misa.lagu-gereja.com        
 
View : 140 kali
Renungan Katolik 2024
Sabtu, 13 Juli 2024
Renungan Katolik Sabtu, 13 Juli 2024 - Matius 10:24-33 - BcO Amsal 31:10-31 - Henrikus
#tag:

Sabtu, 13 Juli 2024
Henrikus
Yes 6:1-8; Mzm 93:1ab.1c-2.5;
Matius 10:24-33
BcO Amsal 31:10-31
Warna Liturgi Hijau

Matius 10:24-33
10:24 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. 10:25 Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. 10:26 Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. 10:27 Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. 10:28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. 10:29 Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. 10:30 Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. 10:31 Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. 10:32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-K

Penjelasan:

* SEORANG MURID TIDAK LEBIH DARIPADA GURUNYA" (Matius 10:24, 25)

24 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. 25 Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.

Ayat 24. Setelah memperingatkan para rasul tentang sikap permusuhan yang akan mereka temui, Yesus memberitahu mereka bahwa mereka tidak perlu terkejut dengan hal ini, terutama dalam hal perlakuan yang Ia sendiri telah terima. Akal sehat setuju dengan kebenaran itu bahwa seorang murid tidak lebih daripada gurunya, atau seorang hamba tidak lebih daripada tuannya. Seorang murid mengikuti dan belajar dari gurunya. Lukas mencatat baris pertama dari pepatah ini dalam konteks yang berbeda dan kemudian menambahkan bahwa "[seorang murid] yang telah tamat pelajarannya [ia] akan sama dengan gurunya" (Luk. 6:40). Yesus menekankan bahwa Ia adalah satu-satunya Guru mereka (23:8). Karena Ia telah menderita, maka murid-murid-Nya harus mengantisipasi untuk menderita juga (lihat 1 Petrus 2:21; 4:1).

Belakangan, dalam Yohanes 13:16, Yesus berkata kepada mereka, "Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya." Dalam ayat tersebut, "seorang utusan" juga bisa diterjemahkan "seorang rasul." Di Yohanes 15:20, Yesus mengulangi pernyataan tentang hamba dan kemudian menambahkan, "Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu." Sebuah ungkapan yang terkait muncul dalam tradisi rabi:" Cukuplah bagi seorang hamba jika ia seperti tuannya."1

Ayat 25. Seorang murid [adalah] sama seperti gurunya dan seorang hamba [adalah] sama seperti tuannya, ketika keduanya diperlakukan sama oleh orang lain oleh sebab hubungan mereka. Begitulah yang terjadi dalam kasus penganiayaan Kristus dan murid-murid-Nya, karena mereka semua diperlakukan dengan cara yang sama.

Yesus mengacukan diriNya sebagai tuan rumah dan para pengikut-Nya sebagai seisi rumahnya. Bahasa ini sejajar dengan gambaran sebelumnya tentang seorang tuan dan hambanya. Seorang tuan adalah "tuan rumah," dan hamba-hambanya diperhitungkan sebagai "seisi rumahnya." Di sini Yesus menggunakan argumentasi betapa lebihnya lagi untuk menekankan bahwa para murid-Nya akan diperlakukan dengan penghinaan yang lebih besar daripada yang Ia pernah alami. Para pengecaman-Nya telah memfitnah Dia, dengan menyebut Dia Beelzebul, yaitu, "penghulu setan." Penggunaan kata ini yang dikaitkan dengan Kristus menunjukkan kebencian mereka dan tidak adanya rasa hormat terhadap Dia. Jika mereka menyebut sang Tuan dengan julukan ini, yang dengan cara ini mengaitkan Dia dengan Iblis (Mrk. 3:22, 23), bagaimanakah mereka akan memperlakukan para pengikut-Nya? Douglas R. A. Hare berkomentar, "Acuan kepada Beelzebul mengaitkan nas ini dengan 9:34 dan pernyataannya tentang respon negatif terhadap pelbagai karya luar biasa Yesus, dan mengantisipasi 12:22-32, di mana tema itu diselidiki secara lebih menyeluruh."2

Arti sebenarnya nama "Beelzebul" diperdebatkan.3Beberapa orang menyimpulkan bahwa istilah itu berarti "tuan/master tempat tinggal (sorgawi)." Jika ini benar, maka mungkin acuan Yesus kepada "kepala [tuan] rumah" (oijkodespo÷thß, oikodespotÄ”s) merupakan permainan kata-kata. Yang lainnya berkata bahwa nama itu berarti "tuan kotoran." Nama "Beelzebub" yang berkaitan memiliki arti "tuan lalat." Nama itu awalnya adalah nama untuk ilah kuno Kanaan (2 Raja 1:2, 3, 6, 16). Terlepas dari arti nama-nama ini, bagian terberat dari penghinaan para pemimpin Yahudi itu adalah bahwa mereka menyebut Yesus sebagai Iblis.

* JANGAN TAKUT" (Matius 10:26-31)

26 Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. 27 Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. 28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. 29 Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. 30 Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. 31 Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.

Yesus memberikan rasul-rasul itu pelbagai alasan yang menyamankan mereka tentang mengapa mereka harus jangan takut kepada orang-orang yang akan menganiaya mereka. Perintah "jangan takut" muncul tiga kali dalam ayat ini (10:26, 28, 31).

Ayat 26, 27. Yesus memberitahu rasul-rasul itu untuk jangan takut karena sesuatu yang baik akan muncul dari penganiayaan mereka (lihat Kisah 8:1-4; Flp. 1:12-14, 19, 20). Mereka telah diberi tugas untuk dikerjakan: memberitakan kabar kerajaan. Terlepas dari penganiayaan apa saja yang akan mereka hadapi, misi itu akan tetap dilaksanakan. Apa yang sebelumnya disembunyikan atau dirahasiakan akan diungkapkan (lihat Mrk 4:22; Luk. 8:17; 12:2, 3).

Apa yang sudah Yesus ajarkan kepada mereka secara pribadi, akan segera dapat mereka beritakan secara terbuka: "Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah." Setelah kebangkitan dan kenaikan-Nya, Yesus akan mengirim Roh Kudus untuk membuat semua ini diingat oleh mereka, membimbing mereka ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 14:26; 16:13, 14; Kisah 2:1-4). Pada waktu itu, mereka akan secara terbuka memberitakan Yesus sebagai "Tuhan dan Kristus" (Kisah 2:36).

"Beritakanlah itu dari atas atap rumah" adalah cara kiasan untuk mengatakan "memberitakan secara terbuka." Pada zaman itu, ketika seseorang ingin menyiarkan suatu berita di wilayah yang luas, ia bisa naik ke bukit yang tinggi atau ke atap rumah dan meneriakkan berita itu sehingga semua orang di sekitar tempat itu bisa mendengarnya. Talmud memberitahu bagaimana orang yang meniup terompet naik ke atap rumah untuk meniup nafiri mereka yang dari tanduk domba untuk memberitahukan awal hari-hari suci keagamaan.4

Ayat 28. Para pengikut Yesus harus jangan takut terhadap musuh-musuh mereka karena ada batasan bagi musuh-musuh itu dalam banyaknya celaka yang mereka bisa timpakan terhadap murid-murid-Nya. Mereka bisa membunuh tubuh, tetapi mereka tidak dapat membunuh jiwa. Kata Yunani untuk jiwa, "yuch (psuchÄ”), sejajar dengan kata Ibrani vp#n# (nepesh) dan memiliki beberapa arti, seperti nafas hidup, prinsip hidup, kehidupan duniawi, kehidupan batin manusia (termasuk hasrat dan emosi), orang, dan jiwa (yang tetap hidup setelah kehidupan duniawi ini).5Dalam konteks ini, yang disorot tampaknya adalah arti yang terakhir (lihat 11:29; 16:26; Mrk. 8:36, 37; Luk. 12:20; Ibr. 6:19; 1 Pet. 1:9, 22; 2:11; 4:19; Yak. 1:21; 5:20). Meski pengikut setia Kristus mungkin saja menderita kehilangan tubuh, namun mereka tidak akan menghadapi "hukuman kekal" atau "kematian yang kedua" (25:46; Why. 20:14). Musuh mereka tidak bisa menimbulkan celaka pada bagian manusia yang tidak terlihat dan tidak berwujud.

Ketimbang takut kepada manusia, Yesus memerintahkan mereka untuk takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Di sini dua jenis "takut" dibedakan: Takut kepada manusia adalah rasa takut yang egois, tapi takut kepada Allah adalah sehat dan baik.6Allah harus ditakuti karena Ia "berkuasa menyelamatkan dan membinasakan." (Yak. 4:12).

Kata Yunani untuk "membinasakan" (ajpo¿llumi, apollumi) tidak menyiratkan pemusnahan. Jiwa dan tubuh dibinasakan ketika keduanya dicampakkan ke dalam neraka. (Untuk "neraka," lihat komentar tentang 5:22).

Ayat 29-31. Pengikut Yesus seharusnya jangan takut karena Allah Bapa mengawasi dan melindungi orang-orang milik-Nya. Burung pipit harganya tidak mahal. Mereka kadang-kadang dimakan pada abad pertama, tapi ini hanya dilakukan oleh orang miskin karena harga mereka sangat murah. Dua ekor harganya satu sen.

Dalam Lukas 12:6, lima burung pipit dijual dua sen; tampaknya harga lima sen itu diberikan sebagai hasil tawar-menawar.7Kata Yunani untuk "sen" (assa¿rion, assarion) menunjukkan koin tembaga kecil yang beredar di zaman Yesus. Nilai satu sen itu sekitar seperenam belas dinar.8Meski tampaknya nilainya tidak besar, namun tidak satu pun dari burung-burung ini yang bahkan dapat jatuh ke bumi, atau mati, tanpa sepengetahuan Allah.

Pada titik ini, Yesus menyela, "rambut kepalamupun terhitung semuanya." Menurut David Menton, telah diperkirakan bahwa rata-rata jumlah rambut di kepala manusia adalah 100.000.9Kita bertanya-tanya bagaimana perkiraan seperti ini bisa diketahui! Yesus menyiratkan bahwa Allah bahkan tahu tentang hal-hal yang tidak penting dan tidak berarti dalam hidup kita. Dalam konteks lain, perlindungan Allah dinyatakan dalam janji bahwa "tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang" (Luk. 21:18, lihat Kisah 27:34).

Yesus sedang menggunakan argumentasi dari yang lebih kecil kepada yang lebih besar untuk menekankan kepedulian Allah kepada manusia, khususnya, murid-murid-Nya (lihat komentar tentang 6:26). Ia menyimpulkan argumentasi ini dengan mengatakan, "Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." Allah tahu ketika umat-Nya menderita (dan bahkan mati), dan Ia peduli terhadap mereka. Sebuah pepatah yang terkait muncul dalam Talmud Yerusalem: "Tanpa sorga [Allah], burung tidak binasa; betapa sangat lebihnya manusia!"

* SETIAP ORANG YANG MENGAKUI AKU" (Matius 10:32, 33)

32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. 33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.

Ayat 32. Yesus melanjutkan dalam menyemangati para pengikut-Nya untuk bersikap berani, dengan menjanjikan berkat besar bagi setiap orang yang mengakui [Dia] di depan manusia. Kata Yunani untuk "mengakui" (oJmologe÷w, homologeō) berarti menyatakan atau mengakui. Pengakuan sebenarnya tentang Yesus tidak dirinci di sini. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus berbicara tentang beberapa orang yang akan mengakui Dia sebagai "Tuhan"; namun mereka akan ditolak karena perbuatan mereka tidak sejalan dengan pengakuan iman mereka (7:21-23). Kemudian, Petrus membuat apa yang sudah disebut sebagai ikrar yang benar, dengan mengatakan, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup" (16:16).

Murid-murid itu akan dibawa ke hadapan pengadilan Yahudi serta para gubernur dan raja-raja non-Yahudi (10:17, 18). Pertemuan semacam itu adalah kesempatan untuk mengakui Kristus. Murid-murid itu harus mengatasi ketakutan apa saja tentang penganiayaan supaya bisa mempertahankan pengakuan mereka. Yesus sendiri membuat "ikrar yang benar … di muka Pontius Pilatus" (1 Tim 6:13; lihat 27:11)"dan ikrar itu menimbulkan penyaliban-Nya.

Dalam Injil Yohanes, banyak orang Yahudi takut menyatakan iman mereka kepada Yesus karena pemimpin mereka telah memutuskan bahwa "setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan" (Yoh. 9:22). Bahkan beberapa pemimpin percaya kepada Yesus, tetapi tidak mengakui Dia, "supaya mereka jangan dikucilkan" (Yoh. 12:42).

Pengakuan iman kepada Kristus disyaratkan sebelum seseorang menjadi orang Kristen (Rom. 10:9, 10; 1 Tim. 6:12). Pengakuan itu adalah bahwa Yesus adalah "Mesias, Anak Allah yang hidup" (16:16; lihat Kisah 8:37). Itu menyiratkan pengakuan atas Dia sebagai Tuhan dan Guru seseorang. Orang Kristen mungkin dianiaya dan bahkan harus menyerahkan nyawanya karena pengakuan imannya. Namun demikian, Yesus"

"satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia" (1 Tim. 2:5; NIV)"akan mengakuinya di depan Bapa-[Nya] yang di sorga." Alih-alih "depan Bapa-Ku yang di surga," Lukas menulis "di depan malaikat-malaikat Allah" (Luk. 12:8, 9).

Ayat 33. Dalam menyatakan sebaliknya, Yesus memperingatkan murid mana saja yang akan berpaling dari Dia: "Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." Kata kerja "menyangkal" (a”rne÷omai, arneomai) berarti "memungkiri" atau "menyangkal." Dalam contoh pertama, kata itu mengacu kepada memungkiri Yesus sebagai Tuhan. Kata itu digunakan dengan cara ini dalam mengacukan penyangkalan Petrus (26:70, 72, 74). Dalam contoh kedua, mengacu kepada penolakan Kristus terhadap individu tertentu sebagai murid-Nya (lihat 7:23; 2 Tim. 2:12).

Orang Kristen mula-mula berada di bawah tekanan kuat untuk menyangkal Kristus. Sebagai contoh, di awal abad kedua Masehi, Pliny Muda, gubernur Pontus/ Bitinia, menyurati kaisar Romawi Trajan tentang kebijakannya dalam berurusan dengan umat Kristen yang telah didakwa dihadapannya. Ia telah menginterogasi mereka yang dituduh sebagai orang Kristen dua atau tiga kali, memberi mereka kesempatan untuk menyangkal Kristus. Ia mengeksekusi mereka yang tidak mau menyangkal. Namun begitu, jika mereka adalah warga negara Romawi, ia mengirim mereka ke Roma. Mereka yang menyangkal sebagai orang Kristen dibebaskan setelah mereka mengutuki Kristus, memohon kepada ilah-ilah lain, dan mempersembahkan doa dengan dupa dan anggur kepada patung kaisar.




BcO Amsal 31:10-31

Puji-pujian untuk isteri yang cakap
31:10 Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. 31:11 Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. 31:12 Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. 31:13 Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya. 31:14 Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya. 31:15 Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan. 31:16 Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya. 31:17 Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. 31:18 Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam. 31:19 Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal. 31:20 Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin. 31:21 Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap. 31:22 Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya. 31:23 Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri. 31:24 Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang. 31:25 Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan. 31:26 Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. 31:27 Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya. 31:28 Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: 31:29 Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua. 31:30 Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji. 31:31 Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!

Penjelasan:

* Istri yang Cakap (31:10-31)

    Penggambaran tentang istri yang cakap ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada para perempuan, harus menjadi istri seperti apakah mereka dan istri seperti apakah yang harus dipilih para lelaki yang bijak. Perikop ini terdiri atas dua puluh dua ayat, yang masing-masing diawali dengan sebuah huruf Ibrani menurut urutan abjad, seperti yang digunakan dalam beberapa Mazmur. Ini membuat beberapa orang berpendapat bahwa perikop ini bukanlah bagian dari pelajaran yang diberikan ibunda Lemuel kepadanya, melainkan sebuah sajak tersendiri yang ditulis orang lain, dan boleh jadi biasa diulang-ulang oleh orang Yahudi yang saleh. Guna memudahkan hal itu, ayat-ayat ini ditulis menurut abjad. Kita juga menemukan ringkasan dari perikop ini di dalam Perjanjian Baru (1Tim. 2:9-10; 1Ptr. 3:1-6), di mana kewajiban para istri digambarkan sesuai dengan penggambaran istri yang baik yang diberikan dalam perikop tersebut. Bukan tanpa alasan apabila hal ini begitu ditekankan, yakni supaya para ibu bersikap bijaksana dan baik, karena ini sangat membantu dalam memelihara penghayatan agama di dalam keluarga, dan pewarisannya kepada keturunan selanjutnya. Juga, ada akibatnya terhadap kesejahteraan dan kemakmuran yang akan dinikmati seisi rumah. Orang yang ingin berhasil harus bertanya-tanya akan istri yang akan dipilihnya. Di sini terdapat,

I. Pencarian umum tentang istri seperti itu (ay. 10), di mana amatilah,

1. Seperti apa istri yang dicari itu, yakni istri yang cakap, perempuan yang kuat (begitulah maksud istilah ini). Meskipun dianggap kaum yang lemah, namun dibuat kuat oleh hikmat dan anugerah, serta takut akan Allah: istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan tabiat para hakim yang cakap (Kel. 18:21), bahwa mereka adalah orang-orang yang cakap, yang memenuhi syarat untuk menunaikan kewajiban yang menjadi panggilannya, orang-orang yang benar, takut akan Allah. Dengan demikian, istri yang cakap adalah perempuan yang dipenuhi roh, mampu mengendalikan diri, dan tahu cara mengendalikan orang lain. Ia seorang yang saleh, rajin, dan penolong bagi suaminya. Sebagai kebalikan dari kekuatan ini, kita membaca perihal kelemahan hati seorang perempuan sundal jahanam (Yeh. 16:30). Istri yang cakap adalah perempuan yang penuh tekad, yang setelah memegang asas-asas yang baik, bersikap tegas dan kukuh terhadapnya, serta tidak akan takut menghadapi topan dan badai yang menghadang setiap kewajibannya.

2. Sulitnya menemukan perempuan seperti itu: Siapakah akan mendapatkannya? Hal ini menyiratkan bahwa perempuan baik sangat jarang ditemui, dan banyak perempuan yang tampak baik ternyata tidak seperti itu. Orang yang menyangka telah menemukan istri yang cakap telah terkecoh. Lihat,tampaklah bahwa itu Lea, dan bukannya Rahel yang diharapkannya. Namun, orang yang berencana menikah harus mencari perempuan seperti itu dengan tekun, dan mengutamakan dasar penilaian ini dalam pencariannya. Ia harus berhati-hati supaya tidak terkecoh oleh kecantikan atau keriangan, kekayaan atau asal usul keluarga, dan selera tinggi dalam berpakaian atau keterampilan menarinya. Sebab semua hal ini bisa saja terdapat pada diri seorang perempuan, padahal dia bukan perempuan yang cakap. Ada banyak perempuan yang benar-benar cakap tetapi tidak memiliki kelebihan-kelebihan tadi.

3. Nilai tak terkatakan dalam diri perempuan seperti itu, serta penilaian tinggi yang patut diberikan seorang laki-laki kepada istri yang cakap yang dimilikinya, dengan menunjukkannya melalui rasa syukurnya kepada Allah dan kebaikan hati serta rasa hormatnya terhadap istrinya. Janganlah ia pernah berpikir telah berbuat terlampau banyak bagi istri seperti itu. Ia lebih berharga dari pada permata dan semua perhiasan mewah yang digunakan perempuan-perempuan tak berguna untuk menghiasi diri. Semakin jarang istri seperti itu, semakin tinggi penilaian yang harus diberikan kepada mereka.

II. Penggambaran khusus tentang dirinya dan tentang kelebihan-kelebihannya yang unggul.
        1. Dia sangat tekun dalam membawa dirinya sehingga mendapat penghargaan dan kasih sayang suaminya. Orang-orang yang baik akan bersikap baik juga dalam hampir semua hal. Bila seorang perempuan yang baik menikah, maka ia juga akan menjadi istri yang baik dan berusaha untuk menyenangkan suaminya (1Kor. 7:34). Walaupun dia sendiri seorang perempuan yang dipenuhi roh, keinginannya adalah untuk takluk kepada laki nya, untuk memahami pikirannya supaya bisa menyesuaikan diri dengan pikiran suaminya itu, serta bersedia suaminya memerintahkan atas dia.

(1) Ia berperilaku sedemikian rupa hingga suaminya bisa merasa tenang dan percaya penuh kepadanya. Suaminya percaya akan kesuciannya dan sang istri tidak pernah memberi dia kesempatan untuk merasa curiga ataupun cemburu. Dia bukan termasuk perempuan yang murung dan suka menyendiri, melainkan rendah hati sekaligus berwibawa, serta memiliki semua tanda kebajikan dalam penampilan dan perilakunya. Suaminya tahu akan hal ini, dan oleh sebab itu hati suaminya percaya kepadanya. Suaminya akan merasa tenang, hingga perempuan itu pun ikut merasa tenang. Suaminya percaya akan tingkah lakunya, bahwa dia akan berbicara di tengah kumpulan orang dan menangani semua urusan dengan arif dan bijak supaya tidak mendatangkan aib dan teguran kepada suaminya. Sang suami percaya pada ketaatannya terhadap kepentingannya, dan perempuan itu tidak akan pernah mengkhianati nasihat suaminya ataupun tertarik kepada apa pun selain keluarganya. Pada waktu bepergian untuk mengurus kepentingan orang banyak, sang suami bisa mengandalkan istrinya untuk mengatur semua urusan di rumah, sama baiknya seolah-olah sang suami hadir sendiri. Perempuan ini adalah seorang istri yang cakap yang pantas diberi kepercayaan dan pasangannya adalah seorang suami yang baik yang memercayakan semua urusannya kepada sang istri untuk dikelola olehnya.

(2) Perempuan itu berbuat begitu banyak demi kepuasan suaminya sehingga suaminya itu tidak perlu mencari-cari lagi. Saat bepergian, sang suami tidak perlu mengeluh atau mengumpulkan uang dengan susah payah seperti orang yang mempunyai istri yang sombong dan boros di rumah. Sang istri mengatur semua urusannya dengan begitu rupa hingga suaminya senantiasa berkecukupan dan bahkan cukup kaya hingga tidak akan tergoda untuk merampas milik sesamanya. Sang suami merasa begitu bahagia dengannya hingga tidak merasa iri hati terhadap orang-orang yang memiliki kekayaan duniawi berlimpah. Ia tidak membutuhkan semua itu, karena dengan memiliki istri seperti itu, ia sudah merasa berkecukupan. Berbahagialah suami istri yang memiliki kepuasan seperti ini terhadap pasangan masing-masing!

(3) Perempuan itu senantiasa giat berbuat baik kepada suaminya, dan takut melakukan apa pun yang dapat merugikan suaminya, walau tanpa sengaja sekalipun (ay. 12). Ia menyatakan kasih sayang kepada suaminya, bukan dengan kemesraan yang bodoh, melainkan dengan perilaku bijaksana yang membuatnya disukai, sambil menyesuaikan diri dengan suasana hati sang suami, bukannya membuat dia marah. Ia mengucapkan kata-kata yang baik dan bukan yang jahat, terutama saat suasana hati suaminya kurang baik. Ia berusaha membuat suaminya merasa nyaman, menyediakan segala sesuatu yang cocok baginya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, serta melayani dengan tekun dan lembut pada waktu sang suami sedang menderita sakit. Ia sama sekali tidak akan sengaja melakukan sesuatu yang dapat merugikan suami, keluarga, harta, maupun nama baik mereka. Inilah yang dilakukan perempuan itu sepanjang umurnya. Bukan sekadar pada awalnya atau sesekali ketika suasana hatinya sedang senang, melainkan senantiasa begitu. Ia tidak lelah melaksanakan tugas-tugasnya bagi suami: Ia berbuat baik, bukan saja sepanjang umur suaminya, tetapi sepanjang umurnya juga. Seandainya umurnya lebih panjang daripada umur suaminya, ia tetap berbuat baik kepada suaminya dengan cara merawat dan mengurus anak-anak, kekayaan, nama baik, dan semua urusan yang ditinggalkannya. Kita membaca bahwa kebaikannya ditunjukkan bukan saja kepada orang-orang yang hidup tetapi juga kepada yang mati (Rut 2:20).

(4) Ia turut meninggikan nama baik suaminya di dunia (ay. 23): Suaminya dikenal di pintu gerbang, terkenal memiliki istri yang cakap. Melalui nasihat-nasihat bijak dan pengelolaan urusannya yang baik, suaminya seakan-akan menyimpan teman yang bijaksana di dalam hatinya, karena si suami bisa berbincang dengan orang yang bisa mengembangkan dirinya. Melalui perilaku sang suami yang ceria dan gembira, tampaklah bahwa ia mempunyai seorang istri yang serasi di rumah. Banyak orang yang tidak memiliki istri seperti itu, sulit mengendalikan amarah mereka. Bahkan, melalui penampilannya yang bersih dan rapi, segala sesuatu pada dirinya tampak pantas dan membuatnya terlihat tampan tetapi tidak terlampau mencolok. Orang akan tahu bahwa di rumah ia memiliki istri yang cakap yang memperhatikan pakaiannya.

2. Dialah yang bersusah payah menyelesaikan tugas di rumah dan ia menyukai pekerjaan itu. Di sini, tabiat istri seperti itu diperinci dengan saksama.

(1) Ia tidak suka duduk diam tanpa melakukan apa pun: Makanan kemalasan tidak dimakannya (ay. 27). Meskipun dia sebenarnya tidak perlu bekerja demi mendapatkan makanan (kekayaannya cukup untuk hidup), ia tidak mau menikmatinya sambil bermalas-malasan, karena tahu bahwa tidak seorang pun dari kita dihadirkan di dunia ini untuk menganggur dan bermalas-malasan. Ia tahu bahwa jika kita menganggur, Iblis akan segera menemukan sesuatu untuk kita lakukan. Ia juga tahu bahwa jika seorang tidak mau bekerja, ia tidak boleh makan. Ada orang-orang yang makan dan minum karena tidak tahu harus berbuat apa. Mereka sudah terbiasa berkunjung kian kemari mencari hiburan yang sia-sia. Inilah yang dimaksudkan dengan memakan makanan kemalasan, suatu hal yang tidak disukai istri yang cakap, sebab ia tidak menyelenggarakan atau menerima kunjungan dan percakapan sia-sia yang disebabkan karena kemalasan.

(2) Ia berhati-hati dalam mengisi waktu, supaya tidak ada yang hilang percuma. Waktu siang berganti malam, dia tidak berpikir bahwa sudah tiba saatnya untuk berhenti bekerja, seperti orang-orang yang terpaksa melakukan itu karena berladang di luar rumah (Mzm. 104:23). Sebaliknya, pekerjaannya ada di dalam rumah, yang dilakukan di bawah penerangan lilin. Dengan cara itulah ia seperti memperpanjang siang hari. Pada malam hari pelitanya tidak padam (ay. 18). Sungguh harus disyukuri untuk memiliki persediaan lilin guna melengkapi cahaya siang hari yang kurang, dan untuk melanjutkan pekerjaan dengan bantuan penerangan itu. Ada pepatah, karya yang hebat itu berbau asap pelita.
     
(3) Ia bangun kalau masih malam (ay. 15) untuk menyediakan sarapan bagi pelayan-pelayannya supaya mereka siap melaksanakan tugas masing-masing dengan senang hati, segera setelah fajar menyingsing. Ia sama sekali tidak termasuk golongan orang-orang yang gemar bermain kartu atau menari sampai tengah malam bahkan sampai pagi, kemudian tidur sampai siang hari. Tidak, istri yang cakap lebih menyukai tugas-tugasnya daripada hidup bersenang-senang atau kenikmatannya sendiri. Ia berusaha supaya orang mendapatinya melaksanakan tugas sepanjang hari, dan jauh lebih merasakan kepuasan dalam segera menyediakan makanan untuk seisi rumahnya di pagi hari dibanding kepuasan yang dirasakan orang yang berjudi semalaman dengan uang yang telah mereka menangkan, terlebih lagi dengan kekalahan yang mereka derita. Orang-orang yang mempunyai keluarga yang harus diurus janganlah suka tidur di pagi hari.

(4) Ia memusatkan perhatian kepada tugas yang menjadi bagiannya. Ia bukan mengerjakan tugas seorang terpelajar, negarawan, ataupun petani, melainkan tugas seorang perempuan: Ia mencari bulu domba dan rami, tempat ia bisa memperoleh mutu yang terbaik dari sumber yang terbaik, dan dengan harga yang termurah. Ia menyimpan persediaan kedua bahan itu, dan juga segala sesuatu yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu dari bulu domba dan rami itu (ay. 13). Dengan demikian dia bukan saja mempekerjakan orang miskin, suatu hal yang sangat baik, tetapi juga bekerja sendiri, dan senang bekerja dengan tangannya. Ia senang bekerja dengan bijaksana atau dengan keterampilan tangannya (begitulah arti perkataan tadi). Ia melakukan semua itu dengan gembira dan rajin, bukan saja dengan tangan tetapi juga dengan perhatian penuh, tanpa kenal lelah dalam berbuat baik. Tangannya ditaruhnya pada jentera atau alat pemintal, dan jari-jarinya memegang pemintal (ay. 19). Ia tidak menganggapnya sebagai hal yang membatasi kebebasan, merendahkan martabat, ataupun mengganggu jam istirahatnya. Di sini alat pemintal disebut-sebut sebagai kehormatannya, sementara perhiasan para wanita Sion disebut sebagai hal yang patut dicela (Yes. 3:18 dst.).

(5) Ia mengerjakan tugas-tugasnya dengan sekuat tenaga dan tidak membuang-buang waktu (ay. 17). Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia tidak hanya menyibukkan diri dengan pekerjaan yang bisa dilakukan sambil duduk, atau pekerjaan yang hanya membutuhkan keterampilan jari (ada jenis-jenis pekerjaan yang nyaris tidak ada bedanya dengan pengangguran). Sebaliknya, setiap ada kesempatan, ia tidak akan segan-segan melakukan pekerjaan yang membutuhkan seluruh tenaganya, yang akan digunakannya seperti orang yang tahu bahwa itulah caranya untuk memperoleh hasil lebih banyak.

3. Ia termasuk orang yang mengelola segala sesuatu yang mendatangkan keuntungan dengan bijaksana. Ia tidak sekadar bekerja sepanjang malam tanpa menghasilkan apa-apa. Tidak. Dia sendiri tahu bahwa pendapatannya menguntungkan. Dia menyadari bahwa dalam tiap jerih payah ada keuntungan, dan ini mendorongnya untuk terus melakukannya. Ia merasa bahwa ia bisa membuat sendiri berbagai keperluan dengan lebih baik dan lebih murah daripada bila membelinya. Melalui pengamatan, ia mendapati bagian mana saja dari pekerjaannya yang memberikan hasil terbaik, dan memusatkan perhatian ke situ dengan sangat cermat.

(1) Ia mendatangkan persediaan semua bahan yang diperlukan dan menguntungkan keluarganya (ay. 14). Tidak ada kapal-kapal saudagar, bahkan armada kapal Salomo sekalipun, yang pernah mendatangkan keuntungan lebih besar daripada hasil pekerjaannya. Apakah mereka mendatangkan barang dagangan asing sebagai hasil pertukaran barang dagangan yang mereka kirimkan? Demikianlah yang dilakukan istri yang cakap dengan hasil jerih payahnya. Apa pun yang tidak bisa dihasilkan ladangnya sendiri akan diperlengkapi olehnya jika ada kesempatan, dengan menukarkan barang-barangnya dengan bahan-bahan tersebut. Oleh sebab itu, dari jauh ia mendatangkan makanannya. Bukan berarti bahwa ia lebih menghargai barang-barang yang didatangkan dari jauh. Tidak peduli dari mana pun ia harus mendatangkannya, jika ia memang harus mendapatkannya, ia tahu cara memperolehnya.

(2) Ia membeli ladang dan memperluas lahan keluarga (ay. 16): Ia membeli sebuah ladang yang diingininya. Ia memperhitungkan betapa bermanfaatnya ladang itu bagi keluarganya dan betapa besar keuntungan yang akan dihasilkannya, dan oleh sebab itu ia membelinya. Atau, lebih tepat, meskipun ia sangat mengingininya, ia tidak akan membelinya sebelum mempertimbangkannya terlebih dahulu. Ia akan melihat dulu, apakah ladang itu sepadan dengan uang yang harus dikeluarkannya, apakah ia layak mengambil uang sebanyak itu bila hendak membelinya, apakah haknya atas ladang itu memang sah, apakah tanahnya memang sesubur yang dikatakan, dan apakah dia memang punya cukup uang untuk membayar harganya? Banyak orang telah menghancurkan diri sendiri karena membeli tanpa pertimbangan. Sebaliknya, orang-orang yang menginginkan keuntungan haruslah mempertimbangkan dahulu, baru membeli. Kebun anggur ditanaminya juga, tetapi ia melakukan itu dengan hasil tangannya. Ia tidak melakukannya dengan cara memungut uang atau berutang, tetapi dengan hasil tabungannya sendiri sebagai seorang ibu rumah tangga. Orang tidak boleh mengeluarkan uang dalam jumlah berlebih-lebihan, sampai melalui berkat Allah atas ketekunan mereka, mereka mempunyai cukup banyak simpanan dan mampu membeli. Baru sesudah itulah buah dari kebun anggur itu akan terasa lebih manis karena merupakan hasil dari jerih payah yang jujur.

(3) Ia memperlengkapi rumah tangganya dengan baik dan membuat pakaian bagus bagi dirinya sendiri dan bagi keluarganya (ay. 22): Ia membuat bagi dirinya permadani untuk dipajang di ruangan-ruangan rumahnya, dan ia berhak menggunakannya karena itu adalah buatan tangannya sendiri. Pakaiannya bermutu baik dan halus: terbuat dari lenan halus dan kain ungu, sesuai tempat dan kedudukannya. Meskipun ia bukanlah orang yang tidak mau menghabiskan banyak waktu percuma untuk bersolek atau mengenakan perhiasan dan tidak menilai diri berdasarkan penampilan, namun pakaiannya bagus-bagus dan ia mengenakannya dengan serasi. Jubah bangsawan yang dikenakan suaminya terbuat dari bahan hasil pintalannya sendiri yang tampak lebih bagus dan nyaman daripada yang dibeli. Ia juga menyediakan pakaian hangat bagi anak-anak dan para pelayannya. Ia tidak perlu mengkhawatirkan musim dingin yang paling menggigit sekalipun, sebab dia sekeluarga sudah mempunyai persediaan pakaian yang cukup untuk melawan udara dingin, suatu hal yang paling utama dalam berpakaian. Seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap, terbuat dari kain yang tahan lama dan cocok dikenakan di musim dingin, tetapi juga tampak mewah dan indah. Mereka semua berpakaian rangkap, memiliki pakaian ganti, yakni pakaian musim dingin dan pakaian musim panas.

(4) Ia berniaga dengan orang-orang dari tempat jauh. Ia mendatangkan keuntungan lebih besar daripada yang dibutuhkannya. Oleh sebab itu, ketika persediaan keperluan keluarganya sudah mencukupi, ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya kepada pedagang (ay. 24), yang membawanya ke Tirus, pasar dagang bangsa-bangsa, atau ke kota dagang lainnya. Keluarga yang menjual lebih banyak daripada yang dibeli, besar kemungkinan bisa hidup lebih makmur. Sama halnya dengan kerajaan yang mengekspor hasil buatannya. Bukanlah hal yang aib bagi orang-orang berkedudukan tinggi untuk menjual apa yang bisa mereka jual atau berdagang dan mengirimkan barang lewat laut.

(5) Ia menabung untuk masa depan: ia tertawa tentang hari depan karena telah menyimpan cukup banyak persediaan bagi keluarganya, termasuk anak-anaknya. Orang-orang yang rela bersusah payah saat berada di usia emas, akan menikmatinya dan bersukacita ketika mereka sudah lanjut usia, baik saat mengenangnya kembali maupun saat memetik keuntungan darinya.

4. Ia mengatur keperluan keluarganya termasuk semua urusan yang berkaitan, dan menyediakan makanan untuk seisi rumahnya (ay. 15),memberikan makanan kepada setiap orang pada waktunya, sehingga tidak seorang pun dari antara para pelayannya yang punya alasan untuk mengeluh kekurangan atau kelaparan. Ia juga memberikan jatah (baik berupa tugas maupun makanan) kepada pelayan-pelayan perempuan. Mereka semua mengetahui tugas dan kewajiban masing-masing. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya (ay. 27). Ia memeriksa kelakuan semua pelayannya, supaya dapat memperbaiki hal-hal yang keliru di antara mereka. Ia mengharuskan mereka semua untuk berperilaku baik dan melaksanakan kewajiban kepada Allah dan sesama mereka, termasuk kepadanya juga, sama seperti Ayub yang menyingkirkan kejahatan dari kemah-Nya, dan seperti Daud yang tidak membiarkan kefasikan di rumah-Nya. Ia tidak mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Ia merasa cukup untuk mengatur rumah tangganya sendiri dengan baik.

5. Ia mengulurkan tangannya kepada yang miskin (ay. 20). Ia sama tekunnya dalam memberi seperti dalam mencari nafkah. Ia sering kali melayani orang miskin dengan tangannya sendiri, dan melakukannya dengan cuma-cuma, senang hati, serta dengan berlimpah, dan dengan tangan terulur. Ia bukan hanya meringankan beban para tetangga dan mereka yang berada di dekatnya, tetapi juga memberikan tangannya kepada yang tertindas dan tinggal jauh darinya. Ia mencari kesempatan untuk berbuat baik dan memberi bantuan, yang adalah suatu perbuatan ibu rumah tangga yang sama baiknya dengan apa pun yang dia lakukan.

6. Ia bersikap bijaksana dan penurut dalam percakapannya, bukannya cerewet, suka mengecam, ataupun suka mengeluh seperti beberapa perempuan lain yang tahu cara menyakiti hati orang. Tidak, ia membuka mulutnya dengan hikmat. Apabila berbicara, ia melakukannya dengan bijaksana dan langsung ke tujuan. Orang bisa merasakan dari setiap perkataan yang diucapkannya, betapa ia mengendalikan diri menurut aturan hikmat. Dia bukan saja mengambil tindakan bijaksana, tetapi juga memberikan nasihat bijaksana kepada orang lain. Hal ini tidak dilakukan dengan wibawa seorang diktator, tetapi dengan kasih sayang seorang sahabat yang penuh suasana melayani: pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. Semua hal yang diucapkannya sesuai dengan kebijaksanaan hukum itu, yakni hukum kasih dan kebaikan yang terukir di hati, tetapi dinyatakan melalui lidah. Jika kita saling mengasihi, hal itu akan tampak melalui pengungkapan yang penuh kasih sayang. Ini disebut pengajaran yang lemah lembut, karena memberikan pengajaran kepada orang lain, kepada semua orang dengan siapa ia berbincang. Hikmat dan kebaikannya bersama-sama menaruh kekuatan yang memerintah ke dalam semua hal yang dikatakannya. Perkataannya itu memerintahkan rasa hormat dan kerelaan. Betapa kuatnya kata-kata yang diucapkan dengan benar! Pengajaran penuh kasih karunia atau belas kasihan ada di lidahnya (demikianlah yang dikatakan beberapa orang), karena ia memahaminya dari firman dan hukum Allah, yang suka dibicarakannya dengan anak-anak dan para pelayannya. Ia penuh dengan percakapan yang saleh dan menjalankannya dengan bijaksana. Ini menunjukkan betapa penuh hatinya dengan hal-hal yang berasal dari dunia luar, bahkan ketika tangannya sangat sibuk dengan pekerjaan dunia ini.

7. Hal yang menyempurnakan dan memahkotai tabiatnya adalah bahwa ia takut akan TUHAN (ay. 30). Dengan semua sifat yang baik itu, ia tidak akan kekurangan satu saja yang perlu. Ia benar-benar perempuan yang saleh dan dalam segala hal yang dilakukannya, ia dibimbing dan dipimpin oleh asas-asas hati nurani dan rasa hormat terhadap Allah. Itulah yang di sini jauh lebih diutamakan daripada kecantikan, hal yang sia-sia dan bohong. Semua orang yang bijaksana dan baik, juga berpendapat seperti itu, dan mereka tidak menilai diri sendiri ataupun orang lain melalui kecantikan. Kecantikan tidak membawa kepujian apa pun bagi Allah, dan juga tidak merupakan tanda pasti adanya hikmat dan kebaikan. Sebaliknya, kecantikan telah menipu banyak orang laki-laki yang memilih istri berdasarkan hal itu. Mungkin saja terdapat jiwa yang cacat dan tidak murni di dalam tubuh yang menarik dan molek. Bahkan, banyak orang telah tergoda oleh kecantikan perempuan sampai menghancurkan kebajikan, kehormatan, dan jiwa mereka yang sangat berharga itu. Kecantikan pada akhirnya akan pudar, dan oleh karena itu disebut sia-sia dan bohong. Serangan penyakit mampu mengotori dan menodai kecantikan itu dalam waktu singkat. Kecelakaan mampu menghancurkan bunga ini ketika sedang mekar-mekarnya. Usia lanjut pasti akan membuatnya layu, dan kematian serta kubur akan memakannya habis. Tetapi takut akan Allah yang bertakhta di hati merupakan kecantikan jiwa, yang membuat mereka yang memilikinya memperoleh perkenanan Allah, dan di mata-Nya dipandang sangat bernilai. Kecantikan jiwa akan bertahan selamanya dan bahkan menghadapi maut itu sendiri, maut yang menghabiskan kemolekan tubuh tetapi justru menyempurnakan kecantikan jiwa.

III. Kebahagiaan istri yang cakap.

1. Ia memperoleh penghiburan dan kepuasan dari kebajikan pikirannya sendiri (ay. 25): Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan yang membungkus dirinya. Artinya, ia menikmati diri sendiri serta penampilannya di hadapan dunia, dan dengan demikian mendatangkan kepujian bagi dirinya sendiri. Ia menikmati kekuatan dan keteguhan pikiran, memiliki semangat untuk menanggung banyak beban serta kekecewaan yang bahkan harus dihadapi juga oleh orang-orang yang bijaksana dan kuat di dunia ini. Pertahanan dan kelakuan yang baik adalah pakaiannya. Ia menangani semua itu dengan hormat, dan ia senang melakukannya. Ia tertawa tentang hari depan. Ia akan mengenang dengan bahagia saat usianya lanjut, bahwa ia tidak bermalas-malasan atau tidak berguna di masa mudanya. Menjelang ajal, akan sungguh menyenangkan baginya untuk berpikir bahwa ia telah menjalani hidup untuk tujuan yang baik. Bahkan lebih dari itu,ia pun bergemar akan kekekalan yang kemudian . Ia akan memperoleh imbalan atas kebaikannya dengan sukacita berlimpah-limpah dan nikmat senantiasa .

2. Ia menjadi berkat bagi sanak keluarganya (ay. 28).
            (1)Anak-anaknya tumbuh dewasa di tempat tinggalnya, dan mereka menyebutnya berbahagia. Mereka memujinya, dan mereka sendiri merupakan penghargaan baginya, dan mereka siap memberikan penghargaan kepadanya. Mereka berdoa untuknya, dan bersyukur kepada Allah karena memiliki ibu sebaik itu. Mereka berutang budi kepadanya, bagian dari hormat yang menurut Perintah Allah yang kelima harus mereka berikan kepada ayah dan ibu mereka. Ini merupakan kehormatan ganda yang memang layak bagi ayah dan ibu yang baik.

(2) Suaminya merasa begitu bahagia dengan dia hingga dalam semua kesempatan ia berbicara baik tentang istrinya sebagai salah seorang perempuan terbaik. Sama sekali bukanlah hal yang tidak pantas bagi para suami dan istri untuk saling memuji. Sebaliknya, ini adalah contoh yang terpuji tentang kasih di antara suami dan istri.
        3. Ia menerima kata-kata pujian dari semua tetangganya seperti yang dialami Rut, sebab setiap orang dalam kota tahu, bahwa dia seorang perempuan baik-baik (Rut 3:11). Kebajikan akan dipuji (Flp. 4:8). Seorang perempuan yang takut akan Tuhan akan menerima pujian dari Allah (Rm. 2:29) dan dari manusia juga.

Di sini ditunjukkan,

(1) Bahwa ia akan sangat dipuji (ay. 29): Banyak wanita telah berbuat baik. Sepertinya, wanita baik adalah seperti permata yang berharga, tetapi bukan permata langka seperti yang disebutkan di sini (ay. 10). Memang terdapat banyak wanita yang baik, tetapi tak seorang pun dapat disamakan dengan yang satu ini. Siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. Perhatikanlah, orang-orang yang baik sudah seharusnya bertujuan dan rindu untuk unggul dalam hal kebajikan. Banyak wanita lajang di rumah ayah mereka, telah berbuat baik, tetapi seorang istri yang baik, apabila dia cakap, melebihi mereka semua. Ia berbuat lebih baik di tempatnya dibandingkan dengan yang bisa mereka lakukan di tempat mereka. Atau, seperti yang dijelaskan beberapa orang, seorang laki-laki tidak dapat mempunyai rumah yang dikelola dengan sangat baik oleh anak-anak perempuannya sebaik yang dikelola oleh istrinya yang cakap.

(2) Bahwa tidak diragukan lagi ia pasti akan dipuji (ay. 31). Ada orang-orang yang mendapat pujian melebihi yang patut mereka terima, tetapi orang-orang yang memuji istri yang cakap memberi kepadanya bagian dari hasil tangannya. Mereka memberi kepadanya apa yang seharusnya memang sangat pantas diterimanya. Jikalau tidak demikian, ia telah diperlakukan dengan tidak benar. Perhatikanlah, orang patut dipuji sesuai dengan hasil tangannya yang memang layak dipuji. Pohon dikenali dari buahnya, dan oleh sebab itu, jika buahnya memang baik, maka pohon itu juga harus mendapatkan penghargaan yang baik. Jika anak-anak dari ibu yang cakap itu patuh dan bersikap hormat terhadapnya dan berperilaku seperti seharusnya, mereka telah memberi kepadanya bagian dari hasil tangannya. Ia memetik keuntungan dari pemeliharaannya selama ini terhadap mereka, dan menganggap dirinya telah menerima imbalan sepatutnya. Dengan demikian, anak-anak harus belajar membalas budi orang tua, dan ini berarti berbakti kepada kaum keluarganya sendiri (1Tim. 5:4). Sebaliknya, jika orang bersikap tidak adil, hal itu akan berbicara sendiri, perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang, dengan terbuka di hadapan semua orang.

[1] Istri yang cakap itu menyerahkan kepada perbuatan tangannya sendiri untuk memuji dia dan tidak mencari pujian dari manusia. Seorang perempuan yang suka sekali mendengar dirinya dipuji bukanlah perempuan yang benar-benar cakap.
[2] Perbuatannya sendiri memuji dia. Jika semua sanak keluarga dan tetangganya tetap diam, perbuatan-perbuatannya yang baik sendirilah yang akan memberikan pujian kepadanya. Para janda memberikan pujian tertinggi kepada Dorkas pada waktu mereka menunjukkan semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas untuk kaum miskin (Kis. 9:39).

[3] Hal terkecil yang bisa diharapkan dari para tetangganya adalah bahwa mereka sebaiknya membiarkan perbuatannya memuji dia, dan tidak menghalang-halangi semua perbuatannya itu. Orang-orang yang berbuat baik, biarlah mereka beroleh pujian dari padanya (Rm. 13:3). Janganlah kita dengan hati dengki mengatakan atau melakukan apa pun guna mengurangi pujian-pujian dari perbuatannya itu. Sebaliknya, kita seharusnya dipacu oleh semuanya itu untuk melakukan perbuatan baik itu dengan maksud yang kudus. Jangan sampai orang lain mendapat kesaksian buruk dari kita yang justru telah memperoleh kesaksian yang baik mengenai kebenaran itu sendiri. Demikianlah ditutup cermin bagi kaum wanita, yang ingin mereka buka untuk berdandan. Jika mereka berbuat demikian, perhiasan mereka akan ditemukan dalam pujian, hormat, dan kemuliaan pada waktu Yesus Kristus datang kembali.



___



Daftar Label dari Kategori Renungan Katolik 2024
Lagu Anak(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Renungan Katolik: Hari Minggu Biasa XV 2024 - Markus 6:7-13 & Ayub 1:1-22

PREV:
Renungan Katolik Jumat, 12 Juli 2024 - Matius 10:16-23 - BcO Amsal 15:8-30; 16:1-9 - Hari Biasa





Arsip Renungan Katolik 2024..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)