misa.lagu-gereja.com        
 
View : 8172 kali
Khotbah Katolik 2018
Minggu, 22 Juli 2018
(Markus 6:30-34)

Khotbah Katolik Minggu,22 Juli 2018 - Markus 6:30-34 - BcO Ayb. 11:1-20 - Hari Minggu Biasa XVI

Minggu,22 Juli 2018
Hari Minggu Biasa XVI (H). E KemSyah.
BcE Yer. 23:1-6;
Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6;
Ef. 2:13-18;
Markus 6:30-34.
O AllTuh. BcO Ayb. 11:1-20.

Markus 6:30-34
Yesus memberi makan lima ribu orang
6:30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. 6:31 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. 6:32 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. 6:33 Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. 6:34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

Penjelasan:

* Mrk 6:30
Setelah menyelesaikan penjelasan yang disisipkan mengenai nasib Yohanes, Markus kembali kepada para murid dan perjalanan pemberitaan Injil mereka. Markus tidak mencatat apa-apa tentang jangka waktu atau rangkaian peristiwa yang terjadi. Dia hanya melaporkan bahwa para rasul kembali berkumpul lagi. Sebutan "rasul" sangat cocok di sini. Istilah itu berarti seseorang yang diutus untuk melakukan tugas tertentu, dan para murid kembali dari penugasan semacam itu.

* Mrk 6:31--9:50
Penyingkiran-Penyingkiran Kristus dari Galilea (6:31-9:50)

Tuhan sudah menyebarkan amanatnya dengan sungguh-sungguh di Galilea sehingga dalam seluruh perjalanan hidup mereka orang Galilea sadar akan pelayanan-Nya. Di antara banyak rakyat biasa, popularitas-Nya demikian tinggi sehingga mereka siap untuk mengangkat Dia sebagai raja mereka dengan paksa. Kejengkelan para pemimpin agama yahudi sudah hampir mencapai puncaknya. Dan Herodes sekarang menjadi gusar terhadap popularitas Kristus. Situasi menjadi semakin menjurus kepada krisis yang terlalu dini, sedangkan pelayanan Kristus belum selesai. Akibatnya Yesus menyingkir empat kali dari Galilea, satu ke pantai timur Danau itu (6:31-56), satu lagi ke wilayah Tirus dan Sidon (7:24-30), satu ke Dekapolis (7:31-8:9), dan terakhir ke Kaisarea Filipi (8:10-9:50). Sepanjang waktu ini Kristus sibuk mendidik kedua belas murid-Nya sebagai persiapan untuk menghadapi saat kematian-Nya.

* Mrk 6:31-44
Menyingkir ke Pantai Timur Danau (6:31-44).

Bagian Injil yang ini mencatat pemberian makan kepada lima ribu orang (6:31-44), mukjizat berjalan di atas air (6:45-52), dan penyembuhan-penyembuhan di dataran Genesaret (6:53-56). Bukannya merupakan suatu masa istirahat dan pemencilan diri dari kerumunan orang banyak, masa ini justru merupakan masa kegiatan yang terus-menerus.

* Mrk 6:31 - Tempat yang sunyi // beristirahat seketika
Tempat yang sunyi ini mungkin terletak di pantai timur laut Danau Galilea. Istilah ini berarti "padang belantara." Setelah mengalami tekanan dan ketegangan dari perjalanan pemberitaan Injil, mereka memerlukan beristirahat seketika.

* Mrk 6:33 - Banyak orang melihat mereka
Banyak orang melihat mereka. Ketika orang-orang melihat mereka pergi, orang-orang itu mengenali (teks Yunani) mereka. Kenyataan bahwa orang banyak itu mengetahui ke mana Kristus akan pergi dan mendahului Dia ke sana tampaknya memperkuat pandangan bahwa tempat yang sunyi (ay. 31) itu terletak di pantai timur laut dari danau tersebut.

* Mrk 6:34 - tergerak hati-Nya oleh belas kasihan // bagaikan domba yang tidak mempunyai gembala,

Ketika Yesus mendarat, jelas bahwa diri-Nya dan rombongan-Nya tidak akan dapat menikmati istirahat yang direncanakan. Sekalipun demikian reaksi-Nya bukanlah sikap jengkel; sebaliknya justru tergerak hati-Nya oleh belas kasihan. Dia melihat orang banyak yang memerlukan pertolongan itu bagaikan domba yang tidak mempunyai gembala, karena tidak mempunyai pemimpin rohani (bdg. Bil. 27:17; I Raj. 22:17).

* Mujizat Lima Roti dan Dua Ikan (6:30-44)

    Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang:
    I. Kembalinya para murid kepada Kristus setelah mereka diutus oleh-Nya untuk mengajar dan mengadakan mujizat (ay. 7). Mereka telah menyebar ke beberapa penjuru wilayah itu selama beberapa waktu, dan ketika mereka sudah melaksanakan beberapa tugas dengan baik, mereka sepakat untuk berkumpul, saling menceritakan kejadian-kejadian yang dialami, dan sesudah itu menemui Yesus, pusat dari kesatuan mereka, untuk melaporkan apa yang telah mereka lakukan sesuai dengan tugas mereka, seperti seorang hamba yang diutus untuk mengundang orang ke pesta, dan setelah menerima jawaban dari tamu-tamu, datang dan untuk memberitahukan Tuannya mengenai semuanya. Demikian juga dengan para murid di sini, mereka memberitahukan kepada-Nya semua hal, baik yang mereka kerjakan maupun yang mereka ajarkan. Para pelayan Tuhan bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka ajarkan, serta harus menjaga jiwa mereka sendiri maupun jiwa orang lain, sebagai orang yang harus bertanggung jawab atasnya (Ibr. 13:17). Mereka tidak boleh melakukan atau mengajarkan apa saja, tetapi apa yang rela mereka lakukan dan ajarkan harus dikaitkan dan dikembalikan kepada Tuhan Yesus. Para pelayan yang setia merasa tenang ketika mereka dapat merujuk kepada Kristus mengenai pengajaran dan cara hidup, yang keduanya mungkin sudah diselewengkan dalam kehidupan manusia. Yesus membiarkan mereka merasa bebas terhadap-Nya dan terbuka mengenai masalah mereka, supaya mereka memberitahukan kepada-Nya semua hal, perlakuan apa yang mereka terima, keberhasilan apa yang mereka capai serta kekecewaan apa yang mereka alami.
    II. Perhatian lembut yang ditunjukkan Kristus dengan menyuruh mereka untuk beristirahat, setelah mereka merasa kelelahan (ay. 31); Ia berkata kepada mereka, ketika melihat mereka hampir kehabisan tenaga dan kehabisan napas, "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika." Tampaknya kedatangan murid-murid Yohanes kepada Kristus dengan kabar dukacita mengenai kematian tuannya terjadi hampir bersamaan waktunya dengan kedatangan murid-murid Kristus untuk memberikan laporan mengenai tugas mereka. Perhatikanlah, Kristus tahu akan kecemasan yang dirasakan oleh sebagian murid-Nya, dan pergumulan yang dialami sebagian murid-Nya yang lain lagi, dan Ia memberikan kelegaan yang sesuai untuk keduanya, yakni istirahat bagi mereka yang lelah dan tempat perlindungan bagi mereka yang ketakutan. Dengan penuh belas kasihan dan kebaikan, Kristus berkata kepada mereka "Mari beristirahatlah!" Perhatikanlah, para pelayan Kristus yang sangat aktif tidak boleh terus bekerja, karena tubuh kita juga membutuhkan waktu istirahat, waktu untuk mengambil nafas. Kita tidak akan bisa melayani Allah tanpa henti, siang dan malam, sebelum kita berada di sorga, di mana segala makhluk tidak berhenti-hentinya memuji Dia (Why. 4:8). Tuhan mempertimbangkan keseluruhan bagian-bagian tubuh kita, sehingga Ia tidak hanya memberinya waktu untuk beristirahat, melainkan juga menaruh waktu istirahat itu dalam pikiran kita. Mari bangsaku, masuklah ke dalam kamarmu. Kembalilah beristirahat. Dan mereka yang bekerja dengan rajin dan tekun akan bergembira ketika tiba waktunya untuk berhenti dan beristirahat. Tidur orang yang bekerja itu nyaman. Akan tetapi, perhatikanlah:
        . Kristus memanggil mereka untuk menyendiri, karena jika ada orang yang ikut, ada sesuatu yang harus mereka katakan atau lakukan demi kebaikan orang itu. Jadi, jika harus beristirahat, mereka harus sendirian.
        . Untuk mencari ketenangan dan istirahat, Kristus memanggil mereka bukan ke pusat kota yang menyenangkan di mana ada bangunan-bangunan yang megah dan kebun-kebun yang indah, melainkan ke tempat yang sunyi, yang tempat penginapannya sangat buruk, yang hanya disediakan oleh alam, dan bukan oleh keterampilan tangan manusia. Dan itulah lingkungan keberadaan Kristus. Jadi kita tidak usah heran kalau Dia hanya mempunyai perahu sebagai tempat mengajar dan padang gurun sebagai tempat beristirahat.
        . Kristus memanggil mereka hanya untuk beristirahat seketika; mereka tidak boleh berharap bisa beristirahat untuk waktu yang lama, tetapi hanya supaya bisa bernafas dan sesudah itu kembali bekerja lagi. Umat Allah tidak bisa terus beristirahat sebelum mereka tiba di sorga.
        . Alasan yang diberikan untuk ini bukan karena mereka selama ini terus bekerja, melainkan karena mereka sampai sekarang terus berada dalam ketergesa-gesaan, sehingga pekerjaan mereka menjadi tidak teratur; sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Memang kalau waktu bisa ditetapkan dan diatur untuk setiap hal, banyak pekerjaan bisa diselesaikan dengan sangat mudah, tetapi masalahnya, kalau orang-orang terus berdatangan silih berganti tanpa peduli aturan, maka pekerjaan yang kecil pun tidak bisa dikerjakan tanpa masalah.
        . Oleh sebab itu, mereka mengundurkan diri dengan perahu, tetapi bukan menyeberangi danau, melainkan menyisir pantai menuju padang gurun di Betsaida (ay. 32). Pada waktu itu perjalanan lewat air kurang menguras tenaga dibandingkan lewat darat. Mereka pergi sendiri saja tanpa orang lain, supaya mereka bisa sendirian. Terkadang keinginan orang terkenal hanyalah untuk menyendiri saja.
    III. Keteguhan hati orang-orang yang mengikuti-Nya. Orang-orang ini sudah berlaku kasar karena terus mengikuti Yesus dan murid-murid-Nya, padahal mereka sungguh punya alasan untuk ingin beristirahat. Meskipun begitu, orang-orang ini tidak dipersalahkan ataupun disuruh kembali, malah disambut. Perhatikanlah, bagi pengikut Kristus, suatu kegagalan dapat dimaafkan dengan mudah, asalkan hal itu memang terjadi atas maksud yang baik, karena rasa kasih. Mereka mengikuti-Nya atas keinginan mereka sendiri, tanpa dipanggil. Tidak ada waktu yang ditentukan, tidak ada pertemuan yang dijanjikan, tidak ada lonceng yang dibunyikan, namun mereka tetap saja pergi bagaikan arak-arakan awan, seperti kawanan merpati beterbangan menuju kandangnya. Mereka mengikuti-Nya keluar dari daerah perkotaan, meninggalkan rumah-rumah, toko-toko, dan segala macam keperluan serta urusan mereka untuk mendengar-Nya berkhotbah. Mereka mengikuti-Nya dengan berjalan kaki walaupun Dia pergi melalui jalan air, dan seolah hendak menguji mereka, Ia memperlihatkan rasa tidak peduli terhadap mereka dan berusaha mengusir mereka. Namun, mereka tetap menempel Dia. Dengan buru-buru mereka berlari, sehingga bisa tiba mendahului para murid dan berkumpul bersama Dia dengan rasa haus akan firman Allah. Sungguh, mereka mengikuti-Nya, sekalipun harus ke padang gurun, tempat yang hina dan tidak mengenakkan. Kehadiran Kristus akan mengubah padang belantara menjadi firdaus.
    IV. Penghiburan yang diberikan Kristus kepada mereka (ay. 34); Ketika Ia melihat sejumlah besar orang banyak, alih-alih tergerak oleh rasa tidak senang, karena mereka mengganggu-Nya ketika Ia ingin sendirian saja, seperti yang biasa dirasakan oleh kebanyakan orang, bahkan oleh banyak orang baik, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia memandang mereka dengan penuh rasa prihatin karena mereka seperti domba yang tidak bergembala. Mereka tampak penurut dan bisa diatur seperti domba, dan juga bersedia diajar, tetapi mereka tidak mempunyai gembala, tidak ada yang memimpin dan membimbing mereka dengan cara yang benar, tidak ada yang memberi mereka ajaran yang baik. Oleh sebab itu, dalam belas kasihan-Nya kepada mereka, Kristus tidak hanya menyembuhkan penyakit mereka, seperti dalam Injil Matius, tetapi juga mengajarkan banyak hal kepada mereka, dan kita boleh yakin bahwa ajaran itu semuanya benar dan baik serta cocok untuk mereka pelajari.
    V. Bekal yang disediakan-Nya bagi mereka semua; dengan murah hati Dia memperlakukan semua pendengar-Nya sebagai tamu-Nya dan memberi mereka penghiburan yang luar biasa mengesankan hati, sungguh begitulah keadaannya, karena kejadiannya benar-benar ajaib.
        . Para murid berkeras agar orang-orang itu harus disuruh pulang. Pada waktu hari sudah mulai malam, mereka berkata, "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan" (ay. 35-36). Hal ini diusulkan para murid kepada Kristus, dan kita tidak temukan bahwa orang banyak itu yang mengusulkannya. Mereka tidak berkata "Suruhlah kami pulang!" (walaupun mereka pasti merasa lapar), karena mereka menghargai kata-kata yang keluar dari mulut Kristus lebih dari makanan yang mereka butuhkan, karena mereka menjadi lupa akan diri mereka sendiri ketika sedang mendengar-Nya mengajar. Di lain pihak, para murid berpikir bahwa sebaiknya mereka disuruh bubar saja. Perhatikanlah, kalau dengan rela hati orang melakukan sesuatu yang baik, ia akan melakukannya dengan berlebih dan dalam waktu yang lebih lama, melebihi apa yang diharapkan orang darinya.
        . Kristus menyuruh agar mereka semua diberi makan (ay. 37); "Kamu harus memberi mereka makan!" Walaupun kerumunan orang-orang ini tadi sudah membuat Kristus dan murid-murid-Nya tidak bisa makan (ay. 31), Kristus tidak mau membalas mereka dan menyuruh mereka pergi tanpa makan. Sebaliknya, untuk mengajarkan kita agar berbuat baik kepada orang yang bertindak kasar terhadap kita, Dia menyuruh murid-murid menyiapkan bekal bagi orang-orang itu. Beberapa potong roti yang dibawa Kristus dan para murid-Nya ke padang gurun untuk disantap dengan tenang di sana kini akan dibagi-bagikan. Begitulah keramahtamahan yang ditunjukkan Kristus. Mereka datang kepada-Nya untuk mendapatkan makanan rohani dari perkataan-Nya, tetapi selain itu Dia juga peduli agar mereka tidak kekurangan makanan jasmani. Begitulah caranya, karena kewajiban yang dilaksanakan berkaitan dengan jaminan keselamatan, haruslah juga memberikan pemenuhan kebutuhan. Semoga Allah sendiri yang mengisi kolam-kolam dengan hujan dari sorga, supaya tersedia sumur sekalipun di lembah Baka, bagi semua orang yang sedang berjalan menuju Sion, dengan berjalan makin lama makin kuat (Mzm.84:7-8). Pemeliharaan Allah itu tidak bisa dicobai, tetapi hanya bisa dipercayai akan datang pada waktunya, dan selama ini tidak pernah mengecewakan orang-orang yang setia melayani Allah, melainkan telah melegakan banyak orang dengan kejutan dan pertolongan yang tiba tepat pada saat yang benar-benar diperlukan. Di atas gunung TUHAN sering kali dapat dilihat Yehovah-jireh, TUHAN akan menyediakan bagi mereka yang menantikan Dia.
        . Para murid berkeberatan karena hal itu tidak bisa dilakukan, "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Begitulah, karena iman mereka yang lemah, mereka tidak mau menunggu petunjuk dari Kristus, malah memusingkan diri dengan urusan yang tidak bisa mereka lakukan. Masih tanda tanya apakah mereka mempunyai uang sebanyak dua ratus dinar, apakah daerah pedesaan itu mampu menyediakan roti sebanyak itu pada saat itu juga seandainya mereka punya uang, dan apakah semuanya itu bisa mencukupi orang sebanyak itu. Seperti begitulah keberatan yang juga pernah diajukan Musa, "Dapatkah sekian banyak kambing domba dan lembu sapi disembelih bagi mereka?" (Bil. 11:22). Kristus membiarkan mereka melihat kebodohan mereka dalam mereka-reka segala sesuatu bagi mereka sendiri, supaya dengan demikian mereka dapat lebih menghargai penyediaan yang Ia sediakan bagi mereka.
        . Kristus membuat hal itu terjadi, supaya semua orang merasa puas. Pada waktu itu murid-murid membawa lima roti, yang merupakan persediaan makanan dalam perahu mereka, dan dua ikan yang mungkin mereka tangkap sewaktu dalam perjalanan; dan itu saja daftar makanan yang mereka punya. Makanan ini hanya sedikit saja untuk Kristus dan para murid-Nya, namun mereka harus memberikannya juga, seperti seorang janda dengan dua pesernya, dan seperti jemaat Makedonia yang dalam kemiskinan mereka memberi dengan berlimpah-limpah. Kita sering kali melihat Kristus dijamu oleh orang, makan dengan teman ini, dan bersantap dengan teman itu, tetapi di sini kita melihat Dia sendiri yang menjamu sangat banyak orang. Ini menunjukkan bahwa ketika orang lain melayani-Nya dengan barang kepunyaan mereka, hal itu bukan berarti Kristus tidak mampu menyediakan kebutuhan-Nya sendiri (apabila Dia lapar, Dia tidak perlu memberi tahu mereka), melainkan karena Dia mau menunjukkan kerendahan hati-Nya dengan bersedia dengan senang hati menerima jamuan orang lain, dan juga tidaklah sesuai dengan maksud pembuatan mujizat itu sendiri jika Dia membuat mujizat itu untuk diri-Nya sendiri ketika Dia memerlukan sesuatu. Perhatikanlah:
            (1) Makanan yang disediakan itu biasa-biasa saja. Tidak ada makanan yang istimewa, tidak beraneka macam, walaupun Kristus, jika Dia mau, dapat saja menghiasi meja makan-Nya itu dengan semuanya itu. Akan tetapi, dengan melakukan semua ini, Dia ingin kita bisa puas dengan makanan yang sesuai untuk kita, dan tidak mengingini yang lezat-lezat dan mewah-mewah. Jika kita sudah mempunyai apa yang kita butuhkan, tidaklah menjadi masalah kalau itu tidak memuaskan cita rasa kemewahan dan keingintahuan kita. Allah memberikan makanan untuk memuaskan rasa lapar kita di dalam kasih; tetapi di dalam kemurkaan Dia memberikan makanan untuk menuruti hawa nafsu kita (Mzm. 78:18). Janji bagi orang yang takut akan Tuhan adalah bahwa mereka pasti diberi makan, tetapi Dia tidak berkata, "Mereka akan berpesta." Jika Kristus dan para murid-Nya bisa menerima hal-hal yang sederhana, kita juga pasti dapat melakukannya.
            (2) Para tamu itu duduk dengan tertib; karena mereka duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau (ay. 39), mereka duduk menurut jumlah, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang (ay. 40), supaya bekal dapat dibagikan kepada mereka dengan lebih mudah dan teratur, karena Allah adalah Allah atas segala keteraturan, dan bukan atas segala kekacauan. Dengan begitu setiap orang diperhatikan agar mendapatkan bagian yang cukup dan jangan sampai ada yang terlewat atau yang memperoleh lebih dari yang diperlukan.
            (3) Suatu berkat diucapkan atas makanan itu; Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat. Kristus tidak menyuruh salah satu murid-Nya untuk mengucapkan berkat, tetapi Ia melakukannya sendiri (ay. 41), dan oleh berkat inilah roti-roti itu secara ajaib menjadi berlipat ganda, begitu pula dengan ikannya, karena mereka semuanya makan sampai kenyang, kendati mereka berjumlah sampai lima ribu orang (ay. 42, 44). Mujizat ini penting karena menunjukkan bahwa Kristus datang ke dunia untuk menjadi sang Penyedia makanan sekaligus Penyembuh yang agung; bukan hanya untuk memulihkan, melainkan juga untuk memelihara kehidupan rohani serta memberikan gizi bagi pertumbuhannya, dan di dalam Dia ada kecukupan bagi semua yang datang kepada-Nya, cukup untuk memenuhi jiwa, untuk memenuhi gudang perbendaharaan. Tidak ada yang akan dibiarkan pergi dari Kristus dengan tangan kosong, karena mereka semua yang datang kepada-Nya akan mengalami kepenuhan diri.
            (4) Sisa-sisa makanan diperhatikan, yang terkumpul sampai dua belas bakul penuh. Walaupun Kristus menyediakan cukup roti, di sini Dia hendak mengajar kita untuk tidak membuang-buang ciptaan Allah. Kita harus ingat ada berapa banyak orang di luar sana yang membutuhkan, dan kita tidak tahu mungkin suatu saat nanti kita membutuhkan barang-barang sisa yang kita buang.


Label:   Markus 6:30-34 



Daftar Label dari Kategori Khotbah Katolik 2018
Lukas 12:8-12(1)
Lukas 13:1-9(1)
Lukas 18:1-8(1)
Lukas 1:57-66(1)
Lukas 21:25-28(1)
Lukas 21:34-36(1)
Lukas 2:41-51(1)
Lukas 8:4-15(1)
Markus 10:13-16(1)
Markus 10:35-45(1)
Markus 10:46-52(1)
Markus 11:27-33(1)
Markus 12:28-34(1)
Markus 14:12-16(1)
Markus 3:20-35(1)
Markus 4:26-34(1)
Markus 5:21-43(1)
Markus 6:1-6(1)
Markus 6:30-34(1)
Markus 7:1-8,14-15, 21-23(1)
Markus 7:31-37(1)
Markus 8:27-35(1)
Markus 9:30-37(1)
Matius 12:14-21(1)
Matius 23:1-12(1)
Matius 28:16-20(1)
Matius 9:14-17(1)
Yohanes 17:11b-19(1)
Yohanes 19:25-27(1)
Yohanes 1:47-51(1)
Yohanes 6:60-69(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 12 Desember - Santa Yohanna Fransiska Fremio de Chantal (Janda), Santo Hoa (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Khotbah Katolik Sabtu, 25 Agustus 2018 - Matius 23:1-12. BcO Pkh. 11:7-12:14 - Ludovikus, Yosef dr Calasanz

PREV:
Khotbah Katolik Sabtu, 21 Juli 2018 - Matius 12:14-21 - BcO Ayb. 7:1-21 - Hari Biasa


All Garis Besar





Arsip Khotbah Katolik 2018..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)