misa.lagu-gereja.com        
 
View : 8354 kali
Khotbah Katolik 2018
Minggu, 9 September 2018
(Markus 7:31-37)

Khotbah Katolik Minggu, 9 September 2018 - Markus 7:31-37. BcO 2Ptr. 1:1-11 warna liturgi Hijau - Hari Minggu Biasa XXIII

Minggu, 9 September 2018
Hari Minggu Biasa XXIII
Yes. 35:4-7a; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; Yak. 2:1-5;
Markus 7:31-37.
BcO 2Ptr. 1:1-11
warna liturgi Hijau

Markus 7:31-37
Yesus menyembuhkan seorang tuli
7:31 Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. 7:32 Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. 7:33 Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. 7:34 Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! 7:35 Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. 7:36 Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. 7:37 Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."

Penjelasan:

Penyembuhan Seorang yang Tuli (7:31-37)

    Yesus Tuhan kita jarang tinggal berlama-lama di suatu tempat, karena Dia tahu di mana Dia harus bekerja dan perubahan-perubahan apa yang sedang terjadi dalam pekerjaan-Nya itu. Setelah menyembuhkan anak perempuan dari wanita Kanaan itu, selesai sudah apa yang harus dilakukan-Nya di tempat itu, dan oleh karenanya Dia segera meninggalkan wilayah itu dan kembali ke danau Galilea, karena di sekitar tempat ini Ia biasa tinggal. Namun, Dia tidak langsung pergi ke sana, melainkan mengambil arah memutar melewati tengah-tengah daerah pesisir Dekapolis, yang sebagian besar terletak di seberang Sungai Yordan. Berbagai perjalanan yang begitu jauh seperti ini ditempuh oleh Tuhan Yesus ketika berkeliling melakukan perbuatan baik.
    Dalam ayat-ayat ini kita melihat kisah penyembuhan yang diadakan Kristus, yang tidak dicatat oleh para penulis Injil lain. Kisah ini mengenai penyembuhan terhadap seorang yang tuli dan gagap.

    I. Masalah ini menyedihkan (ay. 32). Ada orang-orang yang membawa kepada Yesus seseorang yang tuli. Menurut sebagian orang, dia tuli sejak lahir, dan tentu saja juga bisu. Menurut yang lain lagi, bahwa karena suatu kelainan atau malapetaka, dia menjadi tuli, atau setidaknya susah mendengar. Dia mempunyai kelainan dalam berbicara. Orang itu mogilalos, menurut sebagian orang dia sama sekali bisu, sedangkan menurut yang lain lagi, dia dapat berbicara, hanya saja dengan sangat susah payah sehingga hampir tidak bisa dimengerti oleh orang-orang yang mendengarnya. Lidahnya kaku sehingga benar-benar tidak mampu bercakap-cakap, dan tidak dapat menikmati kesenangan dan keuntungan dari bercakap-cakap. Dia tidak pernah merasakan kepuasan dalam mendengar orang lain berbicara ataupun dalam mengutarakan pikirannya sendiri. Melihat hal ini, marilah kita mengambil waktu sejenak untuk mengucap syukur kepada Allah karena telah menjaga indra pendengaran kita, terutama sehingga kita bisa mendengar firman Allah, dan indra pengucapan kita, terutama sehingga kita bisa mengucapkan puji-pujian bagi Allah. Marilah kita juga berbelas kasihan kepada orang yang tuli atau bisu dan memperlakukan mereka dengan sangat lemah lembut. Mereka yang membawa orang malang ini kepada Kristus memohon kepada-Nya supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu, seperti cara yang dulu dipakai para nabi ketika memberkati orang dalam nama Tuhan. Tidak dikatakan bahwa mereka memohon kepada Kristus untuk menyembuhkan orang itu, melainkan untuk meletakkan tangan-Nya atas orang itu, untuk memperhatikan masalahnya, dan menunjukkan kuasa-Nya terhadap orang itu sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
    II. Penyembuhan yang dilakukan-Nya sangat khidmat, dan beberapa kejadian yang menyertai peristiwa ini bersifat tidak biasa.
        . Kristus memisahkan dia dari orang banyak (ay. 33). Biasanya, Dia mengadakan mujizat secara terbuka di hadapan semua orang untuk menunjukkan bahwa mujizat itu bisa bertahan ketika diperiksa dan diselidiki dengan cara yang paling ketat sekalipun. Akan tetapi, di sini Ia mengadakan mujizat secara pribadi, untuk menunjukkan bahwa Ia tidak mencari kemuliaan untuk diri-Nya sendiri, dan untuk mengajar kita agar menghindari segala hal yang berbau pamer. Marilah kita belajar dari Kristus untuk bersikap rendah hati dan untuk berbuat kebaikan ketika tidak ada orang lain yang bisa melihat kecuali Dia yang mahamelihat.
        . Kristus menggunakan lebih banyak tindakan daripada biasanya dalam melakukan penyembuhan ini. (1.) Dia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, seolah-olah Dia mau mencolok kedua telinga itu dan mengeluarkan apa yang menyumbatnya. (2.) Dia meludahi jari-Nya sendiri, lalu meraba lidah orang itu seolah-olah Dia mau melembabkan mulut orang itu, dan dengan demikian melepaskan sesuatu yang mengikat lidahnya. Hal-hal tersebut bukanlah penyebab yang berperan dalam menyembuhkan orang itu, melainkan hanya tanda yang memperlihatkan Kristus sedang melepaskan kuasa yang ada dalam diri-Nya sewaktu menyembuhkan dia, dan tanda ini dilakukan-Nya untuk mendorong iman orang itu dan iman orang-orang yang membawanya. Tindakan ini semuanya berasal dari diri-Nya sendiri, karena jari-jari-Nya sendiri yang Ia masukkan ke telinga orang itu, dan ludah-Nya sendiri yang Ia usapkan ke lidah orang itu. Jadi Dia sendirilah yang menyembuhkan orang itu.
        . Dia menengadah ke langit, untuk menaikkan pujian kepada Bapa-Nya yang telah melakukan mujizat ini. Yesus selalu ingin memberikan segala pujian kepada Bapa-Nya dan melakukan kehendak-Nya, dan, sebagai Pengantara, bertindak dalam kebergantungan pada-Nya, serta dengan mata yang tertuju kepada-Nya. Dengan demikian, Kristus menunjukkan bahwa dengan kuasa ilahilah, yaitu kuasa yang Ia miliki sebagai Tuhan dari sorga dan yang dibawa-Nya bersama-Nya dari sana, Dia melakukan penyembuhan ini. Karena, telinga yang mendengar dan mata yang melihat, Tuhanlah yang menciptakannya, dan Dia bahkan dapat menciptakan kembali keduanya. Dengan cara ini Kristus juga menyuruh si orang sakit yang dapat melihat, walaupun tidak dapat mendengar, untuk memandang ke langit supaya dia boleh mendapat kelepasan. Musa dengan lidahnya yang gagap diperintah untuk melihat dengan cara itu pula, "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN?" (Kel. 4:11).
        . Kristus menarik nafas panjang; bukan seolah-olah Dia merasa kesulitan dalam melakukan mujizat ini atau kesulitan mendapatkan kuasa dari Bapa-Nya untuk melakukan mujizat tersebut, melainkan karena Dia mau mengungkapkan rasa iba-Nya atas kesengsaraan hidup manusia dan simpati-Nya terhadap orang-orang yang menderita di dalam penderitaan mereka, seperti seorang yang turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sementara khusus untuk orang ini, Kristus menarik nafas panjang, bukan karena Dia enggan melakukan kebaikan ini untuk orang tersebut, atau Dia melakukannya dengan setengah hati, melainkan karena Kristus sadar akan banyaknya godaan dan bahaya terjatuh ke dalam dosa, yakni dosa-dosa lidah, yang akan dihadapi orang ini nanti setelah kemampuan bicaranya dipulihkan, di mana sebelumnya dia bebas dari dosa-dosa lidah tersebut. Lebih baik dia tetap berlidah kaku, kecuali dia mendapat anugerah untuk menahan mulutnya dengan kekang (Mzm. 39:1).
        . Kristus berkata, "Efata!", artinya, "Terbukalah!" Ini sama sekali bukan seperti mantra atau sihir, seperti yang diucapkan dengan berbisik-bisik dan komat-kamit (Yes. 8:19) oleh orang-orang yang memiliki roh-roh penjaga. Kristus berkata-kata sebagai seorang yang mempunyai wewenang, dan kuasa terjadi bersama perkataan-Nya itu. Terbukalah, berlaku untuk kedua indra yang perlu disembuhkan itu, "Biarlah telinga terbuka, biarlah bibir terbuka, biarlah dia mendengar dan berbicara dengan bebas, dan biarlah belenggunya terlepas!" Dan akibat dari perkataan itu langsung terlihat (ay. 35), Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, dan semuanya menjadi baik. Berbahagialah orang yang, segera setelah pendengaran dan penglihatannya dipulihkan, berada begitu dekat dengan Tuhan Yesus sehingga bisa bercakap-cakap dengan-Nya.

        Perhatikanlah, penyembuhan ini merupakan:

            (1) Suatu bukti bahwa Kristus adalah Mesias, karena sudah dinubuatkan bahwa oleh kuasa-Nya telinga orang-orang tuli akan dibuka dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai (Yes. 35:5-6).
            (2) Penyembuhan tersebut merupakan contoh seperti apa Injil-Nya bekerja di dalam pikiran manusia. Perintah agung dari Injil dan anugerah Kristus kepada orang berdosa yang malang adalah Efata -- Terbukalah. Grotius menerapkan artinya begini, bahwa hambatan-hambatan dalam pikiran disingkirkan oleh Roh Kristus, seperti halnya hambatan-hambatan jasmani dilepaskan oleh perkataan yang diucapkan bersama kuasa-Nya. Dia membuka hati, seperti Dia membuka hati Lidya, dan dengan demikian sekaligus membuka telinga untuk mendengar firman Allah, dan membuka mulut untuk berdoa dan memberikan pujian kepada-Nya.
        . Kristus menyuruh orang-orang itu agar merahasiakan peristiwa penyembuhan itu, tetapi mereka justru menyiarkannya ke mana-mana.
            (1) Karena kerendahan hati-Nyalah Dia berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga (ay. 36). Kebanyakan orang akan memberitahukan kebaikan mereka sendiri, atau setidaknya ingin orang lain memberitakannya. Tetapi Kristus, walaupun Dia sendiri tidak terancam bahaya menjadi sombong karenanya, dan sadar bahwa kitalah yang terancam, mau berbuat seperti itu supaya Dia bisa memberikan teladan kepada kita mengenai penyangkalan diri, dalam hal-hal apa saja, terutama dalam hal pujian dan penghormatan. Kita harus memiliki rasa senang untuk berbuat baik, tetapi jangan supaya dikenal orang.
            (2) Karena rasa gairah, mereka sendiri menyiarkan peristiwa itu, sebelum Kristus melakukannya, walaupun Dia sudah melarang mereka untuk berbuat demikian. Akan tetapi, maksud mereka sebenarnya baik, dan oleh sebab itu hal tersebut harus lebih dianggap sebagai tindakan gegabah daripada ketidakpatuhan (ay. 36). Mereka yang memberitahukannya dan mereka yang mendengarnya takjub dan tercengang tak terhingga, hyperperissōs -- tidak bisa diukur. Mereka luar biasa terpengaruh oleh peristiwa itu, setiap orang berkata, yang merupakan pendapat bersama, bahwa, "Ia menjadikan segala-galanya baik" (ay. 37). Jadi, bila ada orang membenci dan menganiaya Kristus sebagai penjahat, maka mereka ini siap untuk bersaksi bagi Dia, bukan saja bahwa Dia tidak pernah melakukan kejahatan, melainkan juga bahwa Dia sudah luar biasa banyak berbuat kebaikan, dan Dia melakukannya dengan baik, sederhana, rendah hati, dan penuh pengabdian, dan semuanya ini cuma-cuma, tanpa uang dan tanpa imbalan, yang membuat perbuatan baik-Nya itu semakin bersinar-sinar. Dia menjadikan baik yang tuli mendengar maupun yang bisu berkata-kata, dan ini baik, baik bagi mereka, dan baik juga bagi kerabat mereka, yang selama ini telah menjadi beban bagi mereka. Oleh sebab itu, orang-orang yang mengatakan hal-hal jahat tentang diri-Nya tidak bisa dimaafkan.


Label:   Markus 7:31-37 



Daftar Label dari Kategori Khotbah Katolik 2018
Lukas 12:8-12(1)
Lukas 13:1-9(1)
Lukas 18:1-8(1)
Lukas 1:57-66(1)
Lukas 21:25-28(1)
Lukas 21:34-36(1)
Lukas 2:41-51(1)
Lukas 8:4-15(1)
Markus 10:13-16(1)
Markus 10:35-45(1)
Markus 10:46-52(1)
Markus 11:27-33(1)
Markus 12:28-34(1)
Markus 14:12-16(1)
Markus 3:20-35(1)
Markus 4:26-34(1)
Markus 5:21-43(1)
Markus 6:1-6(1)
Markus 6:30-34(1)
Markus 7:1-8,14-15, 21-23(1)
Markus 7:31-37(1)
Markus 8:27-35(1)
Markus 9:30-37(1)
Matius 12:14-21(1)
Matius 23:1-12(1)
Matius 28:16-20(1)
Matius 9:14-17(1)
Yohanes 17:11b-19(1)
Yohanes 19:25-27(1)
Yohanes 1:47-51(1)
Yohanes 6:60-69(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 12 Desember - Santa Yohanna Fransiska Fremio de Chantal (Janda), Santo Hoa (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Khotbah Katolik Sabtu, 15 September 2018 - Yohanes 19:25-27 atau Luk. 2:33-35. BcO Est. 3:1-11 warna liturgi Putih - Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita

PREV:
Khotbah Katolik Sabtu, 8 September 2018 - Matius 1:1-16,18-23 (Matius 1:18-23). BcO Kej. 3:9-20 atau Sir. 24:2-12,16-22 warna liturgi Putih - Pesta Kelahiran Santa Perawan


All Garis Besar





Arsip Khotbah Katolik 2018..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)