misa.lagu-gereja.com        
 
View : 5368 kali
Mengenal Katolik
23 Maret 2020

DIAKONES = DIAKON WANITA? oleh: Romo William P. Saunders

#tag:

Apakah seorang wanita dapat menjadi diakon tetap? Sebagai antisipasi dari jawaban ”tidak", saya ingin bertanya, ”Mengapa?" ~ seorang pembaca di Arlington

Sakramen Tahbisan Suci terdiri dari tiga jenjang: episkopat (uskup), presbiterat (imam), dan diakonat (diakon). Kedua jenjang yang pertama - episkopat dan presbiterat - ikut ambil bagian dalam Imamat Yesus Kristus, sebab itu istilah ”sacerdos" menunjuk hanya pada uskup dan imam. Uskup memiliki kepenuhan Sakramen Imamat. Imam adalah rekan sekerja uskup dalam perutusan apostolik. Diakon membantu serta melayani mereka. Ajaran iman Katolik mengajarkan bahwa ketiga jenjang jabatan ini diterimakan oleh satu kegiatan sakramental, yang dinamakan ”penahbisan" (bdk Katekismus Gereja Katolik, No. 1554).

Seturut tradisi Gereja sejak masa apostolik, ”hanya pria yang telah dibaptis dapat menerima tahbisan secara sah" (Kitab Hukum Kanonik, No 1024). Karena diakonat merupakan bagian dari Sakramen Tahbisan Suci, maka peraturan ini berlaku juga untuk diakonat.

Daripada berhenti di sini dengan jawaban ”tidak", baiklah kita melangkah lebih jauh dengan pertanyaan ”mengapa?" Dalam Kisah Para Rasul Bab 6, kita membaca mengenai para rasul yang membutuhkan bantuan. Tampaknya, sebagian dari kepentingan ”kesejahteraan" komunitas gereja dilalaikan, misalnya pembagian makanan di antara orang-orang miskin dan para janda: ”Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: 'Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.'" Dengan bimbingan Roh Kudus, mereka memilih tujuh laki-laki, termasuk St. Stefanus, martir pertama Gereja. Para rasul menyetujui para calon ini, berdoa dan meletakkan tangan atas mereka: mereka menahbiskan diakon-diakon pertama. Sejak awal dari diakonat tersebut, hanya kaum laki-laki yang melayani sebagai diakon tertahbis.

Namun demikian, sepintas lalu, St. Paulus tampaknya mengacaukan hal ini. Dalam Surat kepada Jemaat di Roma (16:1), ia menulis, ”Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, diakones jemaat di Kengkrea." Dalam teks asli bahasa Yunani, Febe diidentifikasikan sebagai seorang ”diaconos" (artinya ”diakon"); tetapi ketika St. Hieronimus menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Latin, yang menghasilkan Kitab Suci Vulgata, ia menerjemahkan ayat, ”Commendo autem vobis Phoeben sororem nostram, quae est in ministerio Ecclesiae, quae est in Cenchris," sebagai ”Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudari kita yang melayani jemaat di Kengkrea." St. Hieronimus menghindari mengidentifikasi Febe sebagai diakon dan sekedar menulis bahwa ia melayani dalam pelayanan Gereja. Perbedaan yang demikian membuat orang bertanya-tanya apa pelayanan ”diakones" itu.

Informasi terbaik dan terlengkap mengenai para diakones didapati dalam Konstitusi Apostolik yang juga dikenal sebagai Konstitusi Para Rasul Kudus. Konstitusi Apostolik, yang terdiri dari delapan jilid, merupakan koleksi terlengkap yang ada mengenai liturgi dan ketentuan-ketentuan disipliner dari Gereja awali. Sebagian besar ahli sependapat bahwa ketujuh buku pertama ditulis sebelum tahun 300 M, sedangkan buku kedelapan ditulis sekitar tahun 400 M.

Dari tulisan-tulisan ini, peran diakones, sama seperti diakon, adalah melayani kepentingan kesejahteraan Gereja. Peran mereka juga menyangkut sopan santun antara para klerus laki-laki dan para perempuan warga Gereja. Uskup didorong, ”Lantiklah juga seorang diakones yang saleh dan kudus, untuk pelayanan terhadap para perempuan. Sebab terkadang ia tidak dapat mengutus seorang diakon, yang adalah laki-laki, kepada para perempuan, karena orang-orang yang tidak percaya. Sebab itu, hendaknyalah engkau mengutus seorang perempuan, seorang diakones, demi menghindari anggapan buruk orang" (Buku II, Bab XV). Misalnya, Konstitusi Apostolik menegaskan peraturan berikut, ”Juga diakones ... tidak melakukan atau mengatakan suatu pun tanpa diakon" (Buku II, Bab XXVI).

Poin ini teristimewa menggaris-bawahi pelayanan Sakramen Baptis. Pada masa Gereja perdana, setelah seorang menyatakan pengakuan iman, maka pakaiannya ditanggalkan dan seluruh tubuhnya diurapi dengan minyak suci. Kemudian ia dibaptis dengan menyerukan Tritunggal Mahakudus dan dengan mencurahkan air atau mencelupkan orang itu ke dalam air. Demi kesopanan, uskup akan mengurapi dahi mereka yang akan dibaptis, dan kemudian diakones akan menyelesaikan pengurapan kepada para perempuan. Diakones juga ikut berperan dalam mencelupkan para perempuan yang dibaptis: uskup (atau imam) akan ”mencelupkan mereka ke dalam air" dan ”... seorang diakon akan menyambut yang laki-laki, sementara seorang diakones menyambut yang perempuan, sehingga penganugerahan meterai yang tak terhapuskan ini dapat dilaksanakan dalam kesopanan" (Buku III, Bab XV, XVI).

Selain peran pelayanan yang membedakan antara diakon dan diakones, juga ”ritus penahbisan" seperti dicatat dalam Konstitusi Apostolik. Mengacu pada ritus aktual ”penahbisan" seorang diakones, ditetapkan doa dan tindakan berikut, ”Mengenai diakones... : 'Uskup, hendaknya engkau menumpangkan kedua tanganmu atasnya, di hadapan imam, dan di hadapan para diakon dan para diakones, hendaknyalah engkau katakan: ”Ya Allah yang kekal, Bapa Tuhan kami Yesus Kristus, Pencipta laki-laki dan perempuan, yang sungguh memenuhi Miriam, dan Debora, dan Anna, dan Hulda dengan Roh; yang tidak menganggap hina bahwa Putra Tunggal-Mu dilahirkan oleh seorang perempuan; yang juga dalam kemah suci, dan dalam bait Allah, sungguh melantik para perempuan untuk menjadi penjaga pintu kudus-Mu, sudilah Engkau juga sekarang memandang hamba-Mu ini, yang hendak dilantik untuk jabatan diakones, dan anugerahilah ia Roh Kudus-Mu, serta basuhlah ia dari segala kenajisan daging dan roh, agar ia dapat dengan pantas melaksanakan karya yang dipercayakan kepadanya demi kemuliaan-Mu, dan pujian bagi Kristus Putra-Mu; bagi Dia bersama dengan Engkau dan Roh Kudus kemuliaan dan sembah sujud sepanjang masa. Amin." (Buku VIII, Bab XIX, XX). Doa tersebut amat berbeda dari doa penahbisan seorang diakon, yang kita dapati pada bab sebelumnya: Untuk diakon, referensi akan pencurahan Roh Kudus jauh lebih kuat: ”penuhilah ia dengan Roh Kudus-Mu, dan dengan kuasa, seperti Engkau memenuhi Stefanus, yang adalah martir-Mu, dan pengikut sengsara Kristus Putra-Mu."

Kedua, untuk diakones, tidak disebut-sebut mengenai St. Stefanus seperti di atas, atau referensi apapun mengenai penetapan apostolik diakonat. Ketiga, untuk diakon, uskup berdoa agar calon ”layak melaksanakan dengan pantas karya pelayanan seorang diakon, dengan gigih, tanpa cacat dan tanpa cela, agar dengan demikian ia dapat mencapai jenjang yang lebih tinggi"; suatu indikasi bahwa diakon dapat melanjutkan ke jabatan imam atau uskup (Buku VIII, Bab XVIII).

Sebab itu, jabatan diakones melayani suatu pelayanan khusus bagi kepentingan para perempuan dalam Gereja. Namun demikian, jabatan diakones tidak pernah menjadi bagian dari Sakramen Tahbisan Suci dan bukan bagian dari dasar apostolik Gereja. Oleh karena alasan-alasan ini, hanya laki-laki saja yang dapat menjadi calon untuk diakonat.

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology of Christendom's Notre Dame Graduate School in Alexandria.

Sumber: ”Straight Answers: Can Women Be Deacons?" by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2005 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com

Diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.



Daftar Label dari Kategori Mengenal Katolik
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
MENGUAK DASAR LITURGIS PENYELUBUNGAN SALIB PADA MINGGU PRAPASKAH V

PREV:
Bagaimana Seharusnya Menyambut Komuni Kudus?





Arsip Mengenal Katolik..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)