misa.lagu-gereja.com        
 
Kamis, 5 September 2024
Teresa dr Kalkuta
1Kor 3:18-23; Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6;
Lukas 5:1-11
BcO 2 Timotius 2:1-21
Warna Liturgi Hijau

Lukas 5:1-11
Penjala ikan menjadi penjala manusia
5:1 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. 5:2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. 5:3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. 5:4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." 5:5 Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." 5:6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. 5:7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. 5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." 5:9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; 5:10 demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." 5:11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

Baca Juga:


Penjelasan:


* Petrus, Yakobus, dan Yohanes Dipanggil Mengikut Yesus (5:1-11)

Perikop ini memaparkan peristiwa yang terjadi sebelum kedua mujizat yang diceritakan dalam bagian akhir pasal sebelumnya terjadi, yaitu kisah sama yang disinggung secara singkat saja oleh Matius dan Markus, tentang bagaimana Kristus memanggil Petrus dan Andreas menjadi penjala manusia (Mat. 4:18; Mrk. 1:16). Penulis Injil Matius dan Injil Markus tidak menceritakan tentang penangkapan banyak ikan yang terjadi dengan begitu ajaib itu, karena yang mereka utamakan hanyalah pemanggilan murid-murid Kristus tersebut, tetapi di sini Lukas memaparkan kisah itu sebagai salah satu tanda yang Yesus berikan di hadapan para murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab-kitab sebelumnya (Yoh. 20:30-31).

Perhatikanlah di sini:

I. Betapa banyaknya kumpulan orang yang hadir untuk mendengarkan khotbah Kristus: orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah (ay. 1), begitu banyaknya sampai-sampai tidak ada satu rumah pun yang cukup untuk menampung mereka semua, sehingga Ia terpaksa menggiring mereka ke tepi pantai supaya mereka diingatkan kembali akan janji yang diberikan kepada Abraham, yaitu bahwa keturunannya akan seperti pasir di tepi laut (Kej. 22:17), namun hanya sisanya yang akan diselamatkan (Rm. 9:27). Orang banyak berjubel di sekeliling-Nya (begitulah arti kata yang dipakai di sini); mereka menghormati khotbah-Nya, tetapi berlaku agak tidak sopan terhadap sang Pengkhotbah sendiri. Namun, tidak mengapalah, sebab mereka ramai mengerumuni Dia. Sebagian orang bisa saja menganggap hal ini sebagai suatu hal yang merendahkan Dia, sebab Ia hanya dielu-elukan oleh rakyat kecil, sementara tidak satu pun penguasa atau orang Farisi percaya pada-Nya. Akan tetapi, Ia sendiri menganggapnya sebagai sebuah kehormatan, sebab jiwa orang-orang itu sama berharganya dengan jiwa para pembesar, dan sasaran-Nya adalah bukan untuk membawa banyak orang yang terpandang, melainkan untuk membawa banyak orang ke hadapan Allah. Telah dinubuatkan mengenai Dia bahwa kepada-Nya akan takluk bangsa-bangsa. Kristus adalah seorang pengkhotbah yang terkenal, dan meskipun pada saat baru berusia dua belas tahun Ia telah memiliki hikmat untuk berdebat dengan para alim ulama, namun pada umur tiga puluh tahun Ia memilih untuk berkhotbah pada rakyat jelata. Lihatlah bagaimana orang rela menyusahkan diri untuk menyambut kabar baik: mereka berkerumun untuk mendengarkan firman Allah. Mereka meyakini khotbah-Nya sebagai firman Allah oleh karena ada bukti dan kuasa ilahi yang menyertainya, sehingga mereka pun ingin sekali mendengarnya.

II. Betapa sederhananya sarana yang dimiliki Kristus untuk berkhotbah: Ia berdiri di pantai danau Genesaret (ay.1), sejajar dengan kerumunan orang itu sehingga mereka pun tidak dapat melihat atau pun mendengar-Nya. Dia benar-benar berbaur di antara mereka, dan setiap orang berebut untuk berdekatan dengan-Nya sehingga Dia pun terdesak-desak, dan bisa saja terdorong ke dalam danau. Apa yang harus Ia perbuat? Kelihatannya, tidak satu pun dari para pendengar-Nya memiliki sarana untuk membantu-Nya, tetapi di sana ada dua perahu, atau kapal nelayan, yang tengah menepi, yang satu milik Simon dan Andreas, dan yang lainnya kepunyaan Zebedeus dan anak-anaknya (ay. 2). Pada mulanya, Kristus melihat Petrus dan Andreas tengah menjala ikan dari kejauhan (begitulah yang dikatakan dalam Matius 4:18), tetapi Ia menunggu sampai mereka tiba di darat, sampai nelayan-nelayannya, yaitu pembantu-pembantu mereka, telah turun dan selesai membasuh jalanya dan menebarnya pada saat itu. Lalu, Kristus menaiki perahu Simon dan memintanya supaya mau meminjamkan perahu itu sebagai mimbar khotbah-Nya. Sekalipun Kristus berkuasa untuk memerintah Simon, tetapi karena kasih-Nya, Ia lebih memilih memintanya untuk menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai, yang akan membuat suara-Nya sedikit lebih susah didengar namun sosok-Nya lebih mudah untuk dilihat. Hal tersebut melambangkan bagaimana Ia diangkat tinggi supaya Ia bisa menarik manusia datang kepada-Nya. Hikmat berseru-seru di tempat-tempat yang tinggi (Ams. 8:2). Hal ini menunjukkan bahwa Kristus memiliki suara yang nyaring (begitu nyaringnya sampai-sampai orang mati pun dapat mendengar-Nya), dan bahwa Ia tidak suka mementingkan diri sendiri. Di atas perahu itulah Ia duduk dan mengajar orang banyak mengenai pengetahuan akan Tuhan.

III. Betapa karibnya sikap Kristus terhadap para nelayan itu. Sebelumnya, mereka juga pernah berbincang-bincang dengan Dia, dimulai pada waktu pembaptisan Yohanes (Yoh. 1:40-41); mereka ada bersama-sama dengan-Nya di Kana yang di Galilea (Yoh. 2:2), dan juga di Yudea, namun sampai saat itu mereka belum dipanggil untuk menjadi pengikut tetap Kristus, sehingga di sini pun diceritakan bahwa mereka sedang melakukan pekerjaan mereka sehari-hari, dan pada saat itulah mereka dipanggil ke dalam persekutuan yang erat dengan Kristus.

. Saat Kristus telah selesai berkhotbah, Ia pun menyuruh Petrus untuk kembali bekerja sesuai dengan mata pencariannya: Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan (ay. 4). Waktu itu bukan hari Sabat, sehingga Ia pun segera menyuruh mereka bekerja lagi setelah khotbah-Nya selesai. Melakukan kegiatan ibadah pada hari-hari kerja hanya menyita sedikit saja dari waktu kita, tetapi mendatangkan kebaikan pada watak pikiran kita dalam melakukan tugas sehari-hari. Betapa besar sukacita yang dapat kita rasakan saat kita berkeliling melakukan pekerjaan kita setelah berada di gunung dengan Allah, dan kita pun akan mendapatkan berkat yang berlipat ganda dalam pekerjaan kita di dunia ini, dan dengan begitu, kita telah menguduskan pekerjaan kita itu melalui firman dan doa. Kita memiliki tugas dan kewajiban untuk bertindak bijaksana dalam mengatur supaya kegiatan ibadah kita sejalan dengan urusan pekerjaan kita. Kita harus mengatur urusan pekerjaan kita supaya jangan sampai menghalangi kegiatan ibadah kita.

. Setelah Petrus menyimak khotbah Kristus, Kristus pun menyertai dia dalam kegiatannya menjala ikan. Petrus ada bersama-sama dengan Kristus di tepi pantai, dan kini Kristus pun hendak ikut bertolak ke tempat yang dalam bersamanya. Perhatikan, Kristus akan setia menyertai mereka yang mau menjadi pengikut setia-Nya.

. Kristus menyuruh Petrus dan orang-orang di kapalnya untuk menebarkan jala di danau, yang segera mereka patuhi, meskipun mereka telah bekerja keras sepanjang malam dan tidak berhasil menangkap apa-apa (ay. 4-5).

Kita bisa memperhatikan di sini:

(1) Betapa sulitnya usaha mereka saat itu: "Guru, kami telah bekerja keras sepanjang malam, padahal seharusnya kami bisa beristirahat, dan kami tidak menangkap apa-apa, padahal kami telah berusaha dengan susah payah." Pasti orang pun akan memaklumi jika mereka tidak mau ikut mendengarkan khotbah. Namun, mereka begitu gemar akan firman Allah sampai-sampai bagi mereka, firman itu lebih menyegarkan dan menguatkan daripada tidur sejenak setelah bekerja keras sepanjang malam. Tetapi mereka kini menyinggung-nyinggungnya lagi saat Kristus menyuruh mereka untuk kembali menangkap ikan.

Perhatikan:
- Beberapa panggilan pekerjaan memang lebih sukar dan berbahaya daripada yang lainnya, tetapi demi kebaikan bersama, pemeliharaan ilahi telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga tidak ada satu pun panggilan yang begitu menawarkan hati, tetapi selalu ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menjalankannya. Mereka yang memiliki usaha atau pekerjaan dan dengan mudah menjadi berkelimpahan karenanya haruslah mengasihani orang-orang lain yang harus bekerja dengan susah payah tetapi masih saja berkekurangan dalam hidup mereka. Saat kita telah beristirahat sepanjang malam, hendaklah kita tidak melupakan mereka yang harus bekerja keras sepanjang malam, seperti halnya Yakub sewaktu ia menjaga ternak Laban.

- Sekalipun panggilan itu amatlah berat, hendaknya setiap orang rela untuk bertekun di dalamnya dan memberikan yang terbaik yang mereka dapat lakukan. Para nelayan yang rajin ini pun dipilih Kristus menjadi kesayangan-Nya. Mereka yang telah terlatih dalam bersabar menghadapi penderitaan layak dipilih sebagai prajurit-prajurit Kristus Yesus yang baik.

- Bahkan sering kali orang yang begitu rajin dalam bekerja pun harus tetap mengalami kekecewaan, sebagaimana mereka yang telah bekerja keras sepanjang malam tetapi tidak berhasil menangkap apa-apa, sebab pergumulan tidaklah selalu memihak pada mereka yang tercepat. Allah ingin supaya kita rajin dalam melaksanakan tugas yang telah Ia berikan dan sekaligus bergantung dalam kebaikan-Nya, bukannya mengandalkan jaminan keberhasilan duniawi. Kita harus menunaikan tugas kita dan menyerahkan hasilnya ke tangan Allah.

- Saat kita merasa lelah dan kalah dalam usaha dan pekerjaan kita di dunia ini, kita selalu dapat menghampiri Kristus dan menumpahkan segala masalah kita di hadapan-Nya, dan Dia pasti akan membantu kita menyelesaikannya.

- Betapa taatnya mereka akan perintah Kristus: Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.
                [1] Meskipun mereka telah bekerja keras sepanjang malam, tetapi mereka tetap bersedia mengulanginya lagi jika Kristus menghendaki demikian, sebab mereka tahu bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru, sebagaimana tangan mereka mendapat kekuatan lagi untuk melakukan pekerjaan mereka kembali, sebab anugerah yang mencukupi selalu menyertai setiap pelayanan yang baru.
                [2] Meskipun mereka belum menangkap apa-apa, tetapi jika Kristus menyuruh mereka menebarkan jala lagi, mereka pun dapat berharap untuk berhasil menangkap sesuatu. Perhatikan, kita tidak boleh begitu saja meninggalkan sebuah pekerjaan yang telah menjadi panggilan kita hanya karena kita belum berhasil mendapatkan apa yang kita cita-citakan. Para pelayan Injil harus terus menebarkan jala itu, meskipun mereka telah bekerja keras cukup lama tetapi belum mendapatkan apa-apa. Terus bertekun dalam tugas kita tanpa putus asa meskipun kita belum melihat hasilnya merupakan sebuah tindakan yang terpuji.
                [3] Dalam hal ini, mata mereka tertuju pada perkataan Kristus dan mereka pun mengandalkan firman itu, "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga, karena Engkau yang memerintahkan-Nya dan mendorong kami untuk melakukannya." Jadi, bila kita patuh mengikuti arahan firman Kristus, maka kita pun akan berhasil.

. Jumlah ikan yang mereka tangkap pada waktu itu benar-benar di luar pikiran manusia, sehingga hal itu pun dianggap sebagai sebuah mujizat (ay. 6): Mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak, tetapi anehnya, mereka tidak kehilangan tangkapan mereka itu. Tangkapan mereka itu begitu banyaknya sampai-sampai mereka tidak mampu menghelanya dengan tangan mereka dan harus memberi isyarat kepada teman-teman mereka, yang sedang berada jauh dari mereka, supaya datang dan membantu mereka (ay. 7). Tetapi, bukti yang paling kuat mengenai jumlah ikan yang luar biasa itu adalah bahwa mereka memenuhi kedua perahu tersebut dengan ikan sampai-sampai bebannya terlalu banyak sehingga mereka hampir tenggelam, sampai-sampai ikan tersebut hampir hilang lagi karena berat mereka yang berlebihan. Demikianlah, banyak harta yang terlalu berlebihan, yang didapat dengan mudah, bisa kembali lagi ke tempat asalnya. Sekiranya masing-masing perahu itu beratnya hanya lima atau enam ton, bayangkan betapa banyaknya ikan yang ditangkap itu, sampai-sampai dapat memenuhi, bahkan menjubeli kedua perahu tersebut!

Nah, melalui penangkapan ikan yang jumlahnya begitu luar biasa itu:

(1) Kristus bermaksud menunjukkan kuasa-Nya atas lautan sebagaimana kuasa-Nya atas daratan, atas kekayaan di dalamnya dan juga gelombangnya. Dengan begitu, Ia hendak menunjukkan bahwa Dia adalah Anak Manusia, dan segala sesuatu telah diletakkan di bawah kaki-Nya, terutama dalam hal ini ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan (Mzm. 8:9).

(2) Dengan cara demikian, Ia bermaksud meneguhkan pengajaran yang baru saja Ia khotbahkan dari atas perahu Petrus. Setelah mendengarkan khotbah-Nya, kita bisa menduga bahwa orang-orang yang ada di tepi pantai itu kini sedang memperhatikan dengan saksama gerak-gerik Sang Pengkhotbah yang mereka yakini sebagai seorang nabi yang diutus Allah, dan sengaja berlama-lama tinggal di sana untuk melihat apa yang akan dikerjakan-Nya selanjutnya, dan mujizat itu akan menjadi peneguhan atas iman mereka, setidaknya iman yang meyakini bahwa Ia sungguh-sungguh seorang guru yang diutus Allah.

(3) Ia juga bermaksud untuk membalas budi Petrus yang telah rela meminjamkan perahunya, sebab Injil Kristus kini bagaikan tabut Allah yang tinggal di rumah Obed-Edom, yang pasti akan mendatangkan berkat yang melimpah oleh karena kebaikan yang dilakukan terhadap-Nya. Tidak ada seorang pun yang akan menutup pintu atau menyalakan api di dalam rumah Allah dengan percuma (Mal. 1:10). Balasan Kristus atas pelayanan yang dilakukan untuk nama-Nya begitu berlipat ganda dan melimpah ruah.

(4) Ia bermaksud memberikan sedikit contoh mengenai keberhasilan yang akan diraih oleh orang-orang yang akan menjadi utusan-Nya di dunia ini, bahwa meskipun pada suatu saat, di suatu tempat, mereka harus bekerja keras tanpa berhasil menangkap apa-apa, namun mereka pasti akan menjadi alat-Nya dalam membawa banyak orang kepada Kristus dan mengurung mereka dalam jala Injil.

. Kesan yang ditimbulkan akibat penangkapan ikan yang sangat ajaib tadi terhadap diri Petrus amatlah luar biasa.
Semua yang terlibat di dalam peristiwa itu menjadi takjub, dan menjadi lebih takjub lagi karena mereka terlibat secara langsung di dalamnya. Semua orang yang ada di perahu itu menjadi takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap (ay. 9); mereka semua terkejut, dan semakin mereka memikirkannya dan melihat keadaan saat itu, semakin tercenganglah mereka, bahkan bisa saya katakan kalau mereka begitu kaget seperti tersambar geledek sewaktu memikirkan hal tersebut. Demikian juga Yakobus dan Yohanes, yang menjadi teman Simon (ay. 10), dan yang kelihatannya belum terlalu mengenal Kristus sebelumnya, tidak seperti Petrus dan Andreas.

Kini mereka semakin tergugah karenanya:

- Sebab mereka memahami kejadian itu dengan lebih baik dibanding orang-orang lainnya. Mereka sudah begitu mengenal danau itu dan mungkin telah bertahun-tahun mencari ikan di sana, dan tidak pernah sekalipun menyaksikan tangkapan ikan sebanyak itu, tidak pernah ada yang seperti itu atau yang hampir sama seperti itu. Karena itulah, mereka tidak bisa menyepelekan mujizat tadi seperti orang-orang yang mungkin saja berpendapat bahwa hal yang terjadi saat itu hanya kebetulan belaka, dan bisa terjadi kapan saja. Bukti kuat yang semakin meneguhkan mujizat-mujizat-Nya merupakan kenyataan bahwa orang-orang yang paling mengagumi mujizat-mujizat Kristus adalah orang-orang yang paling memahaminya.

- Sebab mujizat itu menyangkut kepentingan mereka, dan mereka diberkati karenanya. Petrus dan rekan-rekannya mendapatkan keuntungan besar melalui penangkapan ikan tersebut. Tangkapan itu sangat berharga bagi mereka sehingga mereka pun bersukacita karenanya, dan sukacita itu menyokong iman mereka. Perhatikan, saat pekerjaan Kristus yang ajaib melawat kita, terutama pekerjaan anugerah-Nya, maka hal itu pasti meneguhkan iman kita terhadap pengajaran-Nya.

Petrus, lebih dari semua kawannya yang lain, begitu terpana sampai-sampai ia pun tersungkur di depan Yesus yang sedang duduk di geladak perahunya. Lalu ia berkata seperti orang mengalami gejolak emosi yang dahsyat dan meluap-luap, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa" (ay. 8). Dia berkata begitu bukan karena takut beban ikan-ikan tersebut akan menenggelamkannya oleh karena ia seorang berdosa, tetapi karena ia menganggap dirinya tidak layak menerima kehadiran Kristus di dalam perahunya, dan menganggap dirinya pantas dihukum, bukannya dihiburkan. Perkataan Petrus tadi berasal dari prinsip yang sama yang diterapkan oleh mereka yang masih berada di bawah Perjanjian Lama, yang sering kali berkata bahwa mereka sangat ketakutan dan sangat gemetar menyaksikan penampakan hebat dari keagungan dan kemuliaan ilahi. Pernyataan itu menunjukkan kerendahan hati dan penyangkalan diri Petrus, dan sama sekali tidak seperti perkataan yang dilontarkan setan, "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah?"
                [1] Pengakuan diri Petrus itu benar adanya, dan haruslah juga menjadi pengakuan kita semua: Tuhan, aku ini seorang berdosa. Perhatikan, bahkan orang-orang yang terhebat pun berdosa, dan harus selalu siap untuk mengakui hal itu di setiap waktu, terutama di hadapan Yesus Kristus, sebab kepada siapa lagi orang-orang berdosa harus memalingkan diri mereka, selain kepada Dia yang telah datang ke dunia ini untuk menyelamatkan orang-orang berdosa?
                [2] Kesimpulan yang ia tarik dari kejadian itu kelihatannya memang benar, tetapi sebetulnya tidak begitu. Jika aku memang seorang berdosa dan benar demikian adanya, seharusnya aku berkata, "Marilah datang kepadaku, Tuhan, atau biarlah aku datang kepada-Mu, sebab jika tidak begitu, celakalah aku, celakalah aku selamanya." Tetapi, dengan melihat alasan mengapa orang-orang berdosa harus gemetar di hadapan Tuhan Allah yang kudus dan gentar terhadap murka-Nya, perkataan Petrus itu dapat dimaklumi, jika ia langsung berteriak, "Pergilah dari padaku," karena sadar akan dosa dan kejahatannya sendiri. Perhatikan, Kristus memang pertama-tama selalu menyadarkan mereka yang telah Ia rancang untuk menjadi sahabat-sahabat karib-Nya bahwa mereka sebenarnya pantas dijauhkan dari pada-Nya. Kita harus mengaku bahwa kita ini orang-orang berdosa, dan karena itu layaklah bahwa Kristus pergi menjauhi kita. Tetapi, karena itu juga kita harus tersungkur di depan-Nya dan memohon supaya Ia tidak pergi, sebab celakalah kita jika Ia sampai meninggalkan kita, jika Sang Juruselamat pergi dari manusia berdosa.

. Kesempatan yang dipergunakan Kristus untuk menunjukkan kepada Petrus (ay. 10) dan kemudian kepada Yakobus dan Yohanes (Mat. 4:21) tentang maksud-Nya untuk menjadikan mereka sebagai rasul-rasul-Nya, serta alat-Nya dalam menanamkan agama-Nya di dunia ini. Kata-Nya kepada Simon yang paling takjub karena penangkapan ikan yang ajaib itu, "Engkau akan melihat dan melakukan perkara yang lebih besar daripada ini. Jangan takut. Janganlah berpikir bahwa setelah melakukan hal ini untukmu, Aku tidak akan pernah lagi mengulanginya. Tidak begitu, malahan mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia, dengan menangkap mereka dalam jala Injil, dan itu akan menjadi contoh yang lebih besar lagi mengenai kuasa Sang Penebus dan kebaikan-Nya kepadamu dibandingkan dengan kejadian tadi. Itu akan menjadi mujizat yang lebih menakjubkan, dan tentu saja lebih berguna daripada yang tadi." Saat tiga ribu jiwa dimenangkan oleh gereja dalam satu hari karena khotbah Petrus, maka perlambangan penangkapan ikan tersebut tergenapi dengan melimpah pada saat itu.

Terakhir, para nelayan itu rela meninggalkan pekerjaan mereka supaya dapat terus mengikut Kristus (ay. 11): Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka bukannya pergi untuk mencari pasar di mana mereka bisa menjual ikan-ikan itu sehingga bisa mendapat keuntungan besar dari mujizat tadi, melainkan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus, sebab mereka lebih bersemangat untuk melayani kepentingan Kristus daripada mencari keuntungan duniawi bagi diri mereka sendiri. Bisa dilihat bahwa mereka meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Kristus, sebab saat itu pekerjaan mereka sedang mendapat untung besar dan keberhasilan saat itu tidak pernah mereka alami sebelumnya. Saat harta kita bertambah banyak, hati kita biasanya melekat padanya. Karena itu bila dalam saat-saat seperti itu kita meninggalkan segala kekayaan kita itu untuk melayani Kristus, ini merupakan perbuatan yang patut disyukuri.


BcO 2 Timotius 2:1-21
Panggilan untuk ikut menderita
2:1 Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. 2:2 Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. 2:3 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. 2:4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. 2:5 Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. 2:6 Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. 2:7 Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu. 2:8 Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. 2:9 Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu. 2:10 Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal. 2:11 Benarlah perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia; 2:12 jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; 2:13 jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."
Nasihat dalam menghadapi pengajar yang sesat
2:14 Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya. 2:15 Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. 2:16 Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan. 2:17 Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, 2:18 yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang. 2:19 Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." 2:20 Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. 2:21 Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.

Penjelasan:


* Panggilan Menderita

Penderitaan merupakan sesuatu hal yang sebisa mungkin dihindari oleh banyak orang. Ini manusiawi karena manusia tidak suka hidup menderita. Akan tetapi, Paulus justru mendorong Timotius untuk menjadi kuat (1) dan ikut menderita (3) dalam pelayanan pemberitaan Injil. Paulus bukan tanpa alasan mendorong Timotius untuk menderita. Dasar alasan Paulus adalah kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus (1; lih. 2Tim. 1:9).

Paulus memberikan tiga gambaran kepada Timotius tentang bagaimana menjadi kuat dalam penderitaan, yakni: Pertama, seperti seorang prajurit yang baik, yang berjuang dengan komitmen penuh kepada Kristus Yesus yang memilikinya (3-4). Kedua, seperti seorang olahragawan yang bertanding sesuai aturan untuk memperoleh mahkota (5, band. 1 Kor. 9:24-25). Ketiga, seperti seorang petani yang bekerja keras dan menikmati hasilnya (6). Berjuang, bertanding, dan bekerja keras merupakan tiga hal yang dinasihatkan Paulus kepada Timotius untuk dilakukan agar ia menjadi pelayan Tuhan yang kuat dan tangguh menghadapi penderitaan.

Selain itu, Paulus menegaskan bahwa dalam segala sesuatu yang dialami Timotius, Tuhan akan memberikan hikmat dan pengertian yang dibutuhkannya (7). Yesus Kristus pernah menderita, tetapi kemudian menerima kemuliaan yang kekal (8). Paulus adalah bukti nyata dari anugerah dan kekuatan Allah itu (8-10). Karena pemberitaan Injil yang diberitakan, Paulus telah mengalami banyak penderitaan. Namun dengan anugerah dan kekuatan Allah, ia sabar menanggung semua penderitaan itu. Pada bagian akhir dari perikop ini, Paulus menguatkan Timotius dengan janji kesetiaan Tuhan yang tidak pernah berubah (11-13).

Jangan takut menghadapi penderitaan karena Kristus. Jadilah kuat dan ikutlah berbagian dalam penderitaan karena pemberitaan Injil-Nya. Penderitaan yang kita alami karena nama-Nya tidak akan sia-sia. Tuhan menjamin dengan kesetiaan-Nya, Ia akan menyertai kita.

* Tak perlu debat kusir
Dalam tugasnya sebagai seorang yang akan menggembalakan jemaat, Timotius harus mengarahkan mereka untuk berfokus pada Injil. Bukan hanya dengan memiliki pemahaman yang benar akan firman Allah, tetapi juga bagaimana kebenaran itu diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya dalam hal berbicara (ayat 14). Jangan sampai mengucapkan kata-kata yang tidak bermanfaat. Mempertahankan kebenaran memang perlu, tetapi tak perlu sampai berdebat tanpa juntrungan. Ini malah bisa menjadi sumber pertikaian yang sama sekali tidak membangun iman siapapun yang mendengarnya.

Sebagai gembala jemaat, Timotius pun harus bersikap bijak (ayat 16). Debat kusir mengenai hal-hal yang bersifat spekulatif, provokatif, dan bukan merupakan tema sentral dalam kekristenan, hanya akan menimbulkan rasa marah dan sakit hati. Lagi pula orang tidak akan mendapatkan nilai tambah apapun dari debat semacam itu. Maka jangan sampai orang yang terlibat dalam pelayanan firman, misalnya membawakan renungan atau khotbah, terjebak dalam arus silang pen-dapat seperti itu. Setiap orang harus belajar mengungkapkan ketidaksetujuan mengenai suatu opini atau pengajaran dalam sikap yang dewasa. Di sisi lain, kita sendiri harus hati-hati terhadap pengajaran yang merusak iman. Kita pun harus mengajak orang lain mewaspadai hal ini. Bila kita tidak peka dan mengenali kebenaran firman Tuhan dengan baik, kita akan mudah terombang-ambing.

Ketika ada buku yang mengisahkan Maria Magdalena sebagai kekasih Yesus, banyak orang yang merasa terkejut dan imannya menjadi goyah karena menganggap kisah itu sebagai kebenaran yang baru ditemukan. Padahal kisah itu hanya fiksi dan bukan kebenaran! Namun kita tidak perlu marah-marah menyikap hal ini. Sebab kebenaran Allah tak akan pernah berubah, tak akan tergoyahkan, dan tak akan memudar. Kita hanya perlu setia mengikuti kebenaran Allah. Niscaya Ia tidak akan menolak kita.

* Dasar yang teguh

Dasar yang teguh. Himeneus dan Aleksander telah terpengaruh ajaran dualisme Yunani tentang kebangkitan. Mereka bukan hanya tersesat, tetapi juga menyesatkan banyak orang. Kini Paulus meneguhkan keyakinan jemaat yang masih murni imannya. Ada dasar yang kokoh bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Orang-orang ini dimeteraikan oleh Allah sendiri sebagai yang dikenal dan dipilih-Nya (ayat 2:10). Metafora "meterai" adalah metafora yang digunakan untuk menandai sebuah bangunan yang dimiliki seseorang. Dengan ini, Paulus ingin menyatakan bahwa mereka yang sungguh-sungguh adalah milik-Nya tidak akan meninggalkan iman yang sejati. Mereka juga diminta untuk meninggalkan kelaliman dan ketidakbenaran sebagai respons terhadap status mereka, dan sebagai respons terhadap para pengajar sesat.

Paulus kemudian menggunakan metafora yang berbeda lagi untuk menjelaskan tentang pelayanan. Pelayanan Tuhan diumpamakan sebagai sebuah rumah besar dengan beragam jenis perangkat: ada yang mulia, terbuat dari perak dan emas, juga ada yang kurang mulia, terbuat dari kayu dan tanah liat (ayat 20). Sebagai penjelasan tentang metafora itu, Paulus menyatakan bahwa Allah sebagai pemilik semua perangkat itu akan menggunakan perangkat-perangkat yang mulia untuk tujuan yang mulia, asal mereka memang membuktikan bahwa diri mereka pantas dimuliakan (ayat 21).



___



Daftar Label dari Kategori Renungan Katolik 2024
Lagu Anak(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Renungan Katolik Minggu, 8 September 2024 - Markus 7:31-37 - BcO 2 Petrus 1:1-11 - Hari Minggu Biasa XXIII 2024

PREV:
Renungan Katolik Minggu, 1 September 2024 - Markus 7:1-8,14-15, 21-23 - BcO 1 Timotius 5:3-25 - Hari Minggu Kitab Suci Nasional 2024





Arsip Renungan Katolik 2024..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)