misa.lagu-gereja.com        
 
View : 11890 kali
Khotbah Katolik 2017
Minggu, 22 Oktober 2017

Khotbah Katolik Minggu, 22 Oktober 2017 - Matius 22:15-21 - BcO 2 Raja-raja 22:8-10-23;4,21-23 - Hari Minggu Biasa XXIX

Minggu, 22 Oktober 2017
Hari Minggu Biasa XXIX,
Hari Minggu Evangelisasi
Yes. 45:1,4-6; Mzm. 96:1,3,4-5,7-8,9-10ac; 1Tes. 1:1-5b;
Matius 22:15-21
BcO 2 Raja-raja 22:8-10-23;4,21-23
warna liturgi Hijau

Matius 22:15-21
Tentang membayar pajak kepada Kaisar
22:15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. 22:16 Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. 22:17 Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" 22:18 Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? 22:19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. 22:20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" 22:21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Penjelasan:


* Tentang Membayar Pajak kepada Kaisar (22:15-22)
    Bukan main-main penderitaan Kristus itu, ketika Ia tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, dan mengalami jerat yang mereka pasang dalam upaya mencari jalan untuk menangkap Dia dengan berbagai alasan. Dalam ayat-ayat ini, kita membaca bagaimana Dia diserang dengan sebuah pertanyaan oleh orang-orang Farisi dan Herodian tentang membayar pajak kepada Kaisar.
    Perhatikan baik-baik:

    I. Rancangan apa yang mereka adakan. Mereka berunding bagaimana dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Hingga saat itu, sering kali Ia hanya berhadapan dengan imam-imam kepala dan tua-tua saja, yaitu mereka yang memiliki wewenang dan yang lebih mengandalkan kekuasaan daripada kebijakan, dan mereka hanya memeriksa Dia tentang kuasa yang dimiliki-Nya (21:23). Tetapi sekarang ini Ia hendak dijerat dengan soal lain. Kali ini, orang-orang Farisi ingin mencoba apakah bisa menjerat Dia dengan pengetahuan hukum mereka yang dipertentangkan secara licik dengan masalah keagamaan, sehingga mereka bisa memiliki tentamen novum -- sebuah cobaan baru untuk Dia. Perhatikanlah, sia-sialah orang-orang paling baik dan bijaksana mengira bahwa mereka dapat meloloskan diri dari kebencian dan niat buruk orang-orang jahat, atau menjauhkan diri dari perbantahan lidah dengan menggunakan kecerdikan, perhatian, dan kerajinan mereka, atau bahkan dengan ketulusan dan kejujuran mereka. Lihatlah, betapa musuh-musuh Kristus dan Kerajaan-Nya tidak mengenal lelah dalam melakukan perlawanan!
        . Mereka berunding. Telah dinubuatkan tentang Kristus bahwa para pembesar akan bermufakat bersama-sama melawan Dia (Mzm. 2:2), dan begitulah mereka menganiaya para nabi. Marilah kita mengadakan persepakatan terhadap Yeremia (Yer. 18:18). Perhatikanlah, semakin banyak tipu muslihat dan perundingan untuk berdosa, semakin buruklah dosa itu. Secara khusus, celakalah orang-orang yang merancang kedurjanaan (Mi. 2:1). Semakin banyak akal jahat dalam rancangan dosa, semakin banyak pula niat jahat dalam perbuatan itu.
        . Tujuan mereka adalah menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka melihat Kristus mengungkapkan pemikiran-Nya dengan bebas dan berani, dan berharap bisa menggiring-Nya pada pokok persoalan yang sangat sensitif supaya dapat memetik keuntungan dari Dia. Itulah cara kuno yang biasa dilakukan oleh pengikut dan utusan Iblis, yaitu membuat orang menjadi pelanggar firman dengan memutarbalikkan, memalsukan, atau menyalahartikan firman. Firman yang dirancang tanpa dosa telah disesatkan dengan usaha keras tiada henti. Demikianlah, mereka memasang jerat terhadap Dia yang menegor mereka di pintu gerbang (Yes. 29:21), dan menggambarkan guru-guru terbaik sebagai pengacau-pengacau besar bagi Israel. Demikianlah orang fasik merencanakan kejahatan terhadap orang benar (Mzm. 37:12-13).

        Ada dua cara yang bisa digunakan oleh musuh-musuh Kristus untuk membalas dendam terhadap-Nya, dan menghindarkan diri dari-Nya, yaitu melalui jalur hukum atau melalui kekerasan. Melalui jalur hukum mereka tidak berhasil, kecuali mereka bisa membuat-Nya menjadi orang yang berbahaya bagi pemerintah sipil, karena mereka tidak diperbolehkan membunuh seseorang (Yoh. 18:31), sementara penguasa Romawi cenderung tidak akan mengurusi perselisihan tentang perkataan, nama, atau hukum yang berlaku di antara mereka (Kis. 18:15). Melalui kekerasan, mereka juga tidak bisa melakukannya, kecuali mereka bisa menjadikan Dia sebagai orang yang berbahaya bagi masyarakat, karena masyarakat selalu bisa diperalat oleh siapa saja dalam berbagai tindak kekerasan. Cara ini mereka sebut hantaman terhadap pemberontak. Tetapi orang banyak ini menganggap Kristus sebagai seorang Nabi, dan karena itu musuh-musuh-Nya tidak bisa menghasut mereka untuk melawan Dia. Sekarang (karena ular tua itu sejak permulaan adalah yang paling cerdik dari segala binatang di darat), mereka mencoba menggiring Dia ke dalam suatu dilema atau makan buah simalakama (maju kena, mundur kena), supaya apa pun pilihan-Nya, Ia pasti akan mendatangkan amarah baik orang-orang Yahudi maupun penguasa Romawi. Jawaban apa pun yang diambil-Nya, tetap saja Ia akan mengalami masalah. Dengan demikian mereka akan mencapai maksud mereka dengan menjadikan perkataan-Nya sendiri sebagai jerat.

    II. Pertanyaan yang mereka ajukan kepada-Nya sesuai dengan rancangan ini (ay. 16-17). Setelah merencanakan kejahatan ini secara rahasia, di dalam komplotan tertutup, di balik tirai, tanpa membuang-buang waktu lagi mereka melaksanakannya.

    Perhatikan baik-baik:

        . Orang-orang yang mereka peralat. Mereka tidak melakukannya sendiri, takut kalau-kalau rancangan tersebut dicurigai dan Kristus akan menjadi lebih waspada lagi. Sebaliknya, mereka menyuruh murid-murid mereka, yang tidak begitu tampak sebagai penggoda, tetapi lebih mirip sebagai pelajar. Perhatikanlah, orang-orang jahat tidak akan pernah kekurangan peralatan jahat untuk melaksanakan niat jahat mereka. Orang-orang Farisi mempunyai murid-murid yang siap menerima perintah mereka, yang akan pergi ke mana saja demi mereka, dan mengatakan apa saja sesuai pesan mereka. Dan inilah yang mereka lakukan dalam menarik orang-orang untuk memeluk ajaran mereka.

        Bersama-sama mereka, orang-orang Farisi ini juga menyuruh orang-orang Herodian, para pengikut salah satu partai politik orang Yahudi yang secara sukarela menjadi pendukung kaisar Romawi dan Herodes yang merupakan wakil kaisar. Mereka suka membujuk orang-orang agar taat kepada pemerintah, dan menekan mereka agar setia membayar pajak. Beberapa orang menduga bahwa mereka adalah para pemungut pajak bumi, seperti para pemungut cukai. Mereka ini mau saja pergi bersama-sama murid-murid kaum Farisi menghadap Kristus tanpa menyadari bahwa sementara orang-orang Herodian menyetujui pembayaran pajak, orang-orang Farisi justru menolaknya, dan dengan menyampaikan masalah ini kepada Kristus, mereka sebenarnya sedang menghadap Sang Hakim yang tepat untuk memutuskan perselisihan mereka ini. Sesuai dengan kekuasaan pemerintahan yang diterimanya, Herodes berkewajiban menjaga penerimaan pajak ini. Dengan membantu Herodes memungut pajak, berarti orang-orang Herodian membantunya tetap disayangi oleh para sahabatnya yang menjadi penguasa di kota Roma. Sebaliknya, orang-orang Farisi sangat giat memperjuangkan kemerdekaan orang-orang Yahudi, dan berbuat apa saja yang bisa mereka lakukan untuk membuat rakyat menjadi tidak sabar atas penjajahan bangsa Romawi. Sekarang, bila Kristus mendukung pembayaran pajak itu, orang-orang Farisi akan menghasut masyarakat melawan Dia. Sebaliknya, bila Ia tidak mendukung atau melarang pembayaran pajak itu, orang-orang Herodian akan meminta pemerintah melawan Dia. Perhatikanlah, merupakan hal yang lazim bagi kelompok yang saling bermusuhan untuk terus melawan Kristus dan Kerajaan-Nya. Anjing-anjing hutan Simson berlari ke segala arah, tetapi dipersatukan oleh sebuah obor (Mzm. 83:4, 6, 8-9). Bila dengan suara bulat mereka melawan, tidakkah kita juga harus demikian dalam menjaga kepentingan Injil?

        . Kata-kata rayuan yang mereka pakai untuk memulai pertanyaan itu. Kata-kata tersebut sangat menyanjung Juruselamat kita (ay. 16), "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah." Perhatikanlah, segala rencana keji memang biasanya dibungkus dengan kulit yang menggiurkan. Kalau mereka datang kepada Kristus untuk bertanya dengan sungguh-sungguh dan dengan maksud tulus, mereka pasti tidak akan dapat mengungkapkan pertanyaan itu dengan baik. Di sini kebencian diselubungi tipu daya, dan hati jahat disertai bibir manis (Ams. 26:23), seperti Yudas yang mencium sambil menyerahkan Yesus, dan Yoab yang mencium sambil membunuh.

        Sekarang perhatikan:

            (1) Apa yang mereka katakan tentang Kristus memang benar, dan apakah mereka menyadarinya atau tidak, terpujilah Allah, bahwa kita mengetahui bahwa hal itu benar.
                [1] Bahwa Yesus Kristus adalah seorang Guru yang setia, "Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah." Bagi diri-Nya sendiri dikatakan, bahwa Ia adalah seorang yang jujur, Sang Amin, Saksi yang setia. Ia adalah Kebenaran itu sendiri. Apa yang diajarkan-Nya adalah jalan Allah, jalan yang Allah kehendaki untuk kita jalani, jalan wajib yang menuntun kepada kebahagiaan. Itulah jalan Allah. Cara menjalaninya adalah dengan kejujuran. Ia menunjukkan jalan yang lurus kepada mereka, jalan yang harus mereka tempuh. Ia adalah seorang Guru yang mahir, mengenal jalan Allah, dan Guru yang setia, sehingga pasti Ia akan memberi tahu kita juga (Ams. 8:6-9). Ini adalah watak seorang guru yang baik, untuk memberitakan kebenaran, kebenaran yang utuh, dan tidak ada yang lain kecuali kebenaran belaka, dan bukan untuk menindas, menyesatkan, atau memelintir kebenaran untuk mencari keuntungan atau mencari perhatian orang lain. Juga bukan demi kebencian atau keramahtamahan, juga bukan karena hasrat yang kuat untuk menyenangkan hati orang atau karena takut menyinggung perasaan orang lain.
                [2] Bahwa Ia adalah seorang Penegur yang berani. Dalam memberitakan firman, Ia tidak takut kepada siapa pun juga. Ia tidak menilai kerut dahi atau senyum seseorang, Ia tidak berusaha menjilat, Ia juga tidak takut, baik kepada para pembesar maupun orang banyak, karena Ia tidak mencari muka. Dalam penghakiman Injil-Nya, Ia tidak memandang muka. Singa dari suku Yehuda tidak mundur terhadap apa pun (Ams. 30:30), tidak akan mundur selangkah pun dari kebenaran, juga tidak dari pekerjaan-Nya, hanya karena ketakutan. Ia menghakimi orang dengan keadilan (Yes. 11:4), dan tidak pernah berat sebelah.
            (2) Meskipun yang mereka katakan itu benar, namun tujuan mereka hanyalah untuk menjilat dan kemudian menyerang Dia dengan pujian itu. Mereka memanggil-Nya Guru, tetapi pada saat yang sama mereka merancang untuk menindak Dia sebagai seorang penjahat besar. Mereka berpura-pura menghormati-Nya, sementara mereka bermaksud mencelakakan Dia. Mereka melecehkan kebijaksanaan-Nya sebagai Manusia, dan terlebih lagi kemahatahuan-Nya sebagai Allah yang telah begitu sering Ia buktikan. Mereka melakukan hal ini dengan menjebak Dia dengan kepura-puraan mereka, dan mengira Ia tidak bisa mengetahui maksud mereka yang sebenarnya. Ini benar-benar suatu sikap atheis, ketidakpercayaan luar biasa kepada Allah, suatu kebodohan terbesar di dunia, karena mengira dapat menipu Kristus yang mampu menguji hati (Why. 2:23). Mereka yang mempermainkan Allah hanyalah menipu diri mereka sendiri (Gal. 6:7).
        . Penyampaian masalah, Katakanlah kepada kami pendapat-Mu. Seolah-olah mereka berkata, "Pendapat orang bermacam-macam mengenai hal ini. Ini adalah masalah nyata yang terjadi setiap hari, dan kami ingin mendengar pendapat-Mu sendiri tentang hal ini, Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" Pertanyaan ini menyiratkan pertanyaan berikutnya, "Apakah Kaisar berhak menuntut pembayaran itu?" Sekitar seratus tahun sebelum kejadian ini, bangsa Yahudi ditaklukkan oleh pedang Romawi, dan seperti bangsa-bangsa lainnya, tunduk pada kuk Romawi dan dijadikan salah satu provinsi kekaisaran tersebut. Karena itu mereka diwajibkan membayar berbagai bea, pajak, dan cukai, kadang-kadang juga berupa pungutan yang berkaitan dengan hak kewarganegaraan. Hal ini menunjukkan bahwa tongkat kerajaan telah beranjak dari Yehuda (Kej. 49:10). Seandainya saja mereka memahami tanda-tanda zaman, seharusnya mereka bisa menyimpulkan bahwa Silo telah tiba, dan Dia-lah orangnya, atau mereka harus menemukan tokoh lain lagi yang lebih tepat untuk menjadi Mesias.

        Pertanyaannya sekarang adalah, apakah boleh membayar pajak ini secara sukarela, atau apakah mereka tidak boleh mengharapkan kemerdekaan bangsa mereka seperti zaman dahulu kala, dan tetap menderita di bawah tekanan? Alasan keragu-raguan mereka adalah, karena mereka ini keturunan Abraham maka mereka tidak boleh menjadi hamba siapa pun (Yoh. 8:33). Allah telah menetapkan suatu hukum bagi mereka, bahwa mereka tidak boleh dikuasai oleh seorang asing. Bukankah hal ini menyatakan secara tidak langsung bahwa mereka tidak mau tunduk kepada raja yang berdaulat, negara, atau penguasa yang tidak berasal dari bangsa atau agama mereka? Ini adalah kesalahan lama yang bersumber dari kecongkakan dan tinggi hati yang mendahului kehancuran dan kejatuhan. Sekalipun Yeremia pada zamannya berbicara dalam nama Allah, ia tidak berhasil meyakinkan mereka, juga tidak berhasil membujuk mereka untuk menyerah kepada raja negeri Babel, dan sifat keras kepala mereka atas hal ini kemudian menjadi kehancuran mereka (Yer. 27:12-13). Sekarang, sekali lagi mereka tersandung pada batu yang sama. Beberapa tahun kemudian hal yang sama ini membawa kehancuran akhir atas mereka oleh bangsa Romawi. Mereka benar-benar salah memahami perintah dan hak istimewa yang diberikan kepada mereka, karena firman Allah yang mereka pahami bertentangan dengan rencana perlindungan Allah, dalam hal mana seharusnya mereka menyerah saja dan menerima hukuman atas kejahatan mereka.
        Walaupun demikian, karena pertanyaan yang mereka ajukan diharapkan bisa menjerat Kristus, dan jawaban mana pun akan membuat-Nya harus berhadapan dengan amarah kecemburuan orang Yahudi, atau amarah kecemburuan orang Romawi, mereka merasa siap meraih kemenangan. Sama seperti yang dilakukan oleh Firaun atas bangsa Israel, mereka pikir bahwa padang gurun ini telah mengurung Dia, bahwa mau tidak mau pengajaran-Nya harus memilih antara merugikan hak-hak jemaat, atau melanggar hak raja dan negara.

    III. Perangkap dipatahkan oleh hikmat Tuhan Yesus.
        . Tuhan Yesus mengetahui maksud mereka itu (ay. 18), Ia mengetahui kejahatan hati mereka, karena percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang bersayap (Ams. 1:17). Godaan yang telah tercium berarti sudah setengah ditaklukkan. Bahaya terbesar bagi kita berasal dari ular-ular yang berada di balik rerumputan hijau. Kemudian Yesus berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?" Perhatikanlah, apa pun kedok yang dikenakan oleh orang-orang munafik, Tuhan Yesus mampu menembusnya. Ia mengetahui semua kejahatan yang ada di dalam hati orang yang berpura-pura, dan dengan mudah menyatakan mereka bersalah, dan menyingkapkan semuanya di hadapan mereka. Ia tidak bisa ditipu seperti kita oleh berbagai pujian menjilat dan kepura-puraan yang menarik hati. Ia yang menguji hati bisa langsung menyebut orang sebagai munafik seperti yang dilakukan Ahia terhadap istri Yerobeam (1Raj. 14:6), "Mengapakah engkau berbuat seolah-olah engkau orang lain? Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?" Perhatikanlah, orang-orang munafik mencobai Yesus Kristus dengan cara menguji pengetahuan-Nya, apakah Ia mampu membuka kedok mereka melalui penyamaran mereka. Mereka menguji kekudusan dan kejujuran-Nya, apakah Ia akan mengizinkan mereka bergabung dalam jemaat-Nya. Tetapi, bila mereka yang pada zaman dahulu kala telah mencobai Kristus, yang kala itu belum menampakkan diri-Nya secara jelas, dibinasakan oleh ular-ular, betapa beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas mereka yang sekarang mencobai Dia di tengah-tengah terang dan kasih Injil! Mereka yang mencobai Kristus pasti tidak akan berhasil, karena mata-Nya bukan hanya melihat, tetapi menembus jauh ke dalam. Selain itu mata-Nya yang lebih suci membenci kejahatan terselubung orang-orang munafik yang berusaha menyembunyikan dalam-dalam rencana mereka dari-Nya.
        . Ia meloloskan diri-Nya dari jebakan mereka. Atas kemunafikan itu, mereka pantas mendapat jawabannya juga (pertanyaan penuh kebencian dan menjebak seperti itu patut dicela, bukan dijawab). Tuhan Yesus kita memberi jawaban lengkap atas pertanyaan mereka. Ia mendahuluinya dengan sebuah bukti pernyataan yang mendukung, supaya Ia bisa menetapkan peraturan bagi jemaat-Nya mengenai hal ini, serta sekaligus menghindari menyakiti hati orang dan mematahkan jerat yang dipasang.
            (1) Ia memaksa mereka, lebih cepat daripada yang mereka sadari, untuk mengakui kekuasaan Kaisar atas mereka (ay. 19-20). Dalam berurusan dengan mereka yang suka menjebak, sangat baik bila kita bisa memberikan alasan sebelum memberikan penyelesaian kita, dan bila mungkin alasan itu berupa keadaan yang meyakinkan melalui pengakuan mereka sendiri. Dengan demikian, bukti kebenaran itu akan membungkam semua sanggahan mereka secara mengejutkan, karena mereka hanya berpegang pada perlawanan mereka atas kebenaran itu, bukan terhadap alasan itu sendiri, "Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Ia tidak memiliki uang apa pun untuk meyakinkan mereka. Tampaknya sekeping uang pun tidak Ia miliki, karena demi kita Ia telah mengosongkan diri-Nya, dan menjadi miskin. Ia memandang rendah kekayaan dunia ini, dan karena itu mengajarkan kita agar tidak terlampau mementingkan kekayaan. Perak dan emas tidak ada pada-Nya, mengapa kita ingin membebani hidup kita dengan barang-barang fana itu? Orang-orang Romawi menghendaki pembayaran pajak dilakukan dengan mata uang mere ka sendiri, yang memang berlaku di antara orang-orang Yahudi pada zaman itu. Karena itu mata uang itu dinamakan uang untuk pajak. Ia tidak menyebutkan pecahan nilai tertentu selain uang untuk pajak, untuk menunjukkan bahwa Ia tidak peduli dengan masalah nilai uang, dan juga tidak mau memusingkan diri-Nya sendiri dengan itu. Hati-Nya hanya tertuju kepada hal-hal yang lebih baik, yaitu Kerajaan Allah serta kekayaan dan kebenaran yang ada di dalamnya. Hati kita juga harus demikian. Kemudian mereka membawa suatu dinar kepada-Nya, satu dinar Romawi yang terbuat dari perak dan setara dengan upah seorang pekerja dalam sehari. Uang logam dengan nilai ini umum digunakan pada zaman itu. Mata uang ini dicetak dengan gambar dan tulisan kaisar untuk menjamin kepercayaan masyarakat umum tentang nilai pecahan mata uang itu, sebuah cara yang disepakati oleh sebagian besar bangsa di dunia ini guna mempermudah peredaran uang. Gambar yang dicetak pada uang selalu dipandang sebagai cara untuk menyatakan kekuasaan pemerintah yang berdaulat, sedangkan pengakuan atas uang tersebut sebagai alat bayar yang baik dan sah menunjukkan bahwa kita tunduk kepada kekuasaan tersebut. Betapa bahagianya kita kalau kita memiliki undang-undang dasar, dan betapa berbahagianya kita kalau kita hidup di dalam negara yang meskipun gambar dan tulisan menjadi milik negara, namun hak miliknya ada pada warga negara dan dilindungi hukum, sehingga apa yang kita punyai kita bisa sebut sebagai milik kita!

            Kristus bertanya kepada mereka, "Gambar siapakah ini?" Mereka mengakuinya sebagai gambar Kaisar, sehingga dengan itu membuktikan kepalsuan mereka yang berkata, "Kami tidak akan pernah menjadi hamba siapa pun," dan menegaskan apa yang kemudian mereka katakan, "Kami tidak memiliki raja selain Kaisar." Itulah aturan yang tertulis dalam Kitab Talmud orang Yahudi, bahwa "Barangsiapa yang mata uangnya berlaku, dialah raja negara itu."
            Beberapa orang berpendapat bahwa tulisan yang tertera di atas uang logam itu adalah peringatan penaklukan Yudea oleh orang Romawi, anno post captam Judaeam -- tahun setelah peristiwa penaklukan itu dan bahwa hal itu juga diakui mereka.

            (2) Setelah itu Yesus menyimpulkan keabsahan pembayaran pajak kepada Kaisar (ay. 21). "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar," bukan, "Bayarlah kepada Kaisar" (seperti yang mereka ungkapkan dalam ayat 17), tetapi, "Berikan, kembalikan, atau pulangkan, bila Kaisar ingin mengisi pundi-pundi, biarlah Kaisar memerintah mereka. Sekarang sudah terlambat untuk memperdebatkan soal membayar pajak kepada Kaisar, karena negerimu telah menjadi sebuah provinsi kekaisaran. Setelah hubungan itu diakui, kewajiban itu harus dilaksanakan. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar, dan khususnya, pajak kepada orang yang berhak menerima pajak."

            Sekarang, dengan jawaban ini:

                [1] Tidak ada lagi perlawanan yang diberikan. Sungguh suatu kehormatan bagi Kristus dan ajaran-Nya, bahwa Ia tidak berat sebelah, seperti layaknya seorang Hakim atau Penengah, dalam urusan pajak ini, tetapi menyerahkan urusannya kepada mereka sendiri apa adanya, karena Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Dengan ini Ia memberi contoh kepada para pelayan-Nya, yang pekerjaannya berurusan dengan hal-hal kudus, agar tidak turut campur tangan memperdebatkan hal-hal duniawi, agar tidak terlibat terlampau jauh dalam pertentangan yang terkait dengan masalah itu, tetapi menyerahkannya kepada mereka yang memang bertanggung jawab atas hal itu. Para pelayan Tuhan yang memperhatikan urusannya sendiri dan menyenangkan hati tuannya, tidak boleh memusingkan diri dengan soal-soal penghidupannya. Mereka akan kehilangan bimbingan Roh Allah serta kelimpahan pemeliharaan-Nya bila berjalan menyimpang. Kristus tidak membahas soal hak kaisar, tetapi Ia memerintahkan kita untuk tunduk dengan rela hati kepada kekuasaan yang ada. Oleh karena itu, pemerintah tidak memiliki alasan untuk menyerang keputusan-Nya, justru malah harus berterima kasih kepada-Nya, karena hal itu akan memperkuat apa yang diinginkan Kaisar dari rakyat, yang menganggap-Nya sebagai seorang Nabi. Tetapi, para penuduh-Nya menjadi lebih kurang ajar lagi, meskipun jelas-jelas Ia memerintahkan agar mereka memberikan kepada Kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar, mereka memutarbalikkan hal ini dalam dakwaan kepada-Nya, bahwa Ia melarang membayar pajak kepada Kaisar (Luk. 23:2). Orang-orang Farisi tidak dapat mendakwa Dia di hadapan rakyat banyak, karena sebelum menyadari masalahnya, mereka sudah mematuhi dan melaksanakan ketentuan itu terlebih dahulu, sehingga sudah terlambat untuk mengelak dari apa yang dikatakan Yesus. Perhatikanlah, meskipun kebenaran tidak mencari-cari kecurangan yang tersembunyi, kadang-kadang diperlukan cara kerja yang bijaksana dan hati-hati guna mencegah perlawanan yang mungkin timbul.
                [2] Musuh-musuh-Nya dicela.
                    Pertama, beberapa orang di antara mereka berharap Ia melarang membayar pajak kepada Kaisar, sehingga mereka memiliki alasan untuk menyimpan uang mereka. Begitulah, banyak orang suka memaafkan diri mereka sendiri untuk tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan dengan berdalih-dalih apakah mereka boleh melakukannya atau tidak.
                    Kedua, mereka semua menolak memberikan apa yang seharusnya diberikan kepada Allah. Mereka dicela karena sementara memperjuangkan kemerdekaan sipil, mereka malah kehilangan kehidupan dan kuasa iman, sehingga perlu diingatkan tentang kewajiban mereka kepada Allah melalui peringatan akan kewajiban mereka kepada Kaisar.
                [3] Murid-murid-Nya diperintahkan untuk menerapkan peraturan ini di dalam jemaat.
                    Pertama, bahwa Kekristenan bukanlah musuh pemerintah sipil, justru Kekristenan merupakan sahabat bagi pemerintah. Kerajaan Kristus tidak berbenturan atau mengganggu kerajaan-kerajaan di dunia ini, dalam segala hal yang berkaitan dengan kewenangan mereka. Oleh Kristuslah, raja-raja memerintah.
                    Kedua, merupakan kewajiban setiap warga negara untuk memberikan kepada pemerintah apa yang menjadi kewajiban mereka sesuai hukum yang berlaku di negara itu. Kekuasaan-kekuasaan yang lebih tinggi dipercaya untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum, termasuk melindungi warga negara dan memelihara perdamaian. Untuk itulah pemerintah berhak menerima sebagian kekayaan masyarakat melalui pemungutan pajak negara itu. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah (Rm. 13:6). Tidak diragukan lagi bahwa menipu pemerintah merupakan dosa yang lebih besar daripada menipu seseorang. Meskipun yang menentukan hak-hak Kaisar adalah undang-undang dasar, namun, bila hal itu telah ditetapkan, Kristus meminta kita untuk memberikan kepadanya. Jubahku adalah jubahku, menurut hukum manusia, tetapi seseorang yang mengambilnya dariku adalah seorang pencuri menurut hukum Allah.
                    Ketiga, bila kita memberikan kepada Kaisar apa yang wajib kita berikan kepada Kaisar, kita juga harus ingat untuk memberikan kepada Allah apa yang wajib kita berikan kepada Allah. Bila pundi-pundi kita menjadi milik Kaisar, maka hati nurani kita menjadi milik Allah. Ia telah bersabda, "Hai anak-Ku, berikanlah hatimu kepada-Ku," Ia harus memiliki tempat yang paling dalam dan paling tinggi di sana. Kita harus memberikan kepada Allah apa yang wajib kita berikan kepada Allah, termasuk waktu dan harta benda kita. Dari semua itu Ia harus mendapatkan bagian-Nya, sama seperti Kaisar memperoleh apa yang wajib diberikan kepadanya. Bila perintah Kaisar mengganggu perintah Allah, kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia.


Renungan
DALAM pemahaman teokrasi Israel dimana agama menjadi dasar dari hidup bernegara membayar pajak kepada kaisar, yang de fakto, adalah penjajah, berarti sama dengan mendukung penjajah. Ketaatan membayar pajak menjadi  bukti ketundukan bangsa Israel kepada penjajah.

Sikap Yesus terhadap pajak perlu dilihat tidak hanya sekedar sikap politik Yesus, tetapi lebih pada tanggungjawab warga terhadap kesejahteraan bersama; baik untuk kepentingan kehidupan iman di Bait Allah maupun kesejahteraan masyarakat secara umum.

Penyalahgunaan pajak dan peraturan pajak yang berubah ubah, target pendapatan pajak yang memberatkan dan sikap pajak yang tajam ke bawah tapi kompromi ke atas, membawa banyak orang untuk lari dari pajak, memutar uang demi pajak rendah, dan "kompromi" pajak. Pajak dirasakan bukan lagi sebagai bentuk tanggungjawab bersama tetapi sebuah beban dan ketidakadilan untuk menikmati hasil jerih payah.

Di dalam situasi seperti ini, sikap para pengikut Kristus mengikuti sikap Yesus: kita turut memikul beban masyarakat dan membangun solidaritas dengan membayar pajak. Kita kontrol penggunaan pajak supaya dimanfaatkan sebesar besarnya untuk kepentingan masyarakat. Dan kitapun perlu mengawal peraturan dan petugas pajak untuk semakin memihak pada kehidupan nyata masyarakat, jujur dan benar.

Berlari menghindar dari pajak akan membawa kita para situasi yang rumit yang pada akhirnya juga akan merugikan ketenangan hidup kita sendiri dan kenyamanan di dalam bekerja.

Kontemplasi
Gambarkan sikap Yesus terhadap pajak melalui dialog dalam Injil hari ini.

Refleksi
Bagaimana aku mewujudkan tanggungjawab dan solidaritasku sebagai warga negara dengan membayar pajak secara bijak, benar dan bertanggungjawab?

Doa 
Ya Bapa, semoga kami sebagai orang kristen menjadi pionir dalam perwujudan tanggungjawab hidup bernegara dengan taat membayar pajak. Amin.

Perutusan
Aku membayar pajak dengan benar, taat dan bertanggungjawab. (Morist MSF)



BcO 2 Raja-raja 22:8-10-23;4,21-23
22:8 Berkatalah imam besar Hilkia, kepada Safan, panitera itu: "Telah kutemukan kitab Taurat itu di rumah TUHAN!" Lalu Hilkia memberikan kitab itu kepada Safan, dan Safan terus membacanya. 22:9 Kemudian Safan, panitera itu, masuk menghadap raja, disampaikannyalah kabar tentang itu kepada raja: "Hamba-hambamu ini telah mengambil seluruh uang yang terdapat di rumah TUHAN dan memberikannya ke tangan para pekerja yang diangkat mengawasi rumah itu." 22:10 Safan, panitera itu, memberitahukan juga kepada raja: "Imam Hilkia telah memberikan kitab kepadaku," lalu Safan membacakannya di depan raja.

Penjelaan:
* 2Raj 22:8 - Berkatalah ... Hilkia ... telah kutemukan Kitab Taurat itu
Berkatalah ... Hilkia ... telah kutemukan Kitab Taurat itu. Kitab Taurat, kelima Kitab Musa (bdg. Ul. 31:24-26).

* 2Raj 22:10 - Memberikan kitab kepadaku
Memberikan kitab kepadaku. Safan akhirnya beralih kepada masalah yang penting. Apa yang dibaca olehnya (ay. 8) dan yang dibacakannya kepada raja (ay. 10) pasti sama; baik dirinya maupun Hilkia pastilah mengharapkan lebih dari pembaharuan-pembaharuan itu.



Daftar Label dari Kategori Khotbah Katolik 2017
Lukas 10:13-16(1)
Lukas 10:17-24(1)
Lukas 10:25-37(1)
Lukas 11:27-28(1)
Lukas 14:1,7-11(1)
Lukas 18:1-8(1)
Lukas 1:39-56(1)
Lukas 20:27-40(1)
Lukas 24:13-35(1)
Lukas 2:22-40(1)
Lukas 6:12-19(1)
Lukas 6:43-49(1)
Lukas 7:1-10(1)
Lukas 8:16-18(1)
Lukas 8:4-15(1)
Lukas 9:43b-45(1)
Markus 13:33-37(1)
Matius 10:17-22(1)
Matius 10:26-33(1)
Matius 10:37-42(1)
Matius 13:1-23(1)
Matius 13:24-43(1)
Matius 16:13-20(1)
Matius 17:1-9(2)
Matius 18:1-5,10(1)
Matius 1:1-25(1)
Matius 20:1-16a(1)
Matius 21:28-32(1)
Matius 21:33-43(1)
Matius 25:31-46(1)
Matius 4:1-11(1)
Matius 4:12-23(1)
Matius 5:13-16(1)
Matius 5:17-37(1)
Matius 5:38-48(1)
Matius 6:24-34(1)
Matius. 5:1-12(1)
Yohanes 10:1-10(1)
Yohanes 11:1-45(1)
Yohanes 14:1-12(1)
Yohanes 14:15-21(1)
Yohanes 1:1-18(1)
Yohanes 1:29-34(1)
Yohanes 20:19-23(1)
Yohanes 3:16-18(1)
Yohanes 4:5-42(1)
Yohanes 9:1-41(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 12 Desember - Santa Yohanna Fransiska Fremio de Chantal (Janda), Santo Hoa (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Khotbah Katolik Senin, 23 Oktober 2017 - Lukas 12:13-21 - BcO Nahum 1:1-8;3:1-7, 12-15a - Yohanes dari Kaperstrano, Gulielmus, Erem , Yohanes Bonom Ursulin dari Valenciennes

PREV:
Khotbah Katolik Sabtu, 21 Oktober 2017 - Lukas 12:8-12 - BcO Yeremia 9:2-12,17-22 - Ursula


All Garis Besar





Arsip Khotbah Katolik 2017..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)