misa.lagu-gereja.com        
 
Minggu, 23 Juni 2024
Hari Minggu Biasa XII
Ayb. 38:1.8-11; Mzm. 107:23-24,25-26,28-29,30-31; 2Kor. 5:14-17;
Markus 4:35-40
BcO Zakharia 3:1-4:14
Sore: Vigili Hari Raya:
Yer. 1:4-10; Mzm. 71:1-2,3-4ak,5-6ab,15ab,17; 1Ptr. 1:8-12;
Luk. 1:5-17
MT/BPI Edisi Baru: 100, 951 Lama: 835, 951
Saran Nyanyian: PS 326, 544, 547, 553, 621, 658
Warna Liturgi Hijau

Baca Juga:


Markus 4:35-40
Angin ribut diredakan
4:35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." 4:36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. 4:37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. 4:38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" 4:39 Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. 4:40 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"

Penjelasan:


* Kristus dan Murid-murid-Nya di Tengah Angin Ribut (4:35-40)
Mujizat yang dilakukan Kristus untuk menolong murid-murid-Nya dengan meredakan angin ribut, juga tercatat dalam Injil Matius (Mat. 8:23 dst.), tetapi di sini hal itu dikisahkan dengan lebih lengkap. Perhatikanlah:

. Peristiwa itu terjadi pada hari yang sama ketika Ia memberitakan Firman dari atas sebuah perahu, waktu hari sudah petang (ay. 35). Setelah bekerja seharian memberitakan Firman dan mengajar, bukannya beristirahat, Ia malah tetap membuka diri-Nya bagi murid-murid-Nya, karena Ia mau mengajarkan kita agar jangan selalu memikirkan istirahat melulu sampai kita masuk ke sorga. Akhir kerja keras mungkin saja bisa merupakan awal suatu goncangan. Namun perhatikanlah, perahu yang dipakai Kristus sebagai mimbar ada di bawah perlindungan-Nya, dan meskipun dalam bahaya, tetapi tidak dapat tenggelam. Apa yang digunakan untuk Kristus akan dipelihara-Nya secara istimewa.

. Ia sendiri yang mengajak menyeberang danau pada malam hari itu, karena Ia tidak mau kehilangan waktu, Marilah kita bertolak ke seberang, sebab kita akan tahu, di pasal berikut, bahwa ada yang harus dikerjakan-Nya di seberang sana. Kristus berjalan keliling sambil berbuat baik, dan tidak ada kesulitan yang bisa menghalangi-Nya. Oleh karena itu, kita harus melayani Dia dan generasi kita dengan tekun sesuai kehendak-Nya.

. Mereka tidak berangkat sebelum menyuruh orang banyak itu pergi, artinya, sebelum memberikan setiap orang apa yang mendorong mereka datang, serta menjawab semua pertanyaan mereka. Tidak seorang pun disuruh-Nya pulang dengan mengeluh bahwa kedatangan mereka sia-sia. Dengan kata lain, mereka disuruh pergi dengan berkat yang khidmat, karena Kristus datang ke dalam dunia ini bukan hanya untuk mengabarkan firman saja, tetapi juga untuk memerintahkan, dan memberikan berkat.

. Mereka membawa Dia berangkat seadanya [KJV: took Him as He was], artinya, Ia masih memakai pakaian yang sama yang digunakan-Nya ketika memberitakan firman tadi, tanpa mengenakan baju luar untuk membungkus diri, yang seharusnya Ia kenakan agar tetap merasa hangat ketika melintasi danau di waktu malam, apalagi setelah berkhotbah. Di sini kita tidak boleh menyimpulkan bahwa kita tidak perlu memerhatikan kesehatan kita, tetapi supaya kita belajar untuk tidak terlampau memanjakan dan memperhatikan secara berlebihan tubuh jasmani kita.

. Taufan itu begitu dahsyat, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air (ay. 37). Bukan karena perahu itu bocor, tetapi sebagian mungkin disebabkan oleh hujan, karena kata yang digunakan di sini menunjukkan arti badai angin yang disertai hujan. Ditambah lagi dengan ukurannya yang kecil, ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Perhatikanlah, bukan merupakan hal yang baru lagi bahwa perahu itu selalu berada dalam keadaan tergesa-gesa dan terancam bahaya, karena seperti itulah keadaan perahu yang mengangkut Kristus dan murid-murid-Nya, Kristus dan Nama-Nya serta Injil-Nya.

. Ada perahu-perahu lain juga yang menyertai Dia (ay. 36). Tidak diragukan lagi, perahu-perahu itu juga menghadapi tekanan dan bahaya yang sama. Mungkin perahu-perahu kecil yang lain ini mengangkut mereka yang sangat ingin pergi bersama Kristus untuk mendapat manfaat dari pengajaran dan mujizat-Nya di seberang lain. Orang banyak itu pergi pulang ketika Ia bertolak ke danau, tetapi ada beberapa di antara mereka yang berusaha tetap bersama Dia menyeberang danau. Mereka yang mengikuti Anak Domba itu dengan benar, yang mengikut Dia ke mana pun Ia pergi, dan mereka yang mengharapkan kebahagiaan di dalam Kristus, harus bersedia mencari kesempatan bersama Dia, dan menanggung risiko yang sama seperti yang Ia jalani. Bersama Kristus orang bisa berlayar dengan berani dan gembira meskipun mungkin ada kemungkinan badai akan datang.

. Kristus sedang tidur di tengah angin ribut ini. Di sini kita membaca bahwa Yesus sedang tidur di buritan, tempat juru mudi berada, Ia berbaring dekat kemudi untuk menunjukkan bahwa, seperti diungkapkan George Herbert:

Ketika angin dan gelombang menyergap lunas kapalku,
Ia melindungi, Ia memegang roda kemudi,
Meskipun kapal tampak hampir terbalik.
Badai adalah kemenangan karya-Nya;
Meskipun Ia memejamkan mata, namun bukan hati-Nya.

Di situ Ia tidur di atas sebuah tilam. Sebuah tilam yang menjadi kelengkapan di atas perahu nelayan pada umumnya. Ia tidur untuk menguji iman murid-murid-Nya dan mendorong mereka menaikkan doa. Dari ujian itu tampaklah bahwa iman mereka lemah, sedangkan doa mereka kuat. Perhatikanlah, kadang-kadang ketika gereja sedang dilanda angin ribut, Kristus tampak seolah-olah sedang tidur, tidak peduli dengan kesulitan umat-Nya, tidak mengindahkan doa-doa mereka, dan tidak hadir sebagai penolong mereka. Sungguh, Engkau Allah yang menyembunyikan diri (Yes 45:15). Tetapi, apabila Ia berlambat-lambat, Ia tidak akan bertangguh (Hab. 2:3); jadi ketika Ia tidur, sebenarnya Ia tidak tidur; sesungguhnya tidak akan terlelap dan tertidur Penjaga Israel (Mzm. 121:3-4); Ia tidur, tetapi hati-Nya bangun, bagaikan seorang suami terhadap istrinya (Kid. 5:2).

. Murid-murid-Nya menguatkan diri dengan kehadiran-Nya bersama mereka. Mereka memutuskan itulah cara terbaik untuk meningkatkan, mendekati, dan menggunakan dayung doa, bukannya segala macam dayung lainnya. Keyakinan mereka bertumpu atas hal ini, bahwa Guru mereka ada bersama mereka. Dan sebuah perahu yang ada Kristus di dalamnya, meskipun diombang-ambingkan gelombang, tidak akan tenggelam; semak duri yang ada Allah di dalamnya, meskipun menyala, tidak akan dimakan api. Pernah sang Kaisar Romawi memberikan semangat kepada nakhoda kapal yang membawanya berlayar dengan ungkapan ini, Cæsarem vehis, et fortunam Cæsaris -- Ada Caesar dan keberuntungannya bersamamu di kapal ini. Demikianlah, murid-murid membangunkan Kristus. Kalau bukan karena kebutuhan yang mendesak, mereka tidak akan mengguncang-guncang atau membangunkan Guru mereka sebelum diingini-Nya (Kid. 2:7). Tetapi mereka tahu Ia akan memaafkan mereka atas kesalahan ini. Sekalipun Kristus tampak seolah-olah sedang tidur di tengah angin ribut, Ia akan terbangun oleh doa umat-Nya. Bila kita tidak tahu apa yang harus dilakukan, mata kita harus tertuju kepada-Nya (2Taw. 20:12). Dengan demikian, kita mungkin kehabisan akal budi kita, tetapi tidak mungkin kita kehabisan iman kita, bila kita memiliki seorang Juruselamat yang bisa kita datangi seperti ini. Ucapan mereka kepada Kristus diungkapkan dengan sangat tegas di sini, "Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" Jelas bagi saya ungkapan ini terdengar agak kasar, lebih menyerupai teguran mereka terhadap-Nya karena tidur daripada permohonan mereka agar Dia bangun. Saya tidak melihat alasan untuk sikap ini selain bahwa karena mereka ini sudah dibuat oleh-Nya menjadi sangat akrab dengan Dia, menjadi bebas bergaul, dan ditambah lagi dengan kepanikan mereka dalam keadaan itu, akhirnya mereka tidak sadar mengenai apa yang mereka katakan. Mereka menyalahkan Kristus dengan menuduh bahwa Ia tidak peduli akan umat-Nya yang sedang mengalami kesusahan. Tetapi tidak demikianlah halnya, karena Ia tidak ingin seorang pun binasa, lebih-lebih seorang dari anak-anak-Nya (Mat. 18:14).

. Kata-kata perintah yang dipakai Kristus untuk menghardik angin ribut itu. Kata-kata ini ada dalam Injil Markus tetapi tidak ada dalam Injil Matius (ay. 39). Ia berkata, Diam, tenanglah -- teduhlah, diamlah. Biarlah angin berhenti menderu, dan ombak tidak lagi mengamuk. Demikianlah Ia meredakan deru lautan, deru gelombangnya. Ada penekanan khusus pada bunyi deru laut dan gelombang (Mzm. 65:8, dan 93:3-4). Deru itu sangat mengancam dan mengerikan, jadi biarlah kita tidak mendengarnya lagi. Ini adalah

(1) Sebuah perkataan perintah kepada kita bahwa bila hati kita yang jahat sama seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tenang (Yes. 57:20), bila nafsu kita bergelora dan tak terkendalikan, marilah kita ingat hukum Kristus dan berseru, "Diam, tenanglah." Jangan biarkan pikiranmu kacau, jangan bicara tidak karuan, tetapi tetaplah tenang.

(2) Sebuah perkataan yang menghibur hati, bahwa meskipun badai kesulitan begitu keras, begitu kuat, Yesus Kristus mampu meredakannya dengan sepatah kata saja. Bila keadaan di luar penuh perjuangan, di dalam penuh ketakutan, dan roh diliputi kekacauan, Kristus mampu menciptakan puji-pujian damai. Bila Ia berkata, "Diam, tenanglah," maka keadaan akan menjadi teduh sekali. Perkataan ini diucapkan sebagai hak khusus Allah untuk memerintah laut (Yer. 31:35). Melalui semuanya ini Kristus membuktikan diri-Nya sebagai Allah. Ia, yang menciptakan lautan, mampu membuat lautan menjadi teduh.

Teguran Kristus atas ketakutan mereka diceritakan lebih mendalam daripada yang tertulis dalam Injil Matius. Dalam Matius dikatakan, "Mengapa kamu takut?" Di Markus sini tertulis, "Mengapa kamu begitu takut?" Meskipun ada saja penyebab untuk merasa takut, tetapi janganlah menjadi begitu ketakutan seperti ini. Di Matius tertulis, "Kamu yang kurang percaya." Di sini, "Mengapa kamu tidak percaya?" Bukan karena murid-murid itu tidak beriman. Tidak, mereka percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah, namun pada saat ini ketakutan mereka begitu kuat sehingga mereka tampak seakan tidak beriman sama sekali. Iman mereka benar-benar tidak bekerja ketika mereka punya kesempatan untuk membuktikannya, jadi seolah-seolah mereka tidak beriman. "Bagaimana mungkin dalam masalah ini kalian tidak memiliki iman sehingga berpikir bahwa Aku tidak bisa datang untuk melepaskan kalian pada waktunya?" Mereka yang meragukan iman mereka, yang terlena dengan pikiran bahwa Kristus tidak akan peduli meskipun umat-Nya binasa, akan dianggap jahat oleh Kristus.

Terakhir, kesan yang ditinggalkan mujizat ini dalam diri murid-murid diungkapkan secara berbeda di sini. Di dalam Injil Matius dikatakan, heranlah orang-orang itu; di sini dikatakan, mereka menjadi sangat takut. Mereka luar biasa sangat takut, begitu maksud teks aslinya. Sekarang sifat ketakutan mereka diluruskan oleh iman mereka. Ketakutan mereka akan angin dan gelombang itu diperlukan untuk menunjukkan bagaimana seharusnya mereka bersikap kepada Kristus. Sekarang setelah mereka melihat pertunjukan kuasa-Nya atas angin dan gelombang, mereka menjadi kurang takut terhadap angin dan gelombang tetapi bertambah takut terhadap Dia. Mereka takut jangan-jangan mereka telah menyakiti Kristus oleh ketidakpercayaan mereka, sehingga sekarang mereka belajar untuk menghormati-Nya. Mereka merasa takut akan kuasa dan amarah Sang Pencipta di dalam angin ribut, dan ketakutan mereka itu mengandung penderitaan sekaligus kekaguman di dalamnya. Tetapi sekarang, mereka takut akan kuasa dan anugerah Sang Penebus dalam keheningan. Mereka takut akan Tuhan dan kebaikan-Nya, dan ketakutan mereka itu mengandung kesenangan hati dan kepuasan di dalamnya. Oleh karena itu, mereka memberikan kemuliaan kepada Kristus, seperti yang dilakukan para pelaut setelah membuang Yunus ke laut, ketika laut berhenti mengamuk, mereka menjadi sangat takut kepada Tuhan lalu mempersembahkan korban sembelihan kepada Tuhan (Yun. 1:16). Korban ini mereka persembahkan untuk memuliakan Kristus, dengan berkata, "Siapa gerangan orang ini? Pasti lebih dari manusia biasa, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya."


BcO Zakharia 3:1-4:14

Penglihatan keempat: imam besar Yosua
3:1 Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia. 3:2 Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: "TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?" 3:3 Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, waktu dia berdiri di hadapan Malaikat itu, 3:4 yang memberikan perintah kepada orang-orang yang melayaninya: "Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya." Dan kepada Yosua ia berkata: "Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta." 3:5 Kemudian ia berkata: "Taruhlah serban tahir pada kepalanya!" Maka mereka menaruh serban tahir pada kepalanya dan mengenakan pakaian kepadanya, sedang Malaikat TUHAN berdiri di situ. 3:6 Lalu Malaikat TUHAN itu memberi jaminan kepada Yosua, katanya: 3:7 "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Apabila engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan melakukan tugas yang Kuberikan kepadamu, maka engkau akan memerintah rumah-Ku dan mengurus pelataran-Ku, dan Aku akan mengizinkan engkau masuk ke antara mereka yang berdiri melayani di sini. 3:8 Dengarkanlah, hai imam besar Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di hadapanmu -- sungguh kamu merupakan suatu lambang. Sebab, sesungguhnya Aku akan mendatangkan hamba-Ku, yakni Sang Tunas. 3:9 Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua -- satu permata yang bermata tujuh -- sesungguhnya Aku akan mengukirkan ukiran di atasnya, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja. 3:10 Pada hari itu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, setiap orang dari padamu akan mengundang temannya duduk di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara."
Penglihatan kelima: kandil emas yang berhiaskan dua pohon zaitun
4:1 Datanglah kembali malaikat yang berbicara dengan aku itu, lalu dibangunkannyalah aku seperti seorang yang dibangunkan dari tidurnya. 4:2 Maka berkatalah ia kepadaku: "Apa yang engkau lihat?" Jawabku: "Aku melihat: tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di bagian atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh corot pada masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu. 4:3 Dan pohon zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu dan satu di sebelah kirinya." 4:4 Lalu berbicaralah aku, kataku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu: "Apakah arti semuanya ini, tuanku?" 4:5 Maka berbicaralah malaikat yang berbicara dengan aku itu, katanya kepadaku: "Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku: "Tidak, tuanku!" 4:6 Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam. 4:7 Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!" 4:8 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, demikian: 4:9 "Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangannya juga akan menyelesaikannya. Maka kamu akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu. 4:10 Sebab siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel. Yang tujuh ini adalah mata TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi." 4:11 Lalu berbicaralah aku kepadanya: "Apakah arti kedua pohon zaitun yang di sebelah kanan dan di sebelah kiri kandil ini?" 4:12 Untuk kedua kalinya berbicaralah aku kepadanya: "Apakah arti kedua dahan pohon zaitun yang di samping kedua pipa emas yang menyalurkan cairan emas dari atasnya itu?" 4:13 Ia menjawab aku: "Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku: "Tidak, tuanku!" 4:14 Lalu ia berkata: "Inilah kedua orang yang diurapi yang berdiri di dekat Tuhan seluruh bumi!"

Penjelasan:


* Yosua Ditolak dan Ditegakkan; Yosua Disucikan dari Kecemaran; Yosua Dilantik Kembali ke Dalam Jabatannya (3:1-4)

    Ada seorang bernama Yosua yang menjadi pemimpin Israel ketika mereka pertama kali menduduki tanah Kanaan. Sekarang di sini ada orang lain bernama sama yang juga sangat giat saat Israel kembali menempati Kanaan setelah masa pembuangan. Yesus adalah nama yang sama, dan artinya Penyelamat. Dua sosok Yosua itu melambangkan Dia yang akan datang, yakni Kepala Panglima kita dan Imam Besar kita. Malaikat yang berbicara kepada Zakharia memperlihatkan kepadanya imam besar Yosua. Kemungkinan, Zakharia sudah sering bertemu dia, bercakap-cakap dengannya, dan barangkali mereka sangat akrab. Namun, dalam penglihatannya yang biasa, Zakharia hanya melihat seperti apa penampilan Yosua di hadapan manusia. Untuk mengetahui bagaimana kedudukannya di hadapan Tuhan, itu harus ditunjukkan lewat penglihatan, maka hal tersebut diperlihatkan kepadanya. Sesungguhnya, manusia tampak apa adanya di hadapan Allah, bukan seperti penampilan mereka di mata dunia. Yosua berdiri di hadapan Malaikat Tuhan, yakni di depan Kristus, Tuhan para malaikat, yang kepada-Nya bahkan para imam besar sekalipun, dari keturunan Harun, harus bertanggung jawab. Ia verdiri di hadapan Malaikat Tuhan untuk melaksanakan tugas jabatannya, melayani Allah di bawah pengawasan para malaikat. Ia berdiri untuk meminta petunjuk bagi Israel, umat yang diwakilinya sebagai imam besar. Kebersalahan dan kebejatan merupakan dua hambatan besar kita saat berdiri di hadapan Allah. Akibat kebersalahan karena dosa yang kita perbuat, kita tampak jahat di mata keadilan Allah. Akibat kuasa dosa yang bercokol dalam diri kita, kita menjijikkan di mata kekudusan Allah. Seluruh Israel umat Allah berada dalam bahaya karena dua hal tersebut. Demikian pula Yosua, sebab hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi Imam Besar (Ibr. 7:28). Akan tetapi, untuk dua hambatan itu, kita memperoleh kelegaan dari Yesus Kristus yang telah dijadikan Allah sebagai pembenaran dan pengudusan bagi kita.
        I. Yosua didakwa sebagai penjahat, namun dibenarkan.
            1. Ia ditentang dengan kejamnya. Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia, untuk menjadi penentang baginya, seorang musuh hukum. Ia berdiri di sebelah kanannya layaknya penuntut atau saksi di sebelah kanan seorang tahanan. Perhatikanlah, Iblis adalah pendakwa ssaudara-saudara kita. Ia mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita (Why. 12:10). Sebagian penafsir memahami bahwa sang imam besar dituntut atas dosa imam-imam lain di bawah dia, yakni dalam menikahi istri-istri asing, suatu kesalahan yang banyak mereka perbuat setelah kembali dari pembuangan (Ezr. 9:1-2; Neh. 13:28). Ketika Allah hendak menegakkan kembali jabatan keimaman, Iblis mendakwa dosa-dosa yang terdapat di antara para imam untuk menyatakan bahwa mereka tidak layak memperoleh kehormatan yang direncanakan bagi mereka. Tindakan bodoh kitalah yang memberi kesempatan kepada Iblis untuk melawan kita serta menyediakan baginya kesempatan untuk mencela dan menuduh kita. Jika ada sesuatu yang salah, terutama pada imam, Iblis pasti membesar-besarkannya dan memanfaatkannya untuk hal-hal buruk. Ia berdiri untuk mendakwa dia, yaitu menentang pelayanan yang dia kerjakan bagi kepentingan umum. Ia berdiri di sebelah kanannya, sisi tangan yang bekerja, untuk melemahkan dia dan menimbulkan kesulitan yang menghadangnya. Perhatikanlah, saat kita berdiri di hadapan Allah untuk melayani Dia, atau bangkit bagi Allah untuk menjalankan pekerjaan-Nya, kita pasti berhadapan dengan segala perlawanan yang dilancarkan Iblis dengan segala kelicikan dan niat jahat. Jadi marilah kita melawan dia yang menentang kita, maka dia akan lari dari kita.
            2. Pembelaan telak diucapkan bagi Yosua (ay. 2). Lalu berkatalah Malaikat Tuhan (yaitu Kristus Tuhan) kepada Iblis itu: “TUHAN kiranya menghardik engkau.” Perhatikan, berbahagialah orang-orang kudus karena sang Hakim adalah sahabat mereka. Dia yang menerima dakwaan atas mereka adalah juga pelindung dan penjaga mereka, sekaligus pembela mereka, dan Dia pasti membebaskan mereka.
                (1) Iblis di sini dihardik oleh Dia yang berkuasa, yang telah mengalahkannya dan berkali-kali membungkamnya. Pendakwa saudara- saudara kita, yang menuduh para pelayan Tuhan serta pekerjaan mereka, dilemparkan ke bawah. Tuntutannya ditolak, hasutannya menentang mereka dan fitnahnya terhadap mereka terbukti jahat, omong kosong, dan tidak berdasar. “TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis!” kata Malaikat Tuhan (yaitu Tuhan Penebus kita), “TUHAN, yaitu Tuhan sang Pencipta, kiranya menghardik engkau.” Kuasa Allah dipakai untuk menjalankan anugerah Kristus. “TUHAN kiranya menahan amukan jahatmu, menolak tuntutan kejimu, dan membalaskan permusuhanmu terhadap hamba-Nya.” Perhatikanlah, Kristus selalu siap bangkit dengan dahsyat membela umat kepunyaan-Nya ketika Iblis tampil dengan ganas melawan mereka. Ia tidak bertanya jawab dengan si Iblis, tetapi langsung menutup mulutnya dengan teguran tajam, “TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis!” Ini cara terbaik untuk menghadapi musuh jahanam itu. Enyahlah, Iblis.
                (2) Iblis dibantah. Ia menentang imam besar, tetapi biarlah ia mengetahui bahwa perlawanannya:
                    [1] Tidak akan membuahkan hasil. Sia-sia saja berusaha melawan Yerusalem, sebab Tuhan sudah memilihnya dan Ia akan bertahan pada pilihan-Nya. Apa pun yang dituduhkan terhadap umat Allah, Dia melihatnya. Allah sudah melihat itu sebelumnya ketika ia memilih mereka, meski demikian Ia tetap memilih mereka. Karena itu, tiada hasutan yang dapat membuat Dia menolak mereka. Ia sudah tahu yang terburuk pada mereka ketika Ia memilih mereka, dan pilihan-Nya tetap verlaku.
                    [2] Tuduhan Iblis itu tidak beralasan, sebab bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api? Seperti itulah Yosua dan jabatan imamat, juga umat yang diwakilinya. Kristus tidak mengucapkan sesuatu yang bisa menjadi pujian bagi mereka, melainkan yang membuat mereka patut dikasihani. Perhatikanlah, Kristus selalu melihat yang terbaik dari umat-Nya dan memperhatikan setiap hal yang bisa menjadi pembelaan untuk memaafkan kelemahan mereka. Jauhlah dari pada-Nya untuk bersikap keras dengan mengingat-ingat kesalahan mereka. Pada waktu itu, umat-Nya baru saja terbakar dalam api, maka tidak heran jika mereka hangus, berasap, dan bau gosong merebak dari mereka. Namun, justru karena itulah mereka harus dimaafkan, bukan disalahkan. Orang yang baru saja menjadi buangan di Babel tentu saja tampak hina dan menjijikkan, tidak mungkin tidak. Belum lama ini mereka baru dibebaskan dari kesukaran besar, dan masakan Iblis begitu kejamnya menginginkan mereka dilemparkan ke dalam penderitaan lagi? Dengan ajaib mereka telah dikeluarkan dari api sehingga Allah dipermuliakan melalui mereka, masakan Dia akan membuang dan meninggalkan mereka? Tidak, Ia tidak akan memadamkan sumbu yang pudar nyalanya, puntung yang berasap, sebab Ia mengambilnya dari dalam api untuk memakainya. Perhatikanlah, keluputan dari bahaya yang nyaris menimpa adalah pertanda baik sekaligus alasan yang kuat bahwa akan ada lagi banyak perkenanan yang lebih istimewa. Jiwa seorang yang bertobat ibarat puntung yang telah ditarik dari api oleh mukjizat anugerah yang cuma-cuma, karena itu ia tidak akan dibiarkan menjadi mangsa Iblis.
        II. Yosua tampil sebagai orang yang tercemar, namun dimurnikan. Ia melambangkan Israel umat Allah yang semuanya seperti seorang najis sebelum mereka dibasuh dan dikuduskan dalam nama Tuhan Yesus dan oleh Roh Allah. Nah, perhatikanlah di sini,
            1. Betapa kotornya Yosua saat tampil (ay. 3): ia mengenakan pakaian yang bukan hanya kasar dan buruk, tetapi juga kotor, dan ini sangat merusak martabat jabatannya dan kekudusan pekerjaannya. Menurut hukum Musa, pakaian seorang imam besar haruslah menjadi perhiasan kemuliaan (Kel. 28:2), tetapi pakaian Yosua teramat memalukan dan menjadi cela baginya. Meski demikian, dengan pakaian itulah ia berdiri di hadapan Malaikat Tuhan. Ia tidak memiliki pakaian lenan bersih untuk melayani dan melaksanakan kewajiban jabatannya. Nah, ini menunjukkan bahwa jabatan keimaman tidak hanya miskin, terhina, dan dipandang rendah, tetapi juga ada banyak pelanggaran yang melekat pada hal-hal kudus. Orang-orang Yahudi yang sudah pulang begitu sibuk dengan persoalan mereka hingga mereka pikir tidak perlu mengeluhkan tentang dosa. Mereka tidak menyadari bahwa dosa itu amat menghambat kemajuan pekerjaan Allah di tengah mereka. Karena sudah bersih dari penyembahan berhala, mereka menyangka tidak bersalah lagi atas suatu pelanggaran. Akan tetapi, Allah menunjukkan bahwa ada banyak hal yang keliru di antara mereka sehingga memperlambat datangnya perkenanan Allah kepada mereka. Ada musuh rohani yang memerangi mereka, lebih berbahaya dari negeri tetangga mana pun. Penjelasan dalam Alkitab bahasa Aram mengatakan, “Dua orang putera Yosua mengambil isteri yang tidak diperkenankan bagi para imam,” dan kita mendapati hal itu benar (Ezr. 10:18). Jadi, tidak diragukan lagi masih ada banyak kesalahan lain lagi yang ada pada jabatan imamat (Mal. 2:1). Namun, Yosua diizinkan berdiri di hadapan Malaikat Tuhan. Walaupun anak-anaknya tidak berbuat sebagaimana mestinya, kovenan keimaman tidak dibatalkan. Perhatikanlah, Kristus bersabar terhadap umat-Nya yang berhati tulus terhadap-Nya, Ia tetap mengakui mereka dalam persekutuan dengan-Nya, tidak peduli betapa banyaknya kelemahan mereka.
            2. Persiapan telah dibuat untuk menguduskan Yosua. Kristus memerintahkan para malaikat yang melayani Dia dan yang siap melaksanakannya untuk memulihkan keadaan Yosua. Yosua tampil di hadapan Tuhan dengan pakaian kotornya untuk dikasihani oleh Dia. Kristus pun bermurah hati memandang kepadanya dengan belas kasih, bukan dengan kemarahan, walaupun sebenarnya pantas bagi-Nya untuk berbuat begitu. Kristus membenci kejijikan pakaian Yosua, namun Ia tidak menyingkirkan Yosua, tetapi menanggalkan pakaiannya itu. Demikianlah diperbuat Allah dengan anugerah-Nya terhadap orang-orang yang dipilih-Nya sendiri untuk menjadi imam. Ia memisahkan mereka dari dosa mereka, dengan begitu Ia mencegah supaya dosa itu jangan memisahkan mereka dari Allah. Ia memperdamaikan diri-Nya dengan si pelaku dosa, tetapi tidak dengan dosanya. Ada dua hal yang diperbuat bagi Yosua, dan keduanya menggambarkan karya ganda dari anugerah ilahi yang dikerjakan pada dan untuk orang percaya:
                (1) Pakaian kotor ditanggalkan darinya (ay. 4). Makna tindakan ini disampaikan dalam perkataan Kristus, dan Ia mengucapkannya sebagai seorang yang berkuasa, “Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu.” Kesalahannya disingkirkan oleh belas kasih pengampunan, bau busuk dan nodanya dihapus oleh damai sejahtera yang diberikan ke dalam hati nurani, dan kuasa dosa itu dipatahkan oleh anugerah pembaharuan. Ketika Allah mengampuni dosa kita, ia menjauhkan kesalahan dari pada kita sehingga kesalahan itu tidak lagi tampil memberatkan kita untuk menghukum. Kesalahan itu berlalu dari kita sejauh timur dari barat. Saat Ia menguduskan kodrat diri kita, Ia memampukan kita untuk menanggalkan manusia lama, membuang kain kotor, yakni kecenderungan hati dan hawa nafsu yang rusak, sehingga kita tidak perlu lagi berurusan dengannya, dan semua hal itu tidak lagi mengekang kita atau tampak dalam diri kita. Demikianlah Kristus melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya, membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah (Why. 1:5-6). Kita harus dibersihkan dari kecemaran dosa, bila tidak, kita dinyatakan tidak tahir untuk jabatan imam (Ezr. 2:62).
                (2) Yosua diberi pakaian baru, sehingga bukan hanya aib dari kekotorannya yang disingkirkan, tetapi juga rasa malu akibat ketelanjangannya juga diselubungi: Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta. Yosua sendiri tidak memiliki pakaian bersih, tetapi Kristus yang akan menyediakan baginya, sebab Dia tidak akan membiarkan imam yang diangkat-Nya terhilang, menjadi kekejian di hadapan manusia atau tertolak di hadapan Allah. Pakaian pesta ini adalah sesuatu yang mewah dan berharga, pakaian yang dikenakan pada hari-hari perayaan. Yosua akan tampil rupawan sebagai ganti kejijikannya semula. Barang siapa melayani dalam hal-hal yang kudus, ia bukan hanya perlu berhenti berbuat jahat, tetapi juga harus belajar berbuat benar. Allah akan menjadikan mereka bijaksana, rendah hati, rajin, setia, dan menjadi teladan segala yang baik. Lalu Yosua pun mengenakan pakaian pesta. Demikianlah orang yang diangkat Kristus menjadi imam-imam rohani memakai jubah kebenaran-Nya yang tidak bercacat dan tampil di hadapan Allah, serta mengenakan anugerah-anugerah Roh-Nya sebagai perhiasan mereka. Perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus, yang dikenakan dan ditanamkan dalam diri mereka, itulah kain lenan halus yang putih bersih, yang dipakai oleh mempelai perempuan sang Anak Domba (Why. 19:8).

* Penglihatan tentang Kandil Emas; Dorongan untuk Membangun Bait Suci (4:1-10)
Di sini,
I. Sang nabi bersiap untuk menerima penyataan yang akan disampaikan kepadanya:
Datanglah kembali malaikat yang berbicara dengan aku itu, lalu dibangunkannyalah aku seperti seorang yang dibangunkan dari tidurnya (ay. 1). Sepertinya, kendati dia sedang bercakap-cakap dengan seorang malaikat, dan tentang hal-hal besar yang menyangkut kepentingan orang banyak, namun ia menjadi bosan dan tertidur, seperti yang tampak, sementara malaikat masih berbicara dengannya. Demikian pula para murid ketika melihat Kristus dimuliakan, telah tertidur (Luk. 9:32). Roh sang nabi, tidak diragukan, bersedia untuk memperhatikan yang akan dilihat dan didengarnya, tetapi daging lemah. Tubuhnya tidak dapat bertahan mengikuti jiwanya dalam perenungan ilahi. Keanehan penglihatan itu mungkin membuatnya tidak dapat berpikir dengan semestinya, sehingga dia dikalahkan oleh rasa kantuk, atau mungkin manisnya penglihatan membuatnya tenang dan meninabobokannya. Daniel juga jatuh pingsan tertelungkup ketika dia mendengar suara ucapan malaikat (Dan. 10:9). Kita tidak akan pernah cocok untuk bercakap-cakap dengan roh-roh sampai kita lepas dari tubuh daging ini. Kelihatannya malaikat itu membiarkan dia tertidur sejenak supaya dia dapat menyegarkan diri kembali untuk menerima penyataan-penyataan yang baru. Kemudian malaikat membangunkannya, yang membuatnya terkejut, seperti seseorang yang dibangunkan dari tidurnya. Perhatikanlah, kita perlu Roh Allah, tidak hanya untuk menyatakan kepada kita hal-hal ilahi, tetapi juga untuk membuat kita memperhatikan hal-hal itu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku (Yes. 50:4). Kita seharusnya memohon Allah, kapan pun Ia berbicara kepada kita, agar Ia mau membangunkan kita, dan setelah itu kita seharusnya mendorong diri kita.

II. Penyataan yang disampaikan kepadanya ketika ia telah siap. Malaikat bertanya kepadanya:
Apa yang engkau lihat? (ay. 2). Ketika bangun, ia mungkin tidak siap memperhatikan apa yang ditampakkan kepadanya, kalau saja malaikat tidak mengajaknya untuk melihat sekitarnya. Ketika mengamati, ia melihat sebuah kaki dian emas, seperti yang ada di dalam Bait Suci sebelumnya, dan dengan kandil ini Bait Suci akan dilengkapi pada waktunya. Jemaat adalah sebuah kandil atau kaki dian, yang didirikan untuk menerangi kegelapan dunia ini dan untuk membawa terang penyataan ilahi kepadanya. Pelita itu adalah milik Allah. Jemaat hanyalah kandil, tetapi semuanya terbuat dari emas, yang menunjukkan kelayakan dan kemegahan jemaat Allah. Kandil emas ini mempunyai tujuh pelita yang bercabang darinya, ada tujuh corot (tempat sumbu pelita), yang masing-masing memancarkan sinar menyala dan terang. Jemaat Yahudi hanya ada satu, dan kendati orang-orang Yahudi terpencar-pencar, mereka mungkin memiliki sinagoge di negara-negara lain, namun mereka bagaikan banyak pelita yang terpasang pada satu kandil. Namun sekarang, di bawah Injil, Kristus adalah pusat kesatuan, dan bukan Yerusalem, atau suatu tempat lain. Dan karenanya tujuh jemaat khusus dihadirkan, bukan sebagai tujuh pelita, melainkan sebagai tujuh kandil emas (kaki dian) (Why. 1:20). Kandil ini memiliki satu bokor, atau tempat penampung, di sebelah atas, yang ke dalamnya minyak terus-menerus menetes, dan darinya, melalui tujuh pipa rahasia, atau saluran, minyak disebarkan ke tujuh pelita, supaya tanpa harus dijaga, mereka menerima minyak sama cepatnya dengan ketika mereka menghabiskannya (seperti cara kerja tinta pena). Pelita-pelita itu tidak pernah kekurangan atau kelebihan minyak, sehingga tetap selalu menyala dengan terang. Dan bokornya juga terus-menerus mendapat minyak, tanpa perlu dijaga manusia. Sebab (ay. 3) ada dua pohon zaitun, masing-masing di sebelah kandil, yang rimbun dan berbuah banyak sehingga sanggup menuangkan banyak minyak terus-menerus ke dalam bokor itu, yang melalui dua pipa besar (ay. 12) menyalurkan minyak ke pipa-pipa yang lebih kecil sampai ke pelita. Dengan demikian tidak ada orang yang perlu menjaga kandil ini, untuk mengisi minyaknya (tidak perlu menunggu manusia untuk itu). Hal ini untuk menunjukkan bahwa Allah dengan mudah saja dapat, dan sering kali melakukan demikian, menyelesaikan tujuan-tujuan rahmat-Nya bagi jemaat-Nya dengan hikmat dan kuasa-Nya sendiri, tanpa keahlian atau usaha dari manusia. Meski kadang-kadang Ia juga menggunakan alat, Ia tidak pernah membutuhkan mereka atau terikat dengan mereka, melainkan dapat melakukan pekerjaan-Nya tanpa mereka, supaya pekerjaan-Nya dapat terlaksana tanpa bergantung pada mereka.

III. Pertanyaan yang diajukan sang nabi mengenai arti dari penglihatan ini dan teguran lembut yang diberikan kepadanya karena kelambanannya (ay. 4):
Lalu berbicaralah aku, kataku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu, “Apakah arti semuanya ini, tuanku?” Amatilah betapa hormatnya dia berbicara kepada malaikat. Ia memanggil sang malaikat tuanku. Orang-orang yang mau diajar harus memberi hormat kepada pengajar mereka. Ia melihat semuanya itu, tetapi bertanya apakah arti semuanya ini. Perhatikanlah, sangatlah baik untuk mengetahui arti dari segala penyataan Allah akan diri-Nya dan pikiran-Nya baik dalam firman-Nya maupun dalam semua ketetapan serta tindakan penyelenggaraan-Nya. Apakah arti semuanya ini, semua pelayanan ini, semua tanda-tanda ini? Dan orang-orang yang ingin mengerti pikiran Allah harus mencari tahu. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal, tidak hanya mendengar, tetapi juga, seperti Kristus, mengajukan pertanyaan atas apa yang kita dengar (Luk. 2:46). Malaikat menjawab dia dengan sebuah pertanyaan: Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini? Ini menyiratkan, bahwa jika dia mempertimbangkan, dan membandingkan hal-hal rohani dengan yang rohani, dia mungkin dapat menduga arti dari semuanya ini. Sebab dia tahu bahwa di sana ada sebuah kandil emas di dalam kemah suci, yang menjadi pekerjaan tetap para imam untuk menjaganya dengan minyak agar terus menyala, untuk digunakan dalam kemah suci. Karena itu, ketika dia melihat, dalam penglihatan, sebuah kandil dengan pelitanya yang tetap menyala, tetapi tidak ada imam yang menjaganya, dan tidak ada kesempatan bagi mereka untuk melakukannya, maka seharusnya sang nabi dapat saja memahami artinya, bahwa meski Allah telah menetapkan jabatan imamat, namun Ia dapat meneruskan pekerjaan-Nya sendiri bagi dan di dalam umat-Nya tanpa bantuan para imam itu. Perhatikanlah, kita punya alasan untuk malu dengan diri sendiri, karena kita sepenuhnya siap memahami arti dari banyak penyingkapan ilahi. Malaikat menanyakan pertanyaan ini kepada sang nabi, supaya sang nabi mau mengakui kebodohannya, dan kegelapan serta kelambanannya untuk mengerti. Dan memang sang nabi segera menjawab: “Tidak, tuanku! Aku tidak tahu arti semuanya ini.” Penglihatan memiliki arti, tetapi sering gelap dan sukar untuk dimengerti, dan para nabi sendiri pada mulanya tidak selalu sadar akan hal itu. Tetapi mereka yang ingin diajar tentang Allah harus melihat dan mengakui kebodohan mereka, dan keperluan mereka untuk diajar, serta harus meminta petunjuk dari Allah. Kepada orang yang memberi kita lemari, kita harus meminta kunci untuk membukanya. Allah akan mengajar orang yang lembut dan rendah hatinya, bukan mereka yang menyombongkan diri dan bersandar kepada bulu yang terkulai dari pemahamannya sendiri.

IV. Maksud umum dari penglihatan ini.
Tanpa panjang lebar tentang penglihatan itu, maksud penglihatan itu adalah untuk meyakinkan sang nabi, dan juga umat melalui dia, bahwa pekerjaan baik pembangunan Bait Suci ini akan selesai dengan membahagiakan, dengan panjagaan istimewa Allah dan campur tangan langsung Penyelenggaraan ilahi, meskipun musuh-musuhnya banyak dan kuat sementara para sahabat dan pendukungnya hanya sedikit dan lemah. Perhatikanlah, dalam penjelasan akan penglihatan dan perumpamaan, kita harus melihat pada tujuan utamanya, dan harus puas dengan penjelasan yang ada jika sudah jelas, walaupun kita tidak bisa mendapatkan penjelasan untuk setiap hal yang terjadi. Malaikat memberitahukan sang nabi secara umum, bahwa penglihatan ini dirancang untuk menggambarkan firman yang hendak dikatakan TUHAN kepada Zerubabel, untuk menguatkan dia dalam melanjutkan pembangunan Bait Suci. Kiranya Zerubabel tahu, bahwa dia adalah rekan sekerja Allah dalam pekerjaan itu, dan bahwa pekerjaan itu diakui dan diberi mahkota oleh Allah.

1. Allah akan melanjutkan dan menyelesaikan pekerjaan ini, karena dia telah memulai pembebasan mereka dari Babel, bukan oleh kekuatan lahiriah, melainkan oleh pekerjaan tersembunyi dan pengaruh batiniah dalam pikiran manusia. Ia yang mengatakan hal ini adalah TUHAN semesta alam, dan dapat melakukannya vi et armis -” dengan kekuatan, memiliki pasukan besar malaikat yang siap diperintah-Nya. Tetapi Ia akan melakukannya, bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku. Apa yang dilakukan oleh Roh-Nya dilakukan dengan kuasa dan kekuatan, melawan kekuatan yang dapat dilihat. Israel dibawa keluar dari Mesir, dan masuk ke dalam Kanaan, oleh kuasa dan kekuatan. Dalam kedua perbuatan yang ajaib ini pembunuhan besar-besaran terjadi. Tetapi mereka dibawa keluar dari Babel dan masuk ke dalam Kanaan untuk kedua kalinya oleh roh TUHAN semesta alam yang bekerja atas roh Raja Koresh dan mencondongkan hatinya untuk mengumumkan kebebasan bagi mereka, dan bekerja atas roh para tawanan dan mencondongkan hati mereka untuk menerima kebebasan yang ditawarkan kepada mereka. Adalah oleh Roh TUHAN semesta alam umat itu digairahkan dan digerakkan untuk membangun Bait Suci. Dan karenanya mereka dikatakan dibantu oleh nabi-nabi Allah, sebab para nabi, sebagai mulut Roh Allah, berbicara kepada hati mereka (Ezr. 5:2). Oleh Roh yang sama juga hati Raja Darius dicondongkan untuk membantu dan melanjutkan pekerjaan baik tersebut. Juga, oleh Roh yang sama musuh-musuh bebuyutan pekerjaan itu dikacaukan dalam semua rencana jahat mereka, sehingga mereka tidak dapat menghalangi pekerjaan itu. Perhatikanlah, pekerjaan Allah sering sangat berhasil ketika dilaksanakan secara diam-diam, dan tanpa bantuan kekuatan manusia. Bait Suci TUHAN dibangun, bukan dengan keperkasaan dan kekuatan sebab senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan dengan Roh TUHAN semesta alam, yang pekerjaannya pada hati nurani manusia adalah sangat kuat untuk merobohkan benteng-benteng pertahanan yang kokoh. Demikianlah kehebatan kuasa itu berasal dari Allah, bukan dari manusia. Ketika semua sarana gagal, marilah kita berserah kepada Allah untuk melakukan pekerjaan-Nya oleh Roh-Nya.

2. Semua kesukaran dan perlawanan yang terbentang di jalan akan diatasi dan disingkirkan sekalipun tampak tidak terkalahkan (ay. 7): Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Lihatlah di sini,
                (1) Bagaimana kesukaran digambarkan. Sebuah gunung yang besar, tidak dapat dilewati dan dipindahkan, sebuah tumpukan sampah, seperti sebuah gunung besar, yang harus disingkirkan, atau pekerjaan tidak dapat berlanjut. Musuh-musuh orang Yahudi begitu sombong dan sulit dihadapi seperti gunung yang besar. Akan tetapi, ketika Allah punya pekerjaan untuk dilakukan, gunung-gunung yang berdiri di tengah jalan akan menyusut menjadi bukit-bukit kecil. Sebab lihatlah di sini,
                (2) Bagaimana semua kesukaran ini dipandang hina: “Siapakah engkau, gunung yang besar! Engkau berdiri menghadang di jalan Allah dan menyangka dapat menghentikan kemajuan pekerjaan-Nya? Siapakah engkau yang kelihatan begitu besar, sehingga sedemikian mengancam, dan ditakuti? Di depan Zerubabel, ketika dia menjadi alat Allah, engkau menjadi tanah rata. Semua kesukaran akan lenyap, dan semua keberatan diatasi. Setiap gunung dan bukit diratakan ketika jalan TUHAN harus dipersiapkan” (Yes. 40:4). Iman memindahkan gunung dan menjadikannya tanah rata. Kristus adalah Zerubabel kita. Gunung-gunung kesukaran menghalangi jalan-Nya, tetapi di depan Dia semuanya diratakan. Tidak ada yang terlalu sukar bagi anugerah-Nya untuk dikerjakan.

3. Tangan yang sama yang telah memulai pekerjaan baik ini akan melakukannya: Ia akan mengangkat batu utama (ay. 7). Dan sekali lagi (ay. 9), Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini. Biarlah ini dikatakan untuk menghormatinya (mungkin dengan tangannya sendiri ia meletakkan batu pertama), dan meskipun itu kemajuan pekerjaan lama tertahan, dan masih banyak ditentang, namun pada akhirnya akan diselesaikan. Ia akan hidup untuk melihat Rumah TUHAN selesai, bahkan, tangannya juga akan menyelesaikannya. Dengan demikian ia menjadi gambaran Kristus, yang menjadi penggagas maupun penyempurna iman kita. Dan dengan menjadi penggagasnya, Ia menjadi jaminan bagi kita bahwa Ia akan menjadi penyempurna, sebab, sebagai Allah, pekerjaan-Nya adalah sempurna. Adakah Dia telah memulai dan tidak akan dapat menyelesaikannya? Zerubabel sendiri akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak, akan adasteriakan-teriakan sukacita di antara para penontonnya. Teriakan bukanlah hore, hore, melainkan Bagus, bagus sekali batu itu (KJV: anugerah, anugerah kepadanya). Itulah isi dari lagu-lagu kemenangan yang dinyanyikan oleh jemaat. Sorak-sorai ini dapat berarti,
                (1) Mengagungkan anugerah cuma-cuma, dan memberikan segala kemuliaan kepada apa yang telah dilakukan. Ketika pekerjaan diselesaikan, hal itu harus diakui dengan puji syukur, bahwa bukan oleh kebijaksanaan atau kekuatan kita sendiri sehingga dapat disempurnakan, melainkan karena anugerahlah yang mengerjakannya, yaitu kehendak baik Allah terhadap kita dan pekerjaan baik-Nya di dalam kita dan bagi kita. Itu semua bukanlah usaha kita, melainkan sepenuhnya anugerah, sehingga anugerah, anugerah, harus diserukan, tidak hanya kepada batu utama, tetapi juga kepada batu pondasi, batu penjuru, dan tentunya juga kepada setiap batu di dalam bangunan Allah. Dari awal hingga akhir semua bukanlah usaha, melainkan sepenuhnya anugerah, sehingga semua mahkota kita harus diletakkan di bawah kaki anugerah yang cuma-cuma. Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami.
                (2) Kita bergantung kepada anugerah yang cuma-cuma, dan kerinduan agar kiranya anugerah terus ada, untuk menyelesaikan apa yang belum diselesaikan. Anugerah. anugerah, adalah bahasa doa dan juga pujian. Kini karena bangunan ini telah selesai, maka semua kebahagiaan pun menyambutnya! Damai ada di dalam Bait Suci yang dilingkupi tembok-temboknya, dan, supaya ada damai, perlu ada anugerah. Kiranya keindahan TUHAN Allah kita ada di atasnya! Perhatikanlah, apa yang datang dari anugerah Allah kiranya, dalam iman, dan karena alasan yang baik, dilakukan bagi anugerah Allah, sebab Allah tidak akan meninggalkan pekerjaan tangan-Nya sendiri.

4. Hal ini akan mengesahkan kebenaran semua nubuatan yang telah disampaikan sebelumnya mengenai kepulangan orang-orang Yahudi dan pemukiman mereka kembali di Yerusalem. Ketika Bait Suci diselesaikan pembangunannya, maka kamu akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu. Perhatikanlah, penggenapan semua nubuatan Kitab Suci dengan tepat menjadi suatu bukti yang meyakinkan bahwa mereka berasal dari Allah. Demikianlah Allah menguatkan perkataan hamba-hamba-Nya dan melaksanakan keputusan-keputusan yang diberitakan utusan-utusan-Nya; yang berkata tentang Yerusalem: Baiklah ia didiami! (Yes. 44:26). Tidak ada satupun firman Allah yang akan jatuh sia-sia ke tanah, satu titik atau satu iota pun tidak ada yang akan gagal. Semua nubuatan Zakharia tentang hari pembebasan yang sedang datang mendekat bagi jemaat itu akan segera kelihatan sebagai berasal dari Allah, melalui penggenapan semua nubuatan itu.

5. Penggenapan semua nubuatan ini akan membungkam mulutsorang-orang yang melihat dengan penghinaan permulaan pekerjaan ini (ay. 10). Siapa itu dan di manakah sekarang orangnya yang dahulu menghina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, dan menganggap pekerjaan ini tidak akan pernah mencapai sesuatu? Orang-orang Yahudi sendiri dahulu menghina pembangunan Bait Suci yang kedua, karena mereka percaya hasilnya akan kalah jauh dari yang pertama (Ezr. 3:12). Musuh-musuh mereka menghina temboknya ketika sedang dibangun (Neh. 2:19; 4:2-3). Tetapi seharusnya mereka tidak berbuat demikian. Perhatikanlah, dalam pekerjaan Allah, hari peristiwa-peristiwa kecil janganlah dipandang hina. Kendati sarananya lemah dan tidak memungkinkan, Allah memang sering memilih yang demikian, supaya melalui mereka hal-hal yang besar terjadi. Seperti halnya gunung yang besar menjadi tanah rata di hadapan-Nya ketika Ia berkenan, demikian pula sebuah batu kecil, yang terkikis dari sebuah gunung tanpa tangan manusia, dapat memenuhi bumi (Dan. 2:35). Kendati permulaannya kecil, Allah dapat membuat akhirnya bertambah besar secara luar biasa. Sebuah biji sesawi dapat menjadi sebuah pohon yang besar. Janganlah terang fajar dipandang hina, sebab ia akan bersinar semakin terang dan terang hingga siang hari. Hari peristiwa-peristiwa kecil adalah hari perkara-perkara yang berharga, dan akan menjadi hari perkara-perkara yang besar.

6. Penggenapan nubuatan-nubuatan itu secara berlimpah akan memuaskan hati semua orang yang mengharapkan kebaikan bagi kepentingan Allah, yang akan dengan senang hati melihat betapa mereka salah dalam memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil. Orang-orang yang putus asa dengan penyelesaian pekerjaan pembangunan Bait Suci itu akan bersukacita ketika mereka melihat batu pilihan di tangan Zerubabel, ketika mereka melihatnya sibuk di antara para pekerja, memberi perintah dan arahan apa yang harus dikerjakan, dan mengawasi pekerjaan agar dilakukan dengan ketepatan yang tinggi, sehingga menjadi bagus dan kokoh. Perhatikanlah, merupakan suatu sukacita yang besar bagi semua orang saleh untuk melihat para pejabat dengan hati-hati dan giat melakukan perbaikan rumah Allah, untuk melihat batu pilihan di tangan orang-orang yang punya wewenang dan hati untuk berbuat besar. Kita tidak melihat ada sekop di tangan Zerubabel (ini bagian para pekerja, para pelayan Tuhan), tetapi kita melihat batu pilihan di tangannya, dan bukan penghinaan, melainkan suatu kehormatan bagi dia. Para pejabat harus memeriksa pekerjaan para pekerja dan berbicara dengan lemah lembut kepada orang-orang Lewi yang melakukan tugas mereka.

7. Penggenapan semua nubuatan itu akan sangat mengagungkan hikmat dan tindakan penyelenggaraan Allah, yang selalu digunakan bagi kebaikan jemaat-Nya. Zerubabel melakukan bagiannya, tetapi dengan bantuan ketujuh mata TUHAN yang kita baca di dalam pasal 3:9. Ia tidak dapat berbuat apa-apa jika penyelenggaraan Allah yang mengawasi, berkuasa dan penuh rahmat, tidak menyertainya dan bersama dengan dia dalam pekerjaan. Kecuali TUHAN yang membangun rumah ini, Zerubabel dan orang-orang selebihnya sia-sia berusaha (Mzm. 127:1). Mata TUHAN menjelajah seluruh bumi, mengawasi seluruh makhluk ciptaan dan segala tindakan mereka (2Taw. 16:9), dan mengilhami serta mengarahkan semuanya, sesuai dengan pertimbangan ilahi. Perhatikanlah, janganlah kita menganggap bahwa Allah sedemikian disibukkan dengan urusan jemaat-Nya sampai mengabaikan dunia. Sesungguhnya, merupakan penghiburan bagi kita bahwa sang Penyelenggara yang Mahakuasa dan Mahabijak yang mengatur bangsa-bangsa di bumi ini secara khusus berhubungan dengan jemaat-Nya. Tujuh mata yang menjelajah seluruh bumi ada di atas batu yang diletakkan oleh Zerubabel searah dengan batu pilihannya, untuk melihat apakah batu itu terletak dengan baik. Karena itu, orang-orang yang membawa batu pilihan di tangan mereka harus memandang kepada tujuh mata TUHAN itu, harus terus mengarahkan perhatian kepada sang Penyelenggara ilahi, dan bertindak dengan bergantung pada tuntunan-Nya dan tunduk pada penyediaan-Nya.




___



Daftar Label dari Kategori Renungan Katolik 2024
Lagu Anak(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Renungan Katolik Senin, 24 Juni 2024 - Lukas 1:57-66,80 - BcO Yeremia 1:4-10.17-19 - HARI RAYA KELAHIRAN St. YOHANES PEMBAPTIS

PREV:
Renungan Katolik Sabtu, 22 Juni 2024 - Paulinus Nola, Yohanes Fisher, Thomas More - Matius 6:24-34 - BcO Zakharia 2:1-13





Arsip Renungan Katolik 2024..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)