-38(1)
Lukas 6:39-45(1)
Lukas 9:11b-17(1)
Lukas 9:28b-36(1)
Lukas 9:51-62(1)
Markus 10:13-16(1)
Markus 16:9-15(1)
Markus 6:30-34(1)
Markus 9:2-13(1)
Matius 16:13-19(1)
Matius 5:43-48(1)
Matius 6:24-34(1)
Yohanes 10:27-30(1)
Yohanes 11:1-45(1)
Yohanes 11:45-56(1)
Yohanes 13:31-33a,34-35(1)
Yohanes 14:15-26 14:15-16,23b-26(1)
Yohanes 14:23-29(1)
Yohanes 14:7-14(1)
Yohanes 15:18-21(1)
Yohanes 16:23b-28(1)
Yohanes 17:20-26(1)
Yohanes 21:1-19(1)
Yohanes 21:20-25(1)
Yohanes 2:1-11 (1)
Yohanes 4:5-42(1)
Yohanes 6:16-21(1)
Yohanes 6:60-69(1)
Yohanes 7:40-53(1)
Yohanes 9:1-41(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA


PREV:
Materi Khotbah Katolik Sabtu, 29 Juni 2019 = Matius 16:13-19 - BcO Gal. 1:15-2:10 - HARI RAYA St. PETRUS dan St. PAULUS RASUL





Arsip Materi Khotbah Katolik 2019..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)