|
Sabtu, 1 September 2018 Khotbah Katolik Sabtu, 1 September 2018 - Matius 25:14-30 - BcO 1Tim. 4:1-5:2 - Maria Magdalena Redi, Yohana dari Firenzewarna liturgi HijauMaria Magdalena Redi, Yohana dari Firenze 1Kor. 1:26-31; Mzm. 33:12-13,18-19,20-21; Matius 25:14-30. BcO 1Tim. 4:1-5:2. warna liturgi Hijau Matius 25:14-30 Perumpamaan tentang talenta 25:14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. 25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. 25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. 25:17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. 25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. 25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. 25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. 25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. 25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. 25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! 25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? 25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. 25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. 25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." Penjelasan: & Perumpamaan tentang Talenta (25:14-30) Di sini diceritakan tentang perumpamaan talenta yang dipercayakan kepada tiga orang hamba. Hal ini menunjukkan bahwa kita tengah berada dalam keadaan bekerja dan berusaha, seperti perumpamaan sebelumnya yang menunjukkan bahwa kita sedang berada dalam keadaan menanti-nanti. Perumpamaan sebelumnya menunjukkan perlunya kita memiliki kebiasaan untuk selalu mempersiapkan diri, sedangkan perumpamaan ini memperlihatkan kerajinan nyata yang harus kita lakukan dalam pekerjaan dan pelayanan kita sekarang ini. Melalui perumpamaan pertama, kita didorong memelihara jiwa kita sebaik mungkin, melalui perumpamaan ini kita menyediakan diri menjadi alat bagi kemuliaan Allah dan kebaikan bagi orang lain. Dalam perumpamaan ini: . Tuan itu adalah Kristus, yang adalah Pemilik dan Penguasa mutlak dan sah atas semua orang dan harta benda, dan secara istimewa atas jemaat-Nya. Ke dalam tangan-Nya-lah segala sesuatu diserahkan. . Hamba-hamba itu adalah orang-orang Kristen, hamba-hamba-Nya sendiri, demikianlah mereka disebut. Mereka dilahirkan di rumah-Nya, dibeli dengan uang-Nya, disediakan untuk menjadi kemuliaan-Nya, dan dipekerjakan dalam pekerjaan-Nya. Mungkin yang khususnya dimaksud di sini adalah para pelayan jemaat atau hamba Tuhan, yang lebih langsung mendampingi-Nya dan yang diutus oleh-Nya. Rasul Paulus sering menyebut dirinya sebagai hamba Kristus Yesus (2Tim. 2:24). Secara umum kita melihat tiga hal dalam perumpamaan ini. I. Kepercayaan yang diberikan kepada hamba-hamba ini. Tuan mereka mempercayakan hartanya kepada mereka. Setelah memberi perintah untuk bekerja (karena Kristus tidak membiarkan seorang hamba pun menganggur), Ia meninggalkan sesuatu untuk mereka kerjakan. Perhatikanlah: . Hamba-hamba Kristus memiliki dan menerima segala sesuatu dari Dia, karena mereka sendiri tidak mempunyai arti apa-apa, dan mereka juga tidak memiliki apa-apa yang dapat dikatakan sebagai milik mereka sendiri selain dosa. . Apa yang kita terima dari Dia adalah untuk digunakan dalam pekerjaan-Nya. Hak-hak istimewa kita dimaksudkan untuk memampukan kita bekerja. Pernyataan Roh yang diberikan kepada tiap-tiap orang adalah untuk kepentingan bersama. . Apa pun yang kita terima adalah untuk dapat digunakan bagi kepentingan Kristus, karena hak milik itu masih tetap berada di tangan-Nya. Kita hanyalah para penyewa tanah yang menjadi milik-Nya, pengurus yang baik dari anugerah Allah (1Ptr. 4:10). Sekarang, perhatikan baik-baik di sini. (1) Pada kesempatan apa kepercayaan ini diberikan kepada hamba-hamba ini: Ketika tuan itu mau bepergian ke luar negeri. Hal ini dijelaskan dalam Efesus 4:8, tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia. Perhatikanlah: [1] Ketika Kristus naik ke sorga, Ia seperti seseorang yang bepergian ke luar negeri. Artinya, Ia pergi dengan maksud berada di tempat jauh dalam waktu yang sangat lama. [2] Tatkala Ia pergi, ia merasa perlu melengkapi jemaat-Nya dengan segala sesuatu yang dibutuhkan selama Ia sendiri tidak berada di tempat. Karena dan sehubungan dengan keberangkatan-Nya itu, Ia memberikan kebenaran, hukum, janji, dan kuasa kepada jemaat-Nya. Semua itu disebut parakatathēkē -- harta yang indah (seperti yang disebut dalam 1 Timotius 6:20 dan 2 Timotius 1:14), dan harta yang indah itulah yang diberikan kepada kita. Ia mengutus Roh-Nya untuk memampukan hamba-hamba-Nya mengajar dan mengakui semua kebenaran itu, menjalankan dan mengawasi semua hukum itu, memanfaatkan dan menerapkan semua janji itu, serta untuk menerapkan dan menggunakan semua kuasa itu, secara biasa ataupun luar biasa. Begitulah Kristus meninggalkan harta yang indah ini kepada jemaat-Nya pada saat kenaikan-Nya ke sorga. (2) Dalam perbandingan yang bagaimana kepercayaan ini diberikan kepada masing-masing hamba. [1] Ia memberikan talenta. Satu talenta perak itu sangatlah mahal dalam ukuran uang kita sekarang ini. Perhatikanlah, betapa besar dan berharganya karunia-karunia yang diberikan Kristus itu, harga yang dibeli dengan darah-Nya sungguh tak ternilai, dan tidak ada yang tidak berarti. [2] Ia memberikan lebih banyak kepada beberapa orang, dan lebih sedikit kepada yang lain. Yang seorang diberinya lima talenta, yang seorang lagi dua talenta dan yang seorang lain lagi satu talenta, masing-masing menurut kesanggupannya. Sang Pemelihara ilahi menetapkan adanya perbedaan dalam kemampuan manusia, seperti pada pikiran, tubuh, harta benda, hubungan, dan minat. Dan sesuai dengan perbedaan ini, Ia juga memberikan karunia-karunia rohani yang sesuai. Walaupun demikian, kemampuan itu tetap berasal dari Tuhan sendiri. Perhatikan baik-baik: Pertama, setiap orang paling kurang memiliki setidaknya satu talenta, dan jumlah itu bukanlah jumlah yang patut diremehkan oleh seorang hamba yang miskin untuk mulai berusaha. Jiwa kita sendiri merupakan satu talenta yang dipercayakan kepada kita masing-masing, dan membuat kita mampu bekerja. Hoc nempe ab homine exigiture, ut prosit hominibus; si fieri potest, multis; si minus, paucis; si minus, proximus, si minus, sibi: nam cum se utilem caeteris efficit, commune agit negotium. Et si quis bene de se meretur, hoc ipso aliis prodest quod aliis profuturum parat -- Sudah menjadi kewajiban seseorang untuk membuat dirinya berguna bagi orang-orang di sekelilingnya. Bila mungkin bagi banyak orang. Namun, bila tidak mungkin, bagi beberapa orang sudah cukup memadai, yakni orang-orang terdekat, atau setidaknya bagi dirinya sendiri. Orang yang berguna bagi orang lain boleh dianggap sebagai orang yang baik secara umum. Barangsiapa membuat dirinya bisa diterima dengan baik, berarti sudah melayani orang lain dengan cara membentuk diri sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menyenangkan mereka (dikutip dari filsuf Seneca). Kedua, semua tidak menerima jumlah yang sama, karena mereka tidak memiliki kesanggupan dan peluang yang sama. Allah adalah Pelaku yang bebas, Ia memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya, beberapa orang cocok untuk suatu pelayanan tertentu, yang lain dalam bidang lain lagi, sama seperti anggota tubuh jasmani kita. Setelah tuan itu selesai membereskan urusannya, lalu ia berangkat. Setelah Tuhan Yesus kita memberikan perintah-perintah kepada rasul-rasul-Nya, Ia segera bergegas dan pergi naik ke sorga. II. Perbedaan pengelolaan dan pemanfaatan kepercayaan ini, seperti dicatat dalam ayat 16-18. . Dua dari hamba-hamba itu bekerja dengan baik. (1) Mereka rajin dan setia. Mereka menjalankan uang itu. Mereka menggunakan uang yang dipercayakan kepada mereka dan digunakan sesuai dengan tujuannya. Mereka membeli barang-barang, dan mendapat keuntungan darinya. Segera setelah tuan mereka pergi, dengan segera mereka juga pergi untuk menjalankan usaha mereka. Orang-orang yang memiliki banyak pekerjaan untuk dikerjakan, seperti halnya semua orang Kristen, perlu segera mulai bekerja dan tidak membuang-buang waktu. Mereka menjalankan uang itu. Perhatikanlah, seorang Kristen yang sejati juga merupakan seorang pengusaha rohani. Kegiatan usaha dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat rahasia, dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita. Kegiatan usaha kita itu adalah usaha untuk membuat suatu produksi; ada sesuatu yang harus dikerjakan dan dibuat di dalam hati kita untuk kebaikan orang lain. Usaha itu adalah semacam usaha dagang, artinya barang-barang yang kurang bernilai bagi kita ditukarkan dengan barang-barang yang lebih bernilai, yaitu barang dagang berupa hikmat (Ams. 3:15; Mat. 13:45). Seorang pengusaha adalah seseorang yang telah menjadikan kegiatan usaha sebagai pilihannya dan bersusah payah mempelajarinya, berusaha keras mengikutinya, mempertaruhkan semua miliknya demi kemajuan usaha, mengesampingkan semua urusan lain demi kelangsungan usaha itu, dan hidup dari keuntungan yang diperoleh dari situ. Begitulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang Kristen sejati dalam pekerjaan kehidupan rohaninya. Kita tidak memiliki harta sendiri untuk diusahakan, tetapi menjalankan usaha sebagai pedagang perantara dengan kekayaan Tuhan kita. Karunia-karunia akal budi, yang berupa kemampuan bernalar, mengetahui, belajar, harus digunakan untuk mendukung kehidupan rohani kita. Kesenangan dunia ini -- harta benda, nama baik, minat, kekuasaan, kedudukan yang menguntungkan, harus dimanfaatkan untuk kemuliaan Kristus. Ketentuan-ketentuan di dalam Injil, kesempatan kita untuk menjaga nilai-nilainya, Alkitab, para pelayan jemaat, hari-hari Sabat (Minggu), dan sakramen yang ada, harus dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, untuk memelihara persekutuan dengan Allah, sedangkan karunia-karunia dan anugerah Roh harus diuji, dan semua ini kita usahakan dengan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita. (2) Mereka berhasil. Mereka dapat menggandakan harta mereka, dalam waktu singkat mereka berhasil meraih keuntungan sen demi sen, meraih keuntungan sepersekian bagian dari harta yang dipercayakan. Hamba yang memiliki lima talenta segera menghasilkan lima talenta lagi. Berusaha mengembangkan talenta kita tidak selalu sama hasilnya dengan orang lain, tetapi bagaimanapun juga, kita harus berhasil dengan diri kita sendiri (Yes. 49:4). Perhatikanlah, tangan orang rajin membuat dirinya kaya dalam hal anugerah, penghiburan, dan kekayaan melalui perbuatan-perbuatan baik. Jadi, ada keuntungan besar yang akan kita peroleh melalui kerajinan kita dalam menjalankan kehidupan rohani kita. Perhatikan baik-baik, keuntungan yang diperoleh sebanding dengan talenta yang diterima. [1] Dari orang-orang yang diberi Allah lima talenta, Ia mengharapkan memperoleh peningkatan sebanyak lima talenta juga. Ia mengharapkan tuaian yang berlimpah ruah di tempat di mana Ia juga telah menabur dalam jumlah yang berlimpah. Semakin banyak karunia yang mereka miliki, semakin banyak susah payah mereka harus gandakan karena begitu banyaknya harta yang harus dikelola. [2] Dari orang-orang yang hanya diberi dua talenta, Ia juga hanya mengharapkan peningkatan sebanyak dua talenta. Hal ini bisa mendorong orang-orang yang digunakan dalam tugas yang lebih rendah dan kecil. Jika mereka sungguh-sungguh berusaha, bekerja sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan dan kesempatan mereka, mereka juga akan diterima, meskipun hasil mereka tidak sebaik orang-orang lain. . Yang ketiga melakukan kesalahan (ay. 18). Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Meskipun perumpamaan ini hanya menunjukkan satu dari tiga orang yang tidak setia, namun sejarah yang menjawab perumpamaan ini menunjukkan kepada kita bahwa yang terjadi justru dalam angka perbandingan yang sebaliknya. Tatkala sepuluh orang kusta semuanya telah menjadi tahir, sembilan dari sepuluh menyembunyikan talenta mereka, dan hanya satu orang yang kembali untuk memuliakan Allah (Luk. 17:17-18). Hamba yang tidak setia itu adalah orang yang hanya mendapat satu talenta itu. Tidak disangsikan lagi bahwa banyak orang telah menerima lima talenta dan ternyata menyembunyikan semuanya. Mereka memiliki kesanggupan yang banyak, peluang yang banyak, namun sama sekali tidak mereka manfaatkan. Tetapi, Kristus menyindir kita: (1) Kalau orang yang hanya menerima satu talenta itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan menyembunyikan satu talenta itu di dalam tanah, terlebih lagi mereka yang memiliki lebih banyak, namun menyembunyikannya di dalam tanah, pasti kesalahan akan lebih banyak diperhitungkan lagi kepadanya. Kalau orang yang hanya memiliki kemampuan kecil akan dilemparkan ke dalam kegelapan yang paling gelap karena tidak meningkatkan apa yang seharusnya dapat ia lakukan, betapa lebih beratnya hukuman yang dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak keuntungan-keuntungan yang terbesar itu? (2) Bahwa mereka yang hanya dapat melakukan sedikit bagi Allah sering kali hanya melakukan sedikit saja daripada yang seharusnya dapat mereka lakukan. Sebagian orang suka menutupi kemalasan mereka dengan banyak alasan. Ada yang mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kesempatan seperti yang dimiliki orang lain untuk melayani Allah. Ada lagi yang merasa tidak memiliki sarana untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Mereka tidak mau melakukan apa yang kita yakin mereka bisa lakukan. Sebaliknya, mereka malah duduk berpangku tangan dan tidak berbuat apa-apa. Benar-benar kemalasan yang menjengkelkan, karena bukannya menjaga satu-satunya talenta yang mereka miliki itu, mereka malah mengabaikannya. Karena takut dicuri, ia pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Ia tidak memboroskan atau menyalahgunakannya, juga tidak menggelapkan atau menghambur-hamburkannya, melainkan menyembunyikan uang itu. Uang itu seperti pupuk (begitu yang biasa dikatakan oleh Lord Bacon). Pupuk yang hanya ditimbun saja tidak akan ada manfaatnya. Agar bermanfaat pupuk itu harus ditabur. Namun, ada suatu kemalangan yang sering kita lihat di bawah matahari, harta yang dikumpulkan (Yak. 5:3; Pkh. 6:1-2) yang tidak mendatangkan manfaat bagi siapa pun. Begitu juga halnya dengan karunia-karunia rohani. Banyak orang memiliki karunia rohani, namun tidak memanfaatkannya sesuai maksud pemberian karunia itu kepada mereka. Mereka memiliki harta benda, namun tidak menggunakannya untuk pekerjaan kesalehan dan karya cinta kasih. Mereka memiliki kekuasaan dan kepentingan, namun tidak menggunakannya untuk memberitakan Injil di tempat mereka tinggal. Para pelayan jemaat yang memiliki kemampuan dan peluang untuk melakukan perbuatan baik, tetapi tidak mendorong keluar karunia yang ada di dalam diri mereka, adalah hamba-hamba yang jahat dan malas yang lebih mencari keuntungan bagi diri sendiri dan bukannya bagi Kristus. Ia menyembunyikan uang tuannya. Seandainya uang itu adalah miliknya sendiri, tentu ia boleh memakainya sesuka hatinya. Akan tetapi, apa pun kemampuan dan keunggulan yang kita miliki, semua itu bukan milik kita. Kita hanyalah pekerja belaka, dan harus mempertanggungjawabkan semuanya kepada Tuhan kita yang memiliki semua harta itu. Kemalasannya itu sungguh menjengkelkan; kesibukan, keberhasilan, dan semangat rekan-rekannya itu seharusnya memacu dia untuk berusaha. Bila orang-orang lain sedang giat, akankah kita menganggur saja? III. Perhitungan atas kemajuan mereka (ay. 19). . Perhitungan itu ditangguhkan. Lama sesudah itu diadakan perhitungan dengan mereka, bukan karena tuan itu mengabaikan urusannya, atau karena Allah lalai menepati janji-Nya (2Ptr. 3:9), bukan, Ia telah siap menghakimi (1Ptr. 4:5), tetapi segala sesuatu harus dilakukan sesuai waktu dan urutannya. . Akhirnya hari perhitungan itu datang juga, pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Para pelayan yang menerima anugerah Allah yang beraneka ragam itu harus segera memberikan pertanggungan jawab atas urusan mereka. Kita semua harus memberi pertanggungjawaban sendiri tentang kebaikan apa yang kita dapatkan untuk jiwa kita dan kebaikan apa yang telah kita lakukan bagi orang lain melalui keuntungan yang telah kita nikmati (Rm. 14:10-11). Sekarang, di sini: (1) Pertanggungan jawab yang baik dari hamba-hamba yang setia. Perhatikan baik-baik di sini: [1] Hamba-hamba itu memberikan pertanggungjawaban (ay. 20, 22), "Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku, dan kepadaku dua talenta, lihat, aku telah beroleh laba lima talenta, dan aku telah beroleh laba dua talenta." Pertama, hamba-hamba Kristus yang setia mengakui dengan rasa syukur kesediaan-Nya memberikan sesuatu kepada mereka, Tuan, hal-hal ini dan itu tuan percayakan kepadaku. Perhatikanlah: . Baik sekali jika kita membuat catatan khusus tentang apa saja yang telah kita terima dari Allah, supaya kita ingat yang telah diberikan-Nya kepada kita, agar dengan demikian kita dapat mengetahui apa saja yang diharapkan Allah dari kita, dan dapat mengerjakan manfaat yang diharapkan dari kita. . Janganlah kita berbangga diri dengan keberhasilan, sebaliknya kita harus mengakui kebaikan dan kehormatan Allah bagi kita dengan mempercayakan harta benda-Nya kepada kita, yaitu anugerah-Nya, yang merupakan sumber dan mata air yang darinya keluar semua yang baik yang ada dalam diri kita atau yang dilakukan melalui kita. Karena sebenarnya, semakin banyak yang kita lakukan bagi Allah, semakin banyak pula kita berutang budi kepada-Nya atas kesediaan-Nya menggunakan dan memampukan kita dalam pekerjaan-Nya. Kedua, mereka menghasilkan keuntungan sebagai bukti kesetiaan mereka. Perhatikanlah, hamba Allah yang baik memiliki sesuatu untuk ditunjukkan sebagai bukti kerajinan mereka. Tunjukkanlah kepadaku imanmu dari perbuatan-perbuatanmu. Biarlah orang yang baik menyatakan perbuatan-perbuatannya (Yak. 3:13). Bila kita berhati-hati dengan urusan rohani kita, segera kita akan melihat hasilnya, dan segala perbuatan kita akan menyertai kita (Why. 14:13). Orang-orang kudus itu tidak akan menyebut sendiri perbuatan baik mereka pada hari yang mulia itu, sama sekali tidak, tetapi Kristus yang akan melakukannya untuk mereka (ay. 35). Hal itu menunjukkan bahwa mereka yang setia mengembangkan talenta mereka akan beroleh keberanian percaya pada hari kedatangan-Nya (1Yoh. 2:28; 4:17). Jelas bahwa hamba yang hanya memiliki dua talenta menyerahkan hasil pertanggungjawabannya dengan penuh sukacita sama seperti hamba yang memiliki lima talenta. Sungguh menyenangkan bahwa pada hari perhitungan nanti, kita akan dinilai menurut kesetiaan kita dan bukan menurut kegunaan kita, menurut ketulusan kita dan bukan menurut keberhasilan kita, menurut kejujuran kita dan bukan menurut tingkat kesempatan kita. [2] Penerimaan dan pujian sang tuan atas pertanggungjawaban mereka (ay. 21, 23). Pertama, tuan itu memuji mereka, Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia. Perhatikanlah, orang-orang yang membuktikan dirinya sebagai hamba-hamba Yesus Kristus yang baik dan setia dengan kerajinan dan kesetiaan mereka, akan menerima puji-pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada saat Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1Ptr. 1:7). Mereka yang sekarang mengakui dan menghormati Allah tidak lama lagi akan diakui dan diberi kehormatan oleh Allah. . Mereka akan diterima, hai hambaku yang baik dan setia. Kristus yang mengetahui kejujuran hamba-hamba-Nya sekarang akan bersaksi pada hari yang mulia itu, dan mereka yang didapati setia akan disebut demikian. Mungkin mereka dikecam banyak orang sebagai orang yang sok benar. Tetapi Kristus akan menunjukkan watak mereka yang sejati, yaitu baik dan setia. . Pekerjaan mereka akan diterima, Baik sekali perbuatanmu itu. Kristus akan menyebut mereka, dan hanya mereka saja, sebagai hamba yang baik, yaitu mereka yang bekerja dengan baik sekali. Karena dengan tekun berbuat baik, kita mencari kemuliaan dan kehormatan ini, dan bila kita mencari, kita akan mendapatkannya. Jika kita melakukan apa yang baik dan mengerjakannya sebaik mungkin, kita akan beroleh pujian yang sama. Sebagian tuan-tuan begitu murung sehingga tidak mau memuji hamba-hamba mereka, meskipun mereka sudah melakukan pekerjaan dengan begitu baik. Hanya sedikit yang tidak menjadi marah atas perlakuan seperti itu. Tetapi Kristus akan memuji hamba-hamba-Nya yang bekerja dengan baik. Apakah manusia memberikan pujian atau tidak, Ia tetap memuji mereka. Dan apabila kita mendapat pujian dari Guru kita, maka tidak penting lagi apa yang dikatakan oleh sesama kita mengenai diri kita. Jika Ia berkata, "Baik sekali perbuatanmu itu," kita merasa sangat senang, sehingga penilaian orang terhadap diri kita menjadi sesuatu yang kecil belaka. Sebaliknya, yang berkenan pada Tuhan bukanlah orang yang memuji dirinya sendiri atau orang yang dipuji oleh sesamanya, melainkan orang yang dipuji Tuhan. Kedua, ia memberi mereka penghargaan. Hamba-hamba Kristus yang setia tidak dibiarkan begitu saja dengan pujian kosong. Tidak, semua pekerjaan dan upaya kasih mereka akan diberi penghargaan. Sekarang, penghargaan ini diungkapkan dengan dua cara di sini. . Dalam satu ungkapan yang sesuai dengan perumpamaan itu, engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Merupakan suatu kebiasaan umum dalam sidang putra-putra raja dan keluarga orang-orang bangsawan untuk mengangkat mereka yang setia dalam perkara kecil ke kedudukan yang lebih tinggi. Perhatikanlah, Kristus adalah Tuan yang lebih menyukai hamba-hamba-Nya yang berkelakuan baik. Kristus akan memberikan kemuliaan kepada mereka yang memuliakan Dia dalam bentuk mahkota (2Tim. 4:8), sebuah takhta (Why. 3:21), sebuah Kerajaan (25:34). Di dunia ini mereka menjadi pengemis, tetapi di sorga mereka akan menjadi orang-orang yang memerintah. Orang-orang yang jujur akan memiliki kekuasaan; hamba-hamba Kristus semuanya adalah putra-putra raja. Perhatikan baik-baik tentang tidak sebandingnya pekerjaan dan penghargaan yang diberikan. Hanya sedikit hal dalam diri orang-orang kudus yang dapat digunakan bagi kemuliaan Allah, tetapi ada banyak hal yang membuat mereka akan dimuliakan bersama Allah. Beban tanggung jawab apa yang kita terima dari Allah, pekerjaan apa yang kita kerjakan bagi Allah di dunia ini, hanya sedikit, sangat sedikit, dibandingkan dengan sukacita yang disediakan bagi kita. Kumpulkanlah semua jasa kita, semua penderitaan kita, semua keberhasilan kita, semua perbuatan baik kita bagi sesama, semua yang kita dapatkan bagi diri sendiri, semuanya itu hanya sedikit sekali, hampir-hampir tidak ada apa-apanya, tidak berharga untuk dibandingkan, tidak layak disebut-sebut pada hari yang sama ketika kemuliaan itu dinyatakan. . Dalam ungkapan lain yang tersirat dalam perumpamaan ini, Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Perhatikanlah: (1) Keadaan orang-orang yang diberkati adalah keadaan penuh sukacita. Bukan hanya karena segala air mata akan dihapuskan, tetapi karena semua sumber penghiburan akan dibukakan, dan semua mata air sukacita akan memancar bagi mereka. Bilamana ada keindahan dan hasil yang baik dari Allah, penyempurnaan kesucian, persahabatan di antara orang-orang yang diberkati, tidak bisa tidak, akan ada sukacita yang berlimpah. (2) Sukacita ini adalah sukacita Tuhan mereka, sukacita yang Ia dapatkan dan sediakan bagi mereka, sukacita orang-orang yang ditebus, yang dibeli dengan penderitaan Sang Penebus itu sendiri. Itu adalah sukacita yang menjadi milik-Nya sendiri, yang diperoleh dengan mata yang tertuju pada sukacita itu tatkala Ia mengabaikan kehinaan dengan tekun memikul salib (Ibr. 12:2). Itu adalah sukacita yang menjadikan diri-Nya sendiri sebagai sumber dan pusat sukacita itu. Itu adalah sukacita Tuhan kita, karena itu adalah sukacita di dalam Tuhan, yang menjadi sukacita kita yang melimpah. Abraham tidak menghendaki pengawas rumah tangganya, meskipun setia, sebagai ahli warisnya (Kej. 15:3). Tetapi Kristus menerima hamba-hamba-Nya yang setia ke dalam sukacita-Nya sendiri, untuk menjadi ahli waris bersama Dia. (3) Orang-orang kudus yang dipermuliakan akan memasuki sukacita ini, akan memilikinya sepenuh-penuhnya, seperti seorang ahli waris yang cukup umur untuk mendapatkan hak warisnya, atau seperti mereka yang sudah siap untuk memasuki perjamuan kawin. Di sini sukacita Tuhan kita memasuki orang-orang kudus, oleh Roh Kudus. Tidak lama lagi mereka akan masuk ke dalam sukacita itu, akan berada di dalamnya sampai selamanya dan dengan sepenuh-penuhnya. (2) Pertanggungjawaban yang buruk dari hamba yang malas. Perhatikan baik-baik: [1] Pembelaannya untuk diri sendiri (ay. 24-25). Meskipun ia hanya menerima satu talenta, ia tetap harus mempertanggungjawabkan satu talenta tersebut. Kecilnya jumlah yang kita terima tidak membebaskan kita dari pertanggungjawaban. Tidak seorang pun diminta untuk mempertanggungjawabkan lebih dari yang diterimanya, tetapi kita semua harus bertanggung jawab atas semua yang kita miliki. Perhatikan baik-baik: Pertama, apa yang ia utarakan. Ia memberikan pertanggungjawaban dengan penuh keyakinan. Ia mengandalkan dalih yang diajukan sehingga ia mampu berkata, "Ini, terimalah kepunyaan tuan! Saya tidak dapat menggandakan seperti yang telah dilakukan oleh teman-teman saya, tetapi dapat saya sampaikan bahwa saya tidak membuatnya semakin berkurang." Di sini, ia mengira bahwa dalih ini akan berhasil. Meskipun ia tidak dipuji, setidaknya ia akan selamat. Perhatikanlah, begitu banyak orang pergi menghadapi sidang pengadilan dengan penuh rasa aman, dengan mengandalkan kesahihan dalih yang nantinya akan dinyatakan tidak berarti dan tidak berguna di depan sidang. Banyak orang percaya yang pemalas, mereka takut bekerja terlampau banyak bagi Allah, namun mengharapkan hasil yang sama dengan mereka yang menanggung banyak kepedihan dalam menjalankan kehidupan rohani mereka. Begitulah si pemalas menganggap dirinya lebih bijak daripada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana (Ams. 26:16). Hamba ini mengira bahwa pertanggungjawabannya akan diterima dengan baik, karena ia berani berkata, Ini, terimalah kepunyaan tuan! "Tuhan, saya tidak memboroskan milikku, tidak menghambur-hamburkan waktu, tidak menodai hari Sabat, tidak melawan para pelayan jemaat yang baik dan khotbah yang baik; Tuhan, saya tidak pernah mencemooh Alkitab, juga tidak pernah menggunakan pengetahuan saya untuk menjadikan agama sebagai bahan senda gurau, juga tidak pernah menggunakan kekuasaan saya untuk menyiksa orang benar; saya tidak pernah menyembunyikan bakat saya, juga tidak pernah menyia-nyiakan ciptaan Allah yang baik dalam kemabukan dan keserakahan; sepengetahuan saya, saya juga tidak pernah menyakiti siapa pun." Banyak orang yang menyebut dirinya Kristen, membangun harapan besar tentang sorga berdasarkan kemampuan mereka membuat pertanggungjawaban seperti itu, yang tidak lebih dari ucapan, Ini, terimalah kepunyaan tuan! Seolah-olah tidak ada hal lain yang diperlukan lagi atau yang diharapkan lagi. Kedua, apa yang diakuinya. Ia mengaku telah menguburkan talentanya di dalam tanah, aku pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah. Ia berbicara seolah-olah itu bukan kesalahan besar. Malah, seolah-olah ia layak memperoleh pujian atas sikapnya yang berhati-hati dengan menyimpan talenta itu di tempat yang aman dan tidak membahayakan. Perhatikanlah, sudah merupakan hal yang lazim bagi banyak orang untuk menganggap sangat ringan hukuman yang menunggu mereka pada hari yang mulia itu. Atau, jika memang benar ia sadar bahwa ia bersalah, maka kejadian ini menunjukkan bahwa betapa mudahnya hamba-hamba yang pemalas akan dihakimi bersalah pada saat penghakiman nanti. Tidak perlu lagi mencari-cari bukti, karena Allah membuat mereka tergelincir karena lidah mereka. Ketiga, apa yang ia gunakan sebagai dalih, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam, karena itu aku takut. Berpikir baik tentang Allah akan menghasilkan kasih, dan kasih itu akan membuat kita menjadi rajin dan setia, tetapi pikiran yang buruk tentang Allah akan membuahkan ketakutan, dan ketakutan itu akan membuat kita menjadi pemalas dan tidak setia. Dalihnya menunjukkan: . Perasaan seorang musuh, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam. Sama seperti perkataan jahat yang diucapkan kaum Israel, Tindakan Tuhan tidak tepat! (Yeh. 18:25). Jadi, ia menggunakan pertahanannya (alasannya) sekaligus sebagai suatu serangan. Kebodohan menyesatkan jalan orang, dan kemudian membengkokkan masalahnya, lalu gusarlah hatinya terhadap Tuhan. Ini seperti Adam yang menutupi pelanggaran dengan menimpakan kesalahan secara terselubung kepada Allah sendiri, perempuan yang Kau tempatkan di sisiku. Perhatikanlah, hati duniawi cenderung mengandung pendapat yang salah dan jahat tentang Allah, dan dengan pikiran itu mereka mengeraskan hati dan jalan mereka yang jahat. Perhatikan baik-baik dengan betapa yakin ia berbicara, aku tahu bahwa tuan seperti itu. Bagaimana sampai ia mengetahui tuannya seperti itu? Kecurangan apa yang didapati nenek moyang kita pada Allah? (Yer. 2:5). Dengan apakah Allah telah melelahkan kita (Mi. 6:3) dalam pekerjaan-Nya, atau berlaku curang kepada kita tentang upah? Sudahkah Allah menjadi padang gurun bagi kita atau tanah yang gelap gulita? Allah sudah begitu lama mengatur dunia ini dan karena itu Ia bisa menagih lebih banyak alasan daripada yang dapat diminta Samuel, Siapakah yang telah kuperas? Dan siapakah yang telah kuperlakukan dengan kekerasan? Bukankah seluruh dunia mengetahui yang sebaliknya, bahwa Allah jauh daripada menjadi seorang tuan yang kejam, dan bahwa bumi penuh dengan kasih setia Tuhan? Bukankah Ia begitu jauh dari perbuatan menuai di tempat di mana Ia tidak menabur? Bukankah Ia lebih banyak menabur di tempat di mana Ia sendiri tidak menuai apa-apa? Karena Dialah yang menerbitkan matahari dan menurunkan hujan bagi orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan orang-orang jahat, serta memuaskan hati mereka dengan makanan dan kegembiraan, yaitu orang-orang yang berkata kepada Yang Mahakuasa, "Pergilah dari pada kami." Gambaran ini berbicara mengenai orang-orang jahat yang selalu melemparkan kecaman-kecaman kepada Allah. Seolah-olah semua kesalahan dosa dan kehancuran mereka terletak di depan pintu-Nya, karena Ia menolak memberikan anugerah kepada mereka. Padahal, yang terjadi adalah sebaliknya, bahwa orang-orang yang dengan setia memanfaatkan anugerah yang diberikan Allah secara umum kepada semua orang, tidak akan binasa, melainkan akan menerima anugerah yang khusus. Juga tidak ada yang bisa menunjukkan apa lagi yang harus diperbuat terhadap kebun anggur yang tidak menghasilkan buah selain apa yang telah dilakukan Allah. Allah tidak pernah menuntut batu bata dan tidak memberikan jerami. Tidak, apa pun yang diperlukan dalam kovenan atau perjanjian itu, dijanjikan juga di dalam kovenan tersebut. Jadi, kalau kita sampai binasa, itu salah kita sendiri. . Roh seorang budak, aku takut. Perasaan takut yang tidak benar terhadap Allah ini muncul akibat pemahamannya yang tidak benar terhadap Allah. Tak ada yang lebih tidak layak bagi Allah, juga tidak ada yang lebih mengganggu tugas-tugas kita kepada Allah, selain rasa takut seperti yang dimiliki oleh seorang budak. Rasa takut ini mengikat dan menyiksa kita, dan sangat bertolak belakang dengan kasih seutuhnya yang diminta dalam hukum yang utama. Perhatikanlah, pikiran yang keras terhadap Allah menyeret kita keluar dari pelayanan-Nya dan mengganggu kita dalam melaksanakan tugas. Orang-orang yang berpikir bahwa tidak mungkin untuk menyenangkan hati Allah dan merasa sia-sia melayani Dia, tidak akan melakukan apa-apa sesuai dengan tujuan kehidupan rohaninya. [2] Jawaban tuannya atas pembelaan diri ini. Dalihnya tidak dapat menyelamatkan dirinya, dalih itu tidak dapat diterima. Malah bukan itu saja, dalih itu justru berbalik melawan dirinya dan membuat dia terdiam, karena kemudian kita melihat bagaimana dia didakwa dan dihukum. Pertama, dakwaan yang dituduhkan kepadanya (ay. 26-27). Dua dakwaan yang dituduhkan kepadanya. . Kemalasan, Hai kamu, hamba yang jahat dan malas. Perhatikanlah, hamba-hamba yang malas biasanya juga menjadi hamba-hamba yang jahat, dan akan dianggap demikian oleh tuan mereka. Karena orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya, dan mengabaikan kebaikan yang diberikan Allah kepadanya, sudah menjadi saudara dari si perusak, karena dengan begitu ia telah melakukan kejahatan yang dilarang Allah (Ams. 18:9). Orang yang tidak bertanggung jawab dalam pekerjaan Allah, hampir sama dengan orang yang sibuk dalam pekerjaan setan. Satis est mali nihil fecisse boni -- Tidak melakukan yang baik mendatangkan kesalahan yang berat. Kelalaian merupakan dosa, dan harus dihukum. Kemalasan membuka jalan bagi kejahatan. Semua orang telah menjadi bejat, karena tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak (Mzm. 14:3). Tatkala rumah itu didapati kosong, maka roh jahat akan masuk dan berdiam di situ. Orang-orang yang enggan memperhatikan urusan jiwa mereka bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi melakukan sesuatu yang lebih buruk lagi (1Tim. 5:13). Pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang. . Pertentangan terhadap diri sendiri (ay. 26-27), jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur, karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang. Perhatikanlah, meskipun pikiran-pikiran jahat orang-orang berdosa terhadap Allah itu tidak benar dan tidak adil, pikiran itu tidak akan dapat membenarkan kejahatan dan kemalasan mereka, malah akan memperburuk dan menambah kesalahan mereka. Ada tiga alasan untuk pernyataan ini: (1) "Seandainya aku memang seorang tuan yang kejam, bukankah karena itu kamu harus menjadi lebih rajin dan lebih bersungguh-sungguh untuk menyenangkan aku, jika bukan demi kasih, sekurangnya karena takut, dan karena alasan itu, bukankah seharusnya kamu memperhatikan pekerjaanmu?" Jika Allah kita adalah api yang menghanguskan, maka marilah kita berusaha untuk melayani Dia. Atau begini, (2) "Jika kamu menganggap aku sebagai tuan yang kejam, dan karena itu tidak berani menjalankan uang itu sendiri karena takut kehilangan dan merugi, seharusnya kamu menyerahkannya kepada orang yang menjalankan uang atau pengrajin emas, atau menaruhnya di bank, supaya ketika aku kembali, sekiranya aku tidak bisa menerima hasil yang banyak melalui usaha jual beli (seperti halnya dengan talenta lainnya), bukankah paling tidak aku bisa mendapat hasil sedikit dari bunganya. Dengan begitu bukankah seharusnya aku menerima talentaku itu beserta dengan hasilnya?" Kegiatan semacam ini sudah menjadi kebiasaan pada zaman itu, dan tampaknya tidak dilarang oleh Juruselamat kita. Perhatikanlah, jika kita tidak mampu atau tidak berani melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, dan karena itu kita diam saja, maka hal ini tidak bisa dipakai sebagai alasan, karena setidaknya kita harus melakukan sesuatu yang bisa dan berani kita lakukan. Bila tidak cukup memiliki keberanian dalam hati kita untuk melakukan pekerjaan yang lebih sulit dan berbahaya, apakah kita lantas harus menyembunyikan diri dari pekerjaan yang lebih aman dan mudah? Sesuatu apa saja lebih baik daripada tidak sama sekali. Bila kita gagal menunjukkan keberanian kita dalam kegiatan usaha yang berani, kita tidak boleh gagal untuk menunjukkan niat baik kita dalam usaha yang jujur, dan Tuhan kita tidak akan memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil. Atau demikian, (3) "Anggaplah benar bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur, namun hal itu tidak ada urusannya dengan dirimu, karena aku menabur ke atasmu, dan talenta itu adalah uangku yang kupercayakan kepadamu, bukan untuk disimpan, tetapi untuk dikembangkan." Perhatikanlah, pada hari perhitungan, hamba-hamba yang jahat dan malas akan ditinggalkan tanpa ampun. Dalih yang sembarangan akan ditolak, dan setiap mulut akan dibungkam, dan mereka yang selama ini sangat mengandalkan pembenaran diri sendiri tidak akan dapat berkata sepatah kata pun. Kedua, hukuman yang diterimanya. Hamba yang malas itu dihukum. . Talentanya diambil kembali (ay. 28-29), sebab itu ambillah talenta itu dari padanya. Talenta-talenta itu tadinya diberikan oleh tuan itu, sebagai pemilik yang mutlak, tetapi sekarang diberikan lagi kepada orang lain sebagai seorang hakim. Ia mengambil dari hamba yang tidak setia itu untuk menghukumnya, dan memberikan talenta itu kepada orang yang benar-benar setia untuk memberi upah kepadanya. Dan makna dari bagian perumpamaan ini tersirat di dalam alasan yang mendasari hukuman yang dijatuhkan (ay. 29), Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi. Arti dari bagian perumpamaan ini berlaku untuk: (1) Berkat-berkat dalam kehidupan ini, yaitu kekayaan dan harta benda duniawi. Kita dipercayai dengan berkat-berkat ini untuk digunakan bagi kemuliaan Allah dan mendatangkan kebaikan bagi orang-orang di sekitar kita. Nah, setiap orang yang mempunyai kekayaan dan harta benda duniawi, dan menggunakannya sesuai dengan tujuan-tujuan tersebut, orang itu akan mempunyainya dengan berlimpah-limpah. Mungkin dia akan berkelimpahan dengan harta benda itu sendiri, atau setidaknya dengan penghiburan dan hal-hal baik lainnya yang datang oleh karena harta itu. Tetapi dari siapa yang tidak mempunyai, yaitu orang yang memiliki harta benda ini tetapi seolah-olah tidak memilikinya, tidak memiliki kekuasaan untuk menikmatinya, atau melakukan perbuatan baik dengan harta itu (Avaro deest, tam quod habet, quam quod non habet -- orang yang kikir akan dianggap miskin terhadap apa yang ia miliki dan juga terhadap apa yang tidak ia miliki), maka apa pun juga yang ada padanya akan diambil. Salomo menjelaskan hal ini dalam Amsal 11:24 demikian: Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Memberi kepada orang miskin berarti melakukan jual beli dengan apa yang kita miliki, dan hasilnya akan sangat besar. Tindakan ini akan melipatgandakan tepung dalam tempayan dan minyak dalam buli-buli. Tetapi mereka yang tidak kudus, pelit, tidak murah hati, akan mendapati bahwa kekayaan yang mereka terima akan binasa oleh kemalangan (Pkh. 5:12-13). Adakalanya Allah Sang Pemelihara mengalihkan harta benda itu dengan cara yang aneh dari orang yang tidak memanfaatkannya dengan baik kepada orang yang mau memanfaatkannya. Mereka mengumpulkan itu untuk orang-orang yang mempunyai belas kasihan kepada orang-orang lemah (Ams. 28:8; Ams. 13:22; Ayb. 27:16-17; Pkh. 2:26). (2) Kita juga dapat mengartikan maksud perumpamaan ini terhadap anugerah yang kita terima dari Allah. Mereka yang rajin mengembangkan peluang yang mereka miliki, Allah akan memperluas usaha mereka, dan Dia akan membuka pintu bagi mereka (Why. 3:8). Tetapi mereka yang tidak mengetahui saat munculnya bencana yang akan menimpa mereka, maka dari mereka ini hal-hal yang dapat membawa kedamaian bagi diri mereka akan disembunyikan. Sebagai bukti untuk hal ini, pergi dan lihatlah apa yang telah Allah lakukan kepada Silo (Yer. 7:12). (3) Kita juga dapat menerapkan maksud perumpamaan ini terhadap karunia-karunia Roh pada umumnya. Orang yang memiliki karunia-karunia Roh dan memanfaatkannya dengan baik akan semakin berkelimpahan dengan berbagai karunia Roh. Karunia-karunia ini bisa semakin berkembang bila diterapkan, dan akan semakin cemerlang ketika digunakan. Semakin sering kita melakukannya, semakin maju kehidupan rohani kita. Tetapi mereka yang tidak membangkitkan karunia yang ada di dalam diri mereka, yang tidak mempergunakannya sesuai kemampuan mereka, akan membuat karunia itu menjadi berkarat dan membusuk dan akan padam seperti api yang diabaikan. Karunia-karunia umum itu akan diambil dari mereka yang tidak hidup sesuai dengan dasar anugerah dalam jiwa mereka, sama seperti lampu gadis-gadis bodoh yang padam karena kekurangan minyak (ay. 8). Jadi, lengan gembala pandir yang dengan malas dilipat di dadanya akan dijadikan kering sekering-keringnya, dan mata kanannya yang ditutup tanpa tanggung jawab akan menjadi pudar sepudar-pudarnya, seperti yang diancamkan Tuhan (Za. 11:17) . Hamba yang malas ini dijatuhi hukuman dengan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap (ay. 30). Di sini: (1) Ia memiliki watak sebagai hamba yang tidak berguna. Perhatikanlah, hamba-hamba yang malas akan dianggap sebagai hamba yang tidak berguna, yaitu hamba yang tidak berbuat apa-apa sesuai tujuan kedatangan mereka di dunia ini, tidak pernah memenuhi tujuan kelahiran atau baptisan mereka, sama sekali tidak berguna untuk kemuliaan Allah dan untuk kebaikan orang lain, atau untuk keselamatan jiwa mereka sendiri. Seorang hamba yang malas menjadi anggota tubuh yang lemah, pohon yang tidak mengeluarkan buah di kebun anggur, lebah yang malas di dalam sarang, ia tidak berguna sama sekali. Pada dasarnya, kita semua adalah hamba-hamba yang tidak berguna (Luk. 17:10). Kita tidak dapat berguna bagi Allah (Ayb. 22:2), tetapi kita diharuskan untuk berguna bagi orang lain dan bagi diri sendiri. Kita dituntut agar dapat berguna, jika tidak, maka Kristus tidak akan mengakui kita sebagai hamba-hamba-Nya. Tidak cukup untuk tidak menyakiti orang lain, kita harus berbuat baik juga, harus mengeluarkan buah. Meskipun dengan cara demikian Allah tidak diuntungkan, namun Ia dipermuliakan (Yoh. 15:8). (2) Hukuman yang dijatuhkan kepada hamba yang tidak berguna itu adalah, dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sini, seperti yang juga dikatakan kepada hamba-hamba yang setia itu, secara halus Juruselamat kita keluar dari perumpamaan itu dan langsung menunjuk pada apa yang sesungguhnya dimaksudkan dengan perumpamaan itu, yang menjadi kunci bagi seluruh maksud perumpamaan ini. Karena dalam berbagai pembicaraan Kristus, yang dimaksudkan dengan kegelapan yang paling gelap, tempat adanya ratap dan kertak gigi, adalah ungkapan umum untuk menyatakan kesengsaraan yang akan dialami orang-orang terkutuk di dalam neraka. Keadaan mereka di sana: [1] Sangat menyedihkan, karena terdapat kegelapan yang paling gelap. Kegelapan itu terasa tidak nyaman dan menakutkan. Kegelapan merupakan salah satu tulah yang ditimpakan kepada negeri Mesir. Di dalam neraka terdapat gua-gua gelap untuk menyimpan mereka (2Ptr. 2:4). Di dalam gelap tidak ada seorang pun yang dapat bekerja, sebuah hukuman yang tepat bagi seorang hamba yang malas. Itu adalah kegelapan yang paling gelap, berada di luar terang sorga, di luar sukacita Tuhan mereka, tempat hamba-hamba yang setia ditampung. Mereka berada di luar perjamuan. Bandingkan hal ini dengan Matius 8:12; 22:13. [2] Sangat muram, di sana terdapat ratapan, yang menunjukkan dukacita besar, dan kertak gigi, yang menunjukkan kejengkelan hati dan kemarahan. Inilah yang akan menjadi bagian hamba yang malas.
Daftar Label dari Kategori Khotbah Katolik 2018 Lukas 12:8-12(1) Lukas 13:1-9(1) Lukas 18:1-8(1) Lukas 1:57-66(1) Lukas 21:25-28(1) Lukas 21:34-36(1) Lukas 2:41-51(1) Lukas 8:4-15(1) Markus 10:13-16(1) Markus 10:35-45(1) Markus 10:46-52(1) Markus 11:27-33(1) Markus 12:28-34(1) Markus 14:12-16(1) Markus 3:20-35(1) Markus 4:26-34(1) Markus 5:21-43(1) Markus 6:1-6(1) Markus 6:30-34(1) Markus 7:1-8,14-15, 21-23(1) Markus 7:31-37(1) Markus 8:27-35(1) Markus 9:30-37(1) Matius 12:14-21(1) Matius 23:1-12(1) Matius 28:16-20(1) Matius 9:14-17(1) Yohanes 17:11b-19(1) Yohanes 19:25-27(1) Yohanes 1:47-51(1) Yohanes 6:60-69(1) Pembuatan Tata Ibadah: Pembuatan Tata Ibadah Katolik, Lagu Perkawinan Katolik, Kalender Liturgi Katolik 2016, Khotbah Katolik 2016, | Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember Santo-Santa 12 Desember - Santa Yohanna Fransiska Fremio de Chantal (Janda), Santo Hoa (Pengaku Iman) MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL - PASKAH - KENAIKAN - PENTAKOSTA - BIASA NEXT: Khotbah Katolik Minggu, 2 September 2018 - Markus 7:1-8,14-15, 21-23 - BcO 1Tim. 5:3-25 - Hari Minggu Biasa XXII, Hari Minggu Kitab Suci Nasionalwarna liturgi Hijau PREV: Khotbah Katolik Minggu, 26 Agustus 2018 - Yohanes 6:60-69. BcO Tit. 1:1-16 - Hari Minggu Biasa XXI All Garis Besar 18 Maret 2024 Yesus membuka pintu Allah - Paus Benediktus XVI 18 Maret 2024 Puasa mengangkat pikiran kepada Allah - St. Fransiskus dari Sales Kamis, 28 Maret 2024 UPACARA PENCUCIAN ALTAR DI BASILIKA SANTO PETRUS PADA KAMIS PUTIH Kamis, 12 Oktober 2023 Panduan Dalam Memakai Rosario |
Links:
lagu-gereja.com,
bible.,
perkantas,
gbi,
GKII,
gkj,
hkbp,
MISA,
gmim,
toraja,
gmit,
gkp,
gkps,
gbkp,
Hillsong,
PlanetShakers,
JPCC Worship,
Symphony Worship,
Bethany Nginden,
Christian Song,
Lagu Rohani,
ORIENTAL WORSHIP,
Lagu Persekutuan
Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia 01 Jadwal Misa Gereja di Jakarta Pusat 1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta02 Jadwal Misa Gereja di Jakarta Barat 03 Jadwal Misa Gereja di Jakarta Timur 04 Jadwal Misa Gereja di Jakarta Utara 05 Jadwal Misa Gereja di Jakarta Selatan 06 Jadwal Misa Gereja di Tangerang 07 Jadwal Misa Gereja di Bekasi - Karawang 08 Jadwal Misa Gereja di Bandung 10 Jadwal Misa Gereja di Bogor - Depok 16 Jadwal Misa Gereja di Makassar 18 Jadwal Misa Gereja di Medan 21 Jadwal Misa Gereja di Palembang 2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya 3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar 4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung 5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan 6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3) April - Sakramen Maha Kudus (6) Bulan Katekese Liturgi(5) Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4) Bulan Oktober - Bulan Rosario(1) Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4) Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4) Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5) Ibadah(1) Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5) Juli - Darah Mulia(2) Juni - Hati Kudus Yesus(10) Maret - Pesta St. Yosep(3) Mei - Bulan Maria(8) Penutup Bulan Rosario(1) Peringatan Arwah(2) Rabu Abu(1) SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7) |
popular pages | Register | Login | e-mail: admin@lagu-gereja.com © 2012 . All Rights Reserved. |