|
Minggu, 26 Agustus 2018 (Yohanes 6:60-69)Khotbah Katolik Minggu, 26 Agustus 2018 - Yohanes 6:60-69. BcO Tit. 1:1-16 - Hari Minggu Biasa XXIHari Minggu Biasa XXI Yos. 24:1-2a,15-17,18b; Mzm. 34:2-3,16-17,18-19,20-21,22-23; Ef. 5:21-32; Yohanes 6:60-69. BcO Tit. 1:1-16. warna liturgi Hijau Yohanes 6:60-69 Murid-murid yang mengundurkan diri di Galilea 6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" 6:61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? 6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? 6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. 6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. 6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya." 6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Pengakuan Petrus 6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" 6:68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; 6:69 dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." Prnjelasan: * Percakapan Kristus dengan Murid-murid-Nya; Pengaruh Percakapan Kristus; Watak Yudas (6:60-69) Di sini diceritakan mengenai perihal pengaruh pembicaraan Kristus. Sebagian orang merasa gusar dan yang lain merasa diberkati oleh pembicaraan itu. Sebagian meninggalkan Dia dan yang lain dibawa semakin dekat kepada-Nya. I. Bagi sebagian orang hal itu menjadi bau kematian yang mematikan. Bukan hanya bagi orang-orang Yahudi, yang mengaku sebagai musuh bagi Dia dan ajaran-Nya, tetapi juga bagi banyak dari antara murid-murid-Nya, bahkan sepertinya sebagian besar murid-murid, yang merupakan pendengar setia-Nya dan mengikuti Dia secara terbuka. Semuanya merupakan sebuah kelompok campuran yang besar, seperti orang-orang di antara bangsa Israel, yang mulai merasa tidak puas. Sekarang, di sini kita membaca, . Sungutan mereka terhadap pengajaran yang mereka dengar (ay. 60): Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya? (1) Mereka sendiri tidak menyukainya: "Pengajaran apa ini? Makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya!" Jika dipahami secara kiasan, kita tidak dapat memahaminya, dan jika dipahami secara harfiah, tidak masuk akal. Apa-apaan ini! Masakan kita harus menjadi pemakan manusia? Tidak dapatkah kita menjadi saleh, haruskah kita menjadi biadab? Seperti kata Averroes (1126-1198, filsuf dan theolog Islam dari Andalusia -- pen.), Si Christiani adorant quod comedunt, sit anima mea cum philosophis -- Jika orang Kristen memuja apa yang mereka makan, lebih baik saya mengikuti para ahli filsafat saja. Namun masalahnya, ketika mereka merasa bahwa perkataan ini keras, dan kalau saja dengan penuh kerendahan hati memohon kepada Kristus untuk menjelaskan perumpamaan itu kepada mereka, Ia pasti akan membuka rahasia perumpamaan itu, serta pengertian mereka juga, karena Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. Namun, mereka tidak mau meminta Kristus menjelaskan perkataan-Nya itu kepada mereka, karena mereka memang tidak mau melepaskan tuntutan mereka untuk menolak perkataan-Nya itu -- bahwa perkataan-Nya itu keras. (2) Mereka menganggap tidak mungkin ada orang yang akan menyukai ajaran itu: "Siapakah yang sanggup mendengarkannya? Pasti tidak ada seorang pun." Demikianlah, para penghujat agama memang selalu yakin semua orang yang berpikiran waras akan setuju dengan mereka. Mereka menyimpulkan dengan penuh kepastian bahwa tidak akan ada orang yang berakal sehat yang akan mengakui ajaran Kristus, bahkan orang yang rohani pun tidak akan tunduk pada hukum-hukum-Nya. Sebab mereka sendiri tidak tahan diajar seperti itu, mereka mengira orang lain juga tidak akan tahan: Siapakah yang sanggup mendengarkannya? Tapi, syukur kepada Allah, ribuan orang telah mendengarkan perkataan-perkataan Kristus ini, dan bukan saja semua perkataan itu mudah, tetapi juga terasa nikmat bagi mereka, seperti rasa makanan yang diperlukan bagi tubuh mereka. . Kristus mencela sungut-sungut mereka. (1) Ia cukup mengenal dengan baik sungut-sungut mereka (ay. 61). Mereka berbantahan diam-diam atau saling berbisik sembunyi-sembunyi. Tetapi: [1] Kristus mengenal mereka, Ia melihat mereka, Ia mendengar mereka. Perhatikanlah, Kristus memperhatikan bukan saja perlawanan-perlawanan yang berani dan terbuka yang dilakukan para pendosa yang berani terhadap nama dan kemuliaan-Nya, tetapi juga celaan-celaan diam-diam atas ajaran-Nya yang dilakukan oleh orang-orang percaya yang duniawi. Ia tahu apa yang dikatakan orang bodoh di dalam hatinya, yang karena malu tidak mengutarakan isi hatinya. Ia mengamati bagaimana ajaran-Nya menimbulkan kejengkelan orang-orang yang mendengarkan khotbah-Nya. Ia juga mengamati siapa yang bersukacita di dalam ajaran itu dan siapa yang bersungut-sungut terhadap ajaran itu, siapa yang setuju dan mau tunduk pada ajaran-Nya itu serta siapa yang berbantah-bantah dan memberontak terhadapnya, sekalipun semuanya dilakukan dengan diam-diam. [2] Ia tahu tentang hal itu di dalam hati-Nya, bukan karena ada yang memberi tahu kepada-Nya, juga bukan karena ada petunjuk luar tentang hal itu, tetapi karena kemahatahuan ilahi-Nya sendiri. Ia tahu tentang hal itu bukan seperti para nabi yang menerima penyataan ilahi yang diberikan kepada mereka (yang ingin diketahui oleh para nabi kadang-kadang tersembunyi bagi mereka, seperti dalam 2Raj. 4:27), tetapi melalui pengetahuan ilahi yang ada di dalam Dia. Ia adalah Firman yang paling hakikat yang sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibr. 4:12-13). Buah pikiran itu sama saja dengan kata-kata bagi Kristus, karena itu kita harus berhati-hati bukan saja dengan apa yang kita katakan dan lakukan, tetapi juga dengan apa yang kita pikirkan. (2) Ia cukup tahu cara menjawab mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Apakah menjadi batu sandungan bagimu?" Lihatlah bagaimana orang menyerang diri mereka dengan kesalahan yang sengaja mereka perbuat sendiri. Mereka merasa tersinggung ketika tidak ada yang menyinggung, dan bahkan membuat diri sendiri tersinggung ketika tidak ada yang dapat membuat mereka tersinggung. Perhatikanlah, memang sudah sepantasnya kita bertanya-tanya mengapa begitu banyak orang merasa jengkel terhadap pengajaran Kristus hanya karena alasan yang begitu kecil. Kristus bertanya juga di sini dengan nada heran: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?" Sekarang, untuk menjawab orang-orang yang menuduh pengajaran-Nya berbelit-belit dan tidak jelas itu (Si non vis intelligi, debes negligi -- Jika kamu tidak mau dimengerti, kamu pantas diabaikan), [1] Ia memberikan petunjuk kepada mereka perihal kenaikan-Nya ke sorga, karena kenaikan itu akan memberi bukti tidak terbantahkan tentang kebenaran ajaran-Nya (ay. 62): Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Apa yang terjadi nanti? Pertama, "Jika Aku harus mengatakan kepadamu tentang hal itu, pasti itu akan lebih menjengkelkan hatimu, dan kamu akan berpikir bahwa Aku terlalu mengada-ada. Jika hal ini saja merupakan perkataan yang terlampau keras sehingga kamu tidak sanggup mendengarkannya, bagaimana kamu akan memahaminya jika Aku memberitahukan kepadamu tentang kenaikan-Ku ke sorga, dari mana Aku telah turun?" (3:12). Orang-orang yang tersandung oleh kesulitan-kesulitan yang lebih kecil harus berpikir bagaimana mereka dapat mengatasi kesulitan yang lebih besar. Kedua, "Ketika kamu melihat Anak Manusia naik ke sorga, hal ini akan lebih menjengkelkan hatimu lagi, karena saat itu tubuh-Ku tidak dapat dimakan lagi olehmu menurut pengertian duniawimu yang sekarang," demikian kata Dr. Whitby (seorang theolog Inggris -- pen.). Atau, Ketiga, "Ketika kamu melihat hal itu atau mendengarnya dari orang-orang yang menyaksikan hal itu, kamu nanti pasti akan diyakinkan. Mungkin kamu menganggap Aku berlebihan ketika Aku berkata, Aku telah turun dari sorga, karena soal inilah yang kamu pertengkarkan (ay. 42). Namun, apa lagi yang bisa kamu pikirkan ketika melihat Aku kembali ke sorga?" Jika ia naik, berarti pasti juga bahwa Ia telah turun (Ef. 4:9-10). Kristus sering menunjuk diri-Nya demikian dengan bukti-bukti yang berurutan (seperti dalam 1:50-51; 3:14; Mat. 12:40; 26:64). Marilah kita menunggu sejenak, sampai rahasia Allah diungkapkan, kemudian kita akan melihat bahwa tidak ada alasan untuk menentang perkataan Kristus yang mana pun. [2] Ia memberikan mereka sebuah kunci jawaban yang umum sifatnya atas perkataan-Nya ini dan atas semua percakapan-Nya yang diungkapkan melalui perumpamaan itu, untuk mengajar mereka supaya memahami semuanya itu secara rohani dan tidak mengikuti cara jasmani dan duniawi: Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna (ay. 63). Sama seperti dalam tubuh jasmani, nyawa atau rohlah yang menggerakkan dan menghidupkan tubuh itu, dan tanpa nyawa atau roh itu, makanan yang paling banyak kandungan gizinya pun sama sekali tidak akan berguna (apa gunanya makanan bagi tubuh, jika makanan itu tidak dapat dimanfaatkan dan digerakkan oleh nyawa), demikian juga halnya dengan jiwa. Pertama, menjalankan segala ketetapan ibadah begitu saja tanpa isi, akan sama sekali tidak berguna jika Roh Allah tidak bekerja di dalam semua ketetapan ibadah itu dan menghidupkan jiwa melalui semua ketetapan ibadah itu. Jika Roh bekerja di dalam Firman dan ketetapan ibadah, ini akan menjadi seperti makanan bagi manusia yang hidup, jika tidak, maka Firman dan ketetapan ibadah itu hanya menjadi seperti makanan bagi orang mati. Bahkan tubuh Kristus, yang menjadi korban bagi dosa itu, akan sama sekali tidak ada apa-apanya bagi kita kecuali Roh yang mulia itu menghidupkan roh kita melalui tubuh Kristus itu dan memberdayakan pengaruh kuasa kematian-Nya itu terhadap diri kita, sampai kita dibuat menjadi satu dengan kematian tubuh-Nya itu melalui anugerah-Nya. Kedua, jika dipahami secara harfiah, ajaran tentang makan daging Kristus dan minum darah-Nya akan sama sekali tidak memberi manfaat apa-apa, malah akan membawa kita pada kekeliruan dan prasangka. Sebaliknya, dengan memahami atau mengartikannya secara rohani, itu akan menggerakkan jiwa, membuatnya menjadi hidup dan bergairah, karena demikianlah yang dikatakan Kristus: Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Memakan daging Kristus! Ini perkataan yang keras, namun yang dapat saya lakukan adalah mempercayai bahwa Kristus mati bagi saya, supaya dengan begitu saya bisa mendatangkan kekuatan dan penghiburan dari ajaran itu ketika saya berusaha mendekati Allah, ketika saya berusaha melawan dosa dan mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang. Inilah roh dan hidup dari perkataan itu, dan jika kita dapat memahaminya secara demikian, maka perkataan itu menjadi perkataan yang sungguh istimewa. Alasan mengapa manusia tidak menyukai perkataan Kristus adalah karena mereka menyalahartikan perkataan itu. Pengertian harfiah terhadap sebuah perumpamaan tidak ada gunanya bagi kita. Kita tidak akan menjadi lebih bijaksana karena itu. Makna rohani dari perumpamaan itulah yang mengandung pelajaran bagi kita. Ketiga, daging sama sekali tidak berguna -- orang-orang yang hidup di dalam daging (begitulah sebagian orang memahaminya), yang berada di bawah kuasa pikiran daging, tidak akan memperoleh sesuatu yang berguna dari perkataan-perkataan Kristus. Namun, Roh menghidupkan -- orang-orang yang memiliki Roh, mereka yang rohani, akan dihidupkan dan digairahkan oleh perkataan-perkataan-Nya, karena perkataan-perkataan itu diterima ad modum recipientis -- sejalan dengan keadaan pikiran si penerima. Orang duniawi merasa menemukan kesalahan dalam perkataan-perkataan Kristus, padahal kesalahan itu ada di dalam diri mereka sendiri. Hanya pada pikiran-pikiran yang penuh hawa nafsu sajalah, hal-hal yang rohani itu tidak dapat dipahami dan tidak memiliki kehidupan (1Kor. 2:14-15). Sebaliknya, pikiran yang rohani menghargai dan menikmati hal-hal yang rohani. [3] Ia memperlihatkan kepada mereka bahwa Ia mengenal siapa mereka, dan bahwa Ia tidak mengharapkan hal-hal yang baik apa pun dari mereka, meskipun mereka menyebut diri mereka murid-murid-Nya (ay. 64-65). Sekarang, digenapilah apa yang dikatakan oleh nabi tentang Kristus dan pengajaran-Nya (Yes. 53:1), Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan? Di sini Kristus menaruh perhatian pada kedua hal ini. Pertama, mereka tidak mempercayai berita-Nya: "Ada beberapa di antara kamu yang berkata akan meninggalkan semuanya untuk mengikut Aku, namun masih belum percaya." Inilah alasan mengapa firman yang diberitakan sama sekali tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman (Ibr. 4:2). Mereka tidak percaya Dia itu Mesias. Kalau mereka percaya, mereka akan tunduk pada ajaran yang diberitakan-Nya, dan bukan mempertengkarkannya walaupun masih ada beberapa hal yang masih belum jelas dan sulit dimengerti. Oportet discentum credere -- Para pemula yang sedang belajar harus memahami sesuatu menurut perkataan guru mereka. Perhatikanlah: . Di antara orang-orang Kristen yang hanya namanya saja Kristen, banyak yang sebenarnya adalah orang kafir. . Ketidakpercayaan orang-orang munafik sudah terbuka dan telanjang di depan mata Kristus, sebelum tampak dengan sendirinya di hadapan dunia. Ia tahu dari semula siapa dari antara orang banyak yang telah mengikuti Dia itu yang percaya, dan siapa dari kedua belas murid itu yang akan menyerahkan Dia. Ia tahu dari semula sejak berkenalan dengan mereka, ketika bersama-sama, ketika mereka sedang berada dalam semangat rohani yang tertinggi, siapa yang tulus di antara mereka, seperti Natanael (1:47), dan siapa yang tidak. Sebelum mereka mengungkapkan diri melalui tindakan yang nyata, Ia telah dapat membedakan dengan sempurna siapa yang percaya dan siapa yang tidak, siapa yang kasihnya palsu dan siapa yang kasihnya hangat dan tulus. Karena itu dapat kita simpulkan, (1) Bahwa kemurtadan orang-orang yang telah lama mengaku hidup beragama jelas membuktikan kemunafikan mereka dari sejak dulunya, dan bahwa dari semula mereka memang sudah tidak percaya. Kemurtadan itu bukan merupakan bukti bahwa orang-orang percaya sejati mungkin saja bisa menjadi sungguh murtad. Murtad yang demikian tidak bisa disebut sebagai kejatuhan orang-orang kudus sejati, melainkan lebih tepat disebut sebagai terbukanya kedok orang-orang yang penuh dengan kepura-puraan (1Yoh. 2:19). Stella cadens non stella fuit -- Bintang yang jatuh tidak pernah menjadi bintang. (2) Bahwa merupakan hak istimewa Kristus untuk mengenal isi hati manusia. Ia tahu siapa yang tidak percaya, yang bersembunyi di balik pengakuan percaya dan terus tinggal di dalam jemaat-Nya, terus menjalankan tata ibadah-Nya dan memanfaatkan nama-Nya. Keadaan mereka ini tidak akan membuat mereka tampak bagi dunia, kecuali kejahatan mereka menyingkapkan diri mereka sendiri. Ini terjadi karena memang demikian sifat gereja-Nya yang kelihatan itu, dan hari pengungkapan itu masih akan menunggu waktunya. Namun, kita tidak boleh bertindak seolah-olah bisa menghakimi hati manusia, karena kalau kita melakukannya, kita melangkahi takhta Kristus dan bertindak mendahului penghakiman-Nya. Kita sering salah menilai orang dan perasaan kita berubah-ubah terhadap mereka. Namun, satu hal yang pasti bagi kita adalah, bahwa Kristus mengenal semua orang, dan bahwa penghukuman-Nya sesuai dengan kebenaran. Kedua, alasan mengapa mereka tidak percaya kepada berita-Nya adalah karena tangan kekuasaan Tuhan tidak dinyatakan kepada mereka: Sebab itu telah Kukatakan kepadamu, tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya (ay. 65), yang merujuk pada ayat 44. Karena itu Kristus tidak dapat tidak pasti tahu siapa yang percaya dan siapa yang tidak, iman merupakan karunia dan pekerjaan Allah, semua karunia dan pekerjaan Allah tidak bisa tidak pasti diketahui oleh Dia. Semuanya itu diberikan melalui tangan-Nya. Itulah sebabnya Ia berkata tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Nya, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa. Pada ayat 65, Ia berkata, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya, yang menunjukkan bahwa Allah menarik jiwa-jiwa dengan memberikan kasih karunia dan kekuatan kepada mereka serta keinginan untuk datang. Tanpa semua itu, manusia yang sudah mandul secara moral dalam kejatuhannya itu tidak dapat datang kepada-Nya. . Di sini kita membaca perihal kemurtadan orang-orang dari Kristus segera setelah itu: Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (ay. 66). Ketika pikiran kita sudah mulai mengeras terhadap firman dan pekerjaan Kristus dan diam-diam mulai menyimpan rasa tidak suka terhadapnya, serta mau mendengarkan sindiran yang cenderung mencelanya, maka saat itulah kita masuk dalam pencobaan. Keadaan ini sama seperti membiarkan air menerobos. Ini seperti menoleh ke belakang, yang bila tidak dicegah oleh belas kasihan yang tidak terbatas, akan berakhir dengan pengunduran diri. Oleh karena itu, Obsta principiis -- Berhati-hatilah dengan permulaan kemurtadan. (1) Lihatlah di sini kemerosotan rohani murid-murid ini. Banyak dari mereka mengundurkan diri pulang ke rumah, keluarga, dan pekerjaan mereka masing-masing, yang telah mereka tinggalkan selama ini untuk mengikut Dia. Yang seorang pulang kembali ke ladangnya dan yang lain pulang kembali ke usaha dagangannya. Pulang kembali, seperti yang dilakukan Orpa yang pulang kembali kepada bangsanya dan para allahnya (Rut 1:15). Dengan kemauan sendiri mereka telah memasuki sekolah Kristus, namun mereka pulang kembali, bukan hanya membolos sesekali, tetapi meninggalkan Dia dan ajaran-Nya untuk selama-lamanya. Perhatikanlah, meskipun kemurtadan murid Kristus benar-benar merupakan hal yang aneh, namun hal seperti itu merupakan sesuatu yang lazim sehingga kita tidak perlu terkejut tentang hal itu. Di sini kita lihat bahwa banyak yang mengundurkan diri. Memang sering terjadi seperti itu. Ketika ada beberapa orang murtad, banyak yang ikut murtad bersama mereka. Penyakit ini sangat menular. (2) Saat terjadinya kemurtadan ini: Mulai dari waktu itu. Mulai dari waktu Kristus memberitakan ajaran yang mendatangkan penghiburan ini, bahwa Ia adalah roti hidup dan bahwa orang-orang yang dengan iman memakan akan Dia akan hidup oleh Dia (yang menurut anggapan orang harus mengikat diri untuk lebih dekat dengan Dia) -- sejak waktu itulah mereka mengundurkan diri. Perhatikanlah, hati manusia yang rusak dan jahat sering menentang apa yang sebenarnya dapat mendatangkan penghiburan yang besar. Kristus dapat melihat sebelumnya bahwa dengan demikian mereka akan menentang apa yang Ia katakan, namun Ia tetap mengatakan apa yang harus Ia katakan. Firman dan kebenaran Kristus yang tidak perlu diragukan itu harus disampaikan dengan setia, tidak peduli siapa yang akan tersinggung jadinya. Perangai manusia harus ditawan kepada firman Allah, bukan firman Allah yang harus tunduk pada perangai manusia. (3) Tingkat kemurtadan mereka. Mereka tidak lagi mengikut Dia, tidak kembali lagi kepada-Nya, dan tidak menghadiri pelayanan-pelayanan-Nya lagi. Sangat sulit bagi orang-orang yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap firman yang baik dari Allah, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat (Ibr. 6:4-6). II. Bagi sebagian orang lain, percakapan ini menjadi bau kehidupan yang menghidupkan. Banyak yang mengundurkan diri, tetapi syukur kepada Allah, tidak semuanya. Sampai sekarang kedua belas murid-Nya tetap setia kepada-Nya. Meskipun iman sebagian orang terjungkir balik, namun dasar yang diletakkan Allah itu teguh. Perhatikanlah di sini: . Pertanyaan yang menyentuh hati dilontarkan Kristus kepada kedua belas murid-Nya (ay. 67): Apakah kamu tidak mau pergi juga? Ia tidak berkata apa-apa kepada mereka yang mengundurkan diri. Jika orang tidak percaya pergi, biarkan mereka pergi. Bukan suatu kerugian besar kehilangan orang-orang yang memang tidak pernah menjadi milik-Nya. Yang datang tak berjemput, pulang tak berhantar. Namun, Ia menggunakan kesempatan untuk berkata kepada kedua belas murid-Nya untuk meneguhkan mereka. Dengan menguji keteguhan mereka untuk lebih memantapkan hati mereka: Apakah kamu tidak mau pergi juga?, Ia hendak berkata: (1) "Terserah kalian, mau meninggalkan Aku atau tidak. Kalau mau mencampakkan Aku, sekaranglah waktunya, ketika banyak orang melakukannya. Inilah hari pencobaan, jika kamu mau mengundurkan diri, pergilah sekarang." Perhatikanlah, Kristus tidak akan pernah menahan seorang pun bersama-Nya jika itu tidak sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Prajurit-prajurit-Nya adalah sukarelawan, bukan prajurit paksaan. Sekarang kedua belas murid itu mempunyai cukup waktu untuk menguji apakah mereka menyukai Kristus dan ajaran-Nya atau tidak, supaya jangan di kemudian hari mereka merasa tertipu sudah menjadi murid-Nya dan merasa kapok. Di sini Ia memberikan mereka hak untuk membatalkan dan memberikan kebebasan sepenuhnya kepada mereka, seperti yang terjadi dalam Yosua 24:15 dan Rut 1:15. (2) "Kamu akan menanggung akibatnya sendiri jika kamu pergi." Seandainya ada kecenderungan tersembunyi di dalam hati mereka untuk meninggalkan Dia, Ia menghentikan kecenderungan itu dengan pertanyaan yang menyentuh dan membangkitkan ini, "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Janganlah mengira kamu sangat bebas seperti mereka dan dapat pergi dengan mudah begitu saja. Mereka belum pernah memiliki hubungan yang begitu dekat dengan Aku seperti kamu semua. Juga belum pernah menerima begitu banyak kebaikan dari-Ku seperti kalian. Mereka sudah pergi, tetapi akankah kamu pergi juga? Ingatlah akan segala apa yang menjadi kelebihanmu dan katakan, apa pun yang dilakukan orang lain, kami tidak akan pernah pergi. Orang manakah seperti aku ini yang akan melarikan diri? (Neh. 6:11). Perhatikanlah, semakin dekat kita kepada Kristus dan semakin lama kita bersama-Nya, semakin dalam diri kita menyatu dengan Dia. Karena itu, semakin besar pula dosa kita bila kita meninggalkan Dia. (3) "Aku tahu pasti kamu tidak akan pergi. Akankah kamu pergi? Tidak, Aku akan menahan kamu lebih kuat daripada sekarang, Aku mengharapkan sesuatu yang lebih baik dari kamu semua (Ibr. 6:9), karena kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku (Luk. 22:28)." Bilamana kemurtadan sejumlah orang mendatangkan dukacita bagi Tuhan Yesus, bertahannya sejumlah orang lain yang tetap tinggal bersama-Nya jauh lebih mendatangkan kemuliaan bagi-Nya, dan Ia sangat berkenan dengan sikap mereka itu. Kristus dan orang-orang percaya sudah sangat mengenal satu sama lain, sehingga sangat tidak beralasan untuk berpisah setiap kali timbul hal-hal yang tidak menyenangkan. . Jawaban yang penuh rasa percaya dari Petrus, dengan mewakili rekan-rekannya, atas pertanyaan ini (ay. 68-69). Kristus mengajukan pertanyaan ini kepada mereka, sama seperti Yosua memberikan kebebasan kepada orang Israel untuk menentukan pilihan kepada siapa mereka akan beribadah, dengan maksud mendapatkan janji mereka untuk mengikut Dia. Pertanyaan ini membuahkan hasil yang diinginkan. Tidak, hanya kepada Tuhan saja kami akan beribadah. Dalam banyak kesempatan, Petrus selalu menjadi juru bicara bagi teman-temannya, bukan karena ia yang lebih banyak didengar oleh Gurunya, tetapi karena ia yang lebih banyak bicara. Adakalanya apa yang dikatakannya diterima, dan adakalanya ia ditegur (Mat. 16:17, 23) -- nasib yang lazim bagi orang-orang yang terlampau cepat berbicara. Namun di sini, apa yang dikatakan Petrus itu baik, luar biasa baik. Mungkin ia mengatakan hal itu karena petunjuk dan persetujuan rekan-rekannya sesama murid. Setidaknya, tidak ada salahnya kita mengharapkan yang terbaik, ia mengenal pikiran mereka dan berbicara sesuai dengan isi hati mereka semua, termasuk Yudas juga. (1) Ini adalah sebuah keputusan yang baik untuk mengikut Kristus, dan diungkapkan sedemikian rupa untuk menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak terpikir untuk meninggalkan Dia: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Alangkah bodohnya meninggalkan Tuhan, kecuali kami tahu ke mana kami pergi untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik bagi kami. Tidak, ya Tuhan, kami tidak ingin mengubah pilihan kami." Perhatikanlah, orang-orang yang meninggalkan Kristus harus mempertimbangkan baik-baik ke mana mereka akan pergi, dan apakah mereka dapat berharap menemukan perhentian dan damai selain di dalam Dia (Mzm. 73:27-28; Hos. 2:8). "Ke manakah pula kami maju? Akankah kita mengasihi dunia ini? Pastilah dunia ini akan menyesatkan kita. Akankah kita kembali kepada dosa? Pastilah dosa akan membinasakan kita. Akankah kita meninggalkan sumber air yang hidup demi kolam yang bocor?" Murid-murid memutuskan untuk melanjutkan pencarian mereka akan kehidupan dan kebahagian. Mereka akan menemukan seorang pemandu untuk pencarian mereka, dan akan mengikuti Kristus sebagai Pemandu mereka, karena tidak ada pemandu yang lebih baik lagi daripada Dia. "Akankah kami pergi kepada ahli-ahli filsafat yang tidak mengenal Allah dan menjadi murid-murid mereka? Pikiran mereka menjadi sia-sia, mereka berbuat seolah-olah penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh dalam hidup keagamaan. Akankah kami pergi kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dan duduk di kaki mereka untuk belajar? Kebaikan apa yang dapat kami peroleh dari mereka yang telah mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat mereka? Akankah kami pergi kepada Musa? Ia akan menyuruh kami kembali kepada-Mu. Oleh karena itu, kalau kami mau menemukan jalan menuju kebahagiaan, haruslah itu dengan mengikut Engkau." Perhatikanlah, Agama Kudus yang diberitakan oleh Kristus itu akan tampak sangat menguntungkan jika dibandingkan dengan lembaga-lembaga lainnya, karena dari perbandingan itu akan dapat dilihat betapa jauhnya agama kudus itu mengungguli semua lembaga yang lain itu. Semoga orang yang menemukan kesalahan dalam agama Kristus ini menemukan dulu agama lain yang lebih baik sebelum meninggalkan agama Kristus ini. Kita harus memiliki seorang Guru ilahi. Dapatkah kita menemukan yang lebih baik daripada Kristus? Kita tidak bisa hidup tanpa suatu wahyu ilahi, dan jika Kitab Suci bukan merupakan wahyu ilahi itu, di mana lagi kita akan mencarinya? (2) Ini adalah sebuah alasan baik yang mendasari keputusan hati ini. Keputusan hati ini tidaklah berdasarkan suatu kasih sayang buta, tetapi merupakan hasil pertimbangan yang matang. Murid-murid menetapkan hati untuk tidak meninggalkan Kristus, [1] Karena keuntungan yang mereka akan dapatkan melalui Dia: Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Mereka tidak mengerti sepenuhnya perkataan Kristus, karena ajaran tentang salib masih menjadi teka-teki bagi mereka. Namun, secara umum mereka merasa puas bahwa Ia memiliki perkataan hidup yang kekal. Artinya: Pertama, bahwa perkataan dalam ajaran-Nya menunjukkan jalan menuju hidup yang kekal. Bentangkanlah di hadapan kami, dan tunjukkan apa yang harus kami lakukan supaya kami dapat mewarisinya. Kedua, apa yang ditetapkan-Nya melalui perkataan-Nya pasti mendatangkan hidup yang kekal. Pada diri-Nya ada perkataan hidup kekal, dan itu sama saja dengan Ia juga memiliki kuasa untuk memberikan hidup yang kekal kepada semua orang yang telah diberikan kepada-Nya (17:2). Dalam percakapan sebelumnya Ia telah menjamin hidup yang kekal kepada para pengikut-Nya. Murid-murid ini berpegang teguh pada perkataan yang jelas dan langsung ini sehingga memutuskan untuk tetap tinggal bersama-Nya, sementara orang lain mengabaikan perkataaan ini dan lebih berpegang pada perkataan-perkataan keras-Nya mengenai makan tubuh dan minum darah-Nya itu dan meninggalkan Dia. Meskipun kita tidak dapat memahami setiap rahasia dan setiap ketidakjelasan dalam ajaran Kristus, namun secara umum, kita tahu bahwa perkataan itu adalah hidup yang kekal. Karena itu, kita harus hidup dan mati oleh perkataan ajaran-Nya. Karena jika kita meninggalkan Kristus, itu berarti kita mencampakkan belas kasihan yang disediakan bagi diri kita sendiri. [2] Karena kepastian jaminan yang mereka dapatkan tentang Dia (ay. 69): Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah. Jika Ia adalah Mesias yang dijanjikan, maka Ia harus mendatangkan keadilan yang kekal (Dan. 9:24), karena itulah Ia memiliki perkataan hidup yang kekal, sebab kebenaran berkuasa untuk hidup yang kekal (Rm. 5:21). Perhatikanlah: Pertama, pengajaran yang mereka percayai: Bahwa Yesus ini adalah Mesias yang dijanjikan kepada nenek moyang mereka dan yang sangat dinanti-nantikan oleh mereka, dan bahwa Ia bukanlah sekadar seorang manusia belaka, tetapi Anak dari Allah yang hidup, pribadi yang sama kepada siapa Allah berkata, Anak-Ku Engkau! (Mzm. 2:7). Akan sangat baik bila pada saat-saat pencobaan menuju kemurtadan, kita mencari pertolongan pada asas-asas pokok kita dan berpegang teguh padanya. Dan jika kita tidak melupakan perbantahan di masa lampau, maka kita akan lebih mampu menemukan dan mempertahankan kebenaran dalam perbantahan yang meragukan. Kedua, tingkat iman mereka: Iman mereka meningkat sampai pada kepastian penuh: Kami yakin. Kami telah mengetahui dari pengalaman kami. Inilah pengetahuan yang terbaik. Kita harus mengambil kesempatan dari keragu-raguan orang lain untuk menjadi lebih mapan dan mantap lagi, khususnya dalam hal kebenaran yang sedang dibicarakan ini. Bila kita memiliki iman yang kuat kepada Injil Kristus sampai berani mempertaruhkan jiwa kita kepada Injil itu, dengan mengetahui siapa yang kita percayai, maka di kemudian hari, dan bahkan sebelum itu pun kita akan bersedia mempertaruhkan segala yang lain juga demi Injil itu. Label: Yohanes 6:60-69
Daftar Label dari Kategori Khotbah Katolik 2018 Lukas 12:8-12(1) Lukas 13:1-9(1) Lukas 18:1-8(1) Lukas 1:57-66(1) Lukas 21:25-28(1) Lukas 21:34-36(1) Lukas 2:41-51(1) Lukas 8:4-15(1) Markus 10:13-16(1) Markus 10:35-45(1) Markus 10:46-52(1) Markus 11:27-33(1) Markus 12:28-34(1) Markus 14:12-16(1) Markus 3:20-35(1) Markus 4:26-34(1) Markus 5:21-43(1) Markus 6:1-6(1) Markus 6:30-34(1) Markus 7:1-8,14-15, 21-23(1) Markus 7:31-37(1) Markus 8:27-35(1) Markus 9:30-37(1) Matius 12:14-21(1) Matius 23:1-12(1) Matius 28:16-20(1) Matius 9:14-17(1) Yohanes 17:11b-19(1) Yohanes 19:25-27(1) Yohanes 1:47-51(1) Yohanes 6:60-69(1) Pembuatan Tata Ibadah: Pembuatan Tata Ibadah Katolik, Lagu Perkawinan Katolik, Kalender Liturgi Katolik 2016, Khotbah Katolik 2016, | Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman) MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL - PASKAH - KENAIKAN - PENTAKOSTA - BIASA NEXT: Khotbah Katolik Sabtu, 1 September 2018 - Matius 25:14-30 - BcO 1Tim. 4:1-5:2 - Maria Magdalena Redi, Yohana dari Firenzewarna liturgi Hijau PREV: Khotbah Katolik Sabtu, 25 Agustus 2018 - Matius 23:1-12. BcO Pkh. 11:7-12:14 - Ludovikus, Yosef dr Calasanz All Garis Besar 18 Maret 2024 Yesus membuka pintu Allah - Paus Benediktus XVI 18 Maret 2024 Puasa mengangkat pikiran kepada Allah - St. Fransiskus dari Sales Kamis, 28 Maret 2024 UPACARA PENCUCIAN ALTAR DI BASILIKA SANTO PETRUS PADA KAMIS PUTIH Kamis, 12 Oktober 2023 Panduan Dalam Memakai Rosario |
Links:
lagu-gereja.com,
bible.,
perkantas,
gbi,
GKII,
gkj,
hkbp,
MISA,
gmim,
toraja,
gmit,
gkp,
gkps,
gbkp,
Hillsong,
PlanetShakers,
JPCC Worship,
Symphony Worship,
Bethany Nginden,
Christian Song,
Lagu Rohani,
ORIENTAL WORSHIP,
Lagu Persekutuan
Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia 01 Jadwal Misa Gereja di Jakarta Pusat 1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta02 Jadwal Misa Gereja di Jakarta Barat 03 Jadwal Misa Gereja di Jakarta Timur 04 Jadwal Misa Gereja di Jakarta Utara 05 Jadwal Misa Gereja di Jakarta Selatan 06 Jadwal Misa Gereja di Tangerang 07 Jadwal Misa Gereja di Bekasi - Karawang 08 Jadwal Misa Gereja di Bandung 10 Jadwal Misa Gereja di Bogor - Depok 16 Jadwal Misa Gereja di Makassar 18 Jadwal Misa Gereja di Medan 21 Jadwal Misa Gereja di Palembang 2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya 3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar 4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung 5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan 6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3) April - Sakramen Maha Kudus (6) Bulan Katekese Liturgi(5) Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4) Bulan Oktober - Bulan Rosario(1) Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4) Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4) Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5) Ibadah(1) Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5) Juli - Darah Mulia(2) Juni - Hati Kudus Yesus(10) Maret - Pesta St. Yosep(3) Mei - Bulan Maria(8) Penutup Bulan Rosario(1) Peringatan Arwah(2) Rabu Abu(1) SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7) |
popular pages | Register | Login | e-mail: admin@lagu-gereja.com © 2012 . All Rights Reserved. |