misa.lagu-gereja.com        
 
Minggu, 22 Oktober 2023
Hari Minggu Biasa XXIX Hari Minggu Misi
Yes. 45:1,4-6; Mzm. 96:1,3,4-5,7-8,9-10ac; 1Tes. 1:1-5b;
Matius 22:15-21
BcO 2 Raja-raja 22:8,10-23:4,21-23
Warna Liturgi Hijau
MT/BPI Edisi Baru: 068, 961 Lama: 863, 961
Saran Nyanyian: PS 377, 657, 673, 677, 682, 688, 704

Matius 22:15-21
Tentang membayar pajak kepada Kaisar
22:15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. 22:16 Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. 22:17 Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" 22:18 Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? 22:19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. 22:20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" 22:21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."

Penjelasan:
* Tentang Membayar Pajak kepada Kaisar (22:15-22)
Bukan main-main penderitaan Kristus itu, ketika Ia tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, dan mengalami jerat yang mereka pasang dalam upaya mencari jalan untuk menangkap Dia dengan berbagai alasan. Dalam ayat-ayat ini, kita membaca bagaimana Dia diserang dengan sebuah pertanyaan oleh orang-orang Farisi dan Herodian tentang membayar pajak kepada Kaisar.

Perhatikan baik-baik:
I. Rancangan apa yang mereka adakan. Mereka berunding bagaimana dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Hingga saat itu, sering kali Ia hanya berhadapan dengan imam-imam kepala dan tua-tua saja, yaitu mereka yang memiliki wewenang dan yang lebih mengandalkan kekuasaan daripada kebijakan, dan mereka hanya memeriksa Dia tentang kuasa yang dimiliki-Nya (21:23). Tetapi sekarang ini Ia hendak dijerat dengan soal lain. Kali ini, orang-orang Farisi ingin mencoba apakah bisa menjerat Dia dengan pengetahuan hukum mereka yang dipertentangkan secara licik dengan masalah keagamaan, sehingga mereka bisa memiliki tentamen novum -- sebuah cobaan baru untuk Dia. Perhatikanlah, sia-sialah orang-orang paling baik dan bijaksana mengira bahwa mereka dapat meloloskan diri dari kebencian dan niat buruk orang-orang jahat, atau menjauhkan diri dari perbantahan lidah dengan menggunakan kecerdikan, perhatian, dan kerajinan mereka, atau bahkan dengan ketulusan dan kejujuran mereka. Lihatlah, betapa musuh-musuh Kristus dan Kerajaan-Nya tidak mengenal lelah dalam melakukan perlawanan!

Mereka berunding. Telah dinubuatkan tentang Kristus bahwa para pembesar akan bermufakat bersama-sama melawan Dia (Mzm. 2:2), dan begitulah mereka menganiaya para nabi. Marilah kita mengadakan persepakatan terhadap Yeremia (Yer. 18:18). Perhatikanlah, semakin banyak tipu muslihat dan perundingan untuk berdosa, semakin buruklah dosa itu. Secara khusus, celakalah orang-orang yang merancang kedurjanaan (Mi. 2:1). Semakin banyak akal jahat dalam rancangan dosa, semakin banyak pula niat jahat dalam perbuatan itu.

Tujuan mereka adalah menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka melihat Kristus mengungkapkan pemikiran-Nya dengan bebas dan berani, dan berharap bisa menggiring-Nya pada pokok persoalan yang sangat sensitif supaya dapat memetik keuntungan dari Dia. Itulah cara kuno yang biasa dilakukan oleh pengikut dan utusan Iblis, yaitu membuat orang menjadi pelanggar firman dengan memutarbalikkan, memalsukan, atau menyalahartikan firman. Firman yang dirancang tanpa dosa telah disesatkan dengan usaha keras tiada henti. Demikianlah, mereka memasang jerat terhadap Dia yang menegor mereka di pintu gerbang (Yes. 29:21), dan menggambarkan guru-guru terbaik sebagai pengacau-pengacau besar bagi Israel. Demikianlah orang fasik merencanakan kejahatan terhadap orang benar (Mzm. 37:12-13).

Ada dua cara yang bisa digunakan oleh musuh-musuh Kristus untuk membalas dendam terhadap-Nya, dan menghindarkan diri dari-Nya, yaitu melalui jalur hukum atau melalui kekerasan. Melalui jalur hukum mereka tidak berhasil, kecuali mereka bisa membuat-Nya menjadi orang yang berbahaya bagi pemerintah sipil, karena mereka tidak diperbolehkan membunuh seseorang (Yoh. 18:31), sementara penguasa Romawi cenderung tidak akan mengurusi perselisihan tentang perkataan, nama, atau hukum yang berlaku di antara mereka (Kis. 18:15). Melalui kekerasan, mereka juga tidak bisa melakukannya, kecuali mereka bisa menjadikan Dia sebagai orang yang berbahaya bagi masyarakat, karena masyarakat selalu bisa diperalat oleh siapa saja dalam berbagai tindak kekerasan. Cara ini mereka sebut hantaman terhadap pemberontak. Tetapi orang banyak ini menganggap Kristus sebagai seorang Nabi, dan karena itu musuh-musuh-Nya tidak bisa menghasut mereka untuk melawan Dia. Sekarang (karena ular tua itu sejak permulaan adalah yang paling cerdik dari segala binatang di darat), mereka mencoba menggiring Dia ke dalam suatu dilema atau makan buah simalakama (maju kena, mundur kena), supaya apa pun pilihan-Nya, Ia pasti akan mendatangkan amarah baik orang-orang Yahudi maupun penguasa Romawi. Jawaban apa pun yang diambil-Nya, tetap saja Ia akan mengalami masalah. Dengan demikian mereka akan mencapai maksud mereka dengan menjadikan perkataan-Nya sendiri sebagai jerat.


II. Pertanyaan yang mereka ajukan kepada-Nya sesuai dengan rancangan ini (ay. 16-17). Setelah merencanakan kejahatan ini secara rahasia, di dalam komplotan tertutup, di balik tirai, tanpa membuang-buang waktu lagi mereka melaksanakannya.

Perhatikan baik-baik:
Orang-orang yang mereka peralat. Mereka tidak melakukannya sendiri, takut kalau-kalau rancangan tersebut dicurigai dan Kristus akan menjadi lebih waspada lagi. Sebaliknya, mereka menyuruh murid-murid mereka, yang tidak begitu tampak sebagai penggoda, tetapi lebih mirip sebagai pelajar. Perhatikanlah, orang-orang jahat tidak akan pernah kekurangan peralatan jahat untuk melaksanakan niat jahat mereka. Orang-orang Farisi mempunyai murid-murid yang siap menerima perintah mereka, yang akan pergi ke mana saja demi mereka, dan mengatakan apa saja sesuai pesan mereka. Dan inilah yang mereka lakukan dalam menarik orang-orang untuk memeluk ajaran mereka.

Bersama-sama mereka, orang-orang Farisi ini juga menyuruh orang-orang Herodian, para pengikut salah satu partai politik orang Yahudi yang secara sukarela menjadi pendukung kaisar Romawi dan Herodes yang merupakan wakil kaisar. Mereka suka membujuk orang-orang agar taat kepada pemerintah, dan menekan mereka agar setia membayar pajak. Beberapa orang menduga bahwa mereka adalah para pemungut pajak bumi, seperti para pemungut cukai. Mereka ini mau saja pergi bersama-sama murid-murid kaum Farisi menghadap Kristus tanpa menyadari bahwa sementara orang-orang Herodian menyetujui pembayaran pajak, orang-orang Farisi justru menolaknya, dan dengan menyampaikan masalah ini kepada Kristus, mereka sebenarnya sedang menghadap Sang Hakim yang tepat untuk memutuskan perselisihan mereka ini. Sesuai dengan kekuasaan pemerintahan yang diterimanya, Herodes berkewajiban menjaga penerimaan pajak ini. Dengan membantu Herodes memungut pajak, berarti orang-orang Herodian membantunya tetap disayangi oleh para sahabatnya yang menjadi penguasa di kota Roma. Sebaliknya, orang-orang Farisi sangat giat memperjuangkan kemerdekaan orang-orang Yahudi, dan berbuat apa saja yang bisa mereka lakukan untuk membuat rakyat menjadi tidak sabar atas penjajahan bangsa Romawi. Sekarang, bila Kristus mendukung pembayaran pajak itu, orang-orang Farisi akan menghasut masyarakat melawan Dia. Sebaliknya, bila Ia tidak mendukung atau melarang pembayaran pajak itu, orang-orang Herodian akan meminta pemerintah melawan Dia. Perhatikanlah, merupakan hal yang lazim bagi kelompok yang saling bermusuhan untuk terus melawan Kristus dan Kerajaan-Nya. Anjing-anjing hutan Simson berlari ke segala arah, tetapi dipersatukan oleh sebuah obor (Mzm. 83:4, 6, 8-9). Bila dengan suara bulat mereka melawan, tidakkah kita juga harus demikian dalam menjaga kepentingan Injil?

Kata-kata rayuan yang mereka pakai untuk memulai pertanyaan itu. Kata-kata tersebut sangat menyanjung Juruselamat kita (ay. 16), "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah." Perhatikanlah, segala rencana keji memang biasanya dibungkus dengan kulit yang menggiurkan. Kalau mereka datang kepada Kristus untuk bertanya dengan sungguh-sungguh dan dengan maksud tulus, mereka pasti tidak akan dapat mengungkapkan pertanyaan itu dengan baik. Di sini kebencian diselubungi tipu daya, dan hati jahat disertai bibir manis (Ams. 26:23), seperti Yudas yang mencium sambil menyerahkan Yesus, dan Yoab yang mencium sambil membunuh.

Sekarang perhatikan:
(1) Apa yang mereka katakan tentang Kristus memang benar, dan apakah mereka menyadarinya atau tidak, terpujilah Allah, bahwa kita mengetahui bahwa hal itu benar.
[1] Bahwa Yesus Kristus adalah seorang Guru yang setia, "Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah." Bagi diri-Nya sendiri dikatakan, bahwa Ia adalah seorang yang jujur, Sang Amin, Saksi yang setia. Ia adalah Kebenaran itu sendiri. Apa yang diajarkan-Nya adalah jalan Allah, jalan yang Allah kehendaki untuk kita jalani, jalan wajib yang menuntun kepada kebahagiaan. Itulah jalan Allah. Cara menjalaninya adalah dengan kejujuran. Ia menunjukkan jalan yang lurus kepada mereka, jalan yang harus mereka tempuh. Ia adalah seorang Guru yang mahir, mengenal jalan Allah, dan Guru yang setia, sehingga pasti Ia akan memberi tahu kita juga (Ams. 8:6-9). Ini adalah watak seorang guru yang baik, untuk memberitakan kebenaran, kebenaran yang utuh, dan tidak ada yang lain kecuali kebenaran belaka, dan bukan untuk menindas, menyesatkan, atau memelintir kebenaran untuk mencari keuntungan atau mencari perhatian orang lain. Juga bukan demi kebencian atau keramahtamahan, juga bukan karena hasrat yang kuat untuk menyenangkan hati orang atau karena takut menyinggung perasaan orang lain.
[2] Bahwa Ia adalah seorang Penegur yang berani. Dalam memberitakan firman, Ia tidak takut kepada siapa pun juga. Ia tidak menilai kerut dahi atau senyum seseorang, Ia tidak berusaha menjilat, Ia juga tidak takut, baik kepada para pembesar maupun orang banyak, karena Ia tidak mencari muka. Dalam penghakiman Injil-Nya, Ia tidak memandang muka. Singa dari suku Yehuda tidak mundur terhadap apa pun (Ams. 30:30), tidak akan mundur selangkah pun dari kebenaran, juga tidak dari pekerjaan-Nya, hanya karena ketakutan. Ia menghakimi orang dengan keadilan (Yes. 11:4), dan tidak pernah berat sebelah.
(2) Meskipun yang mereka katakan itu benar, namun tujuan mereka hanyalah untuk menjilat dan kemudian menyerang Dia dengan pujian itu. Mereka memanggil-Nya Guru, tetapi pada saat yang sama mereka merancang untuk menindak Dia sebagai seorang penjahat besar. Mereka berpura-pura menghormati-Nya, sementara mereka bermaksud mencelakakan Dia. Mereka melecehkan kebijaksanaan-Nya sebagai Manusia, dan terlebih lagi kemahatahuan-Nya sebagai Allah yang telah begitu sering Ia buktikan. Mereka melakukan hal ini dengan menjebak Dia dengan kepura-puraan mereka, dan mengira Ia tidak bisa mengetahui maksud mereka yang sebenarnya. Ini benar-benar suatu sikap atheis, ketidakpercayaan luar biasa kepada Allah, suatu kebodohan terbesar di dunia, karena mengira dapat menipu Kristus yang mampu menguji hati (Why. 2:23). Mereka yang mempermainkan Allah hanyalah menipu diri mereka sendiri (Gal. 6:7).

Penyampaian masalah, Katakanlah kepada kami pendapat-Mu. Seolah-olah mereka berkata, "Pendapat orang bermacam-macam mengenai hal ini. Ini adalah masalah nyata yang terjadi setiap hari, dan kami ingin mendengar pendapat-Mu sendiri tentang hal ini, Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" Pertanyaan ini menyiratkan pertanyaan berikutnya, "Apakah Kaisar berhak menuntut pembayaran itu?" Sekitar seratus tahun sebelum kejadian ini, bangsa Yahudi ditaklukkan oleh pedang Romawi, dan seperti bangsa-bangsa lainnya, tunduk pada kuk Romawi dan dijadikan salah satu provinsi kekaisaran tersebut. Karena itu mereka diwajibkan membayar berbagai bea, pajak, dan cukai, kadang-kadang juga berupa pungutan yang berkaitan dengan hak kewarganegaraan. Hal ini menunjukkan bahwa tongkat kerajaan telah beranjak dari Yehuda (Kej. 49:10). Seandainya saja mereka memahami tanda-tanda zaman, seharusnya mereka bisa menyimpulkan bahwa Silo telah tiba, dan Dia-lah orangnya, atau mereka harus menemukan tokoh lain lagi yang lebih tepat untuk menjadi Mesias.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah boleh membayar pajak ini secara sukarela, atau apakah mereka tidak boleh mengharapkan kemerdekaan bangsa mereka seperti zaman dahulu kala, dan tetap menderita di bawah tekanan? Alasan keragu-raguan mereka adalah, karena mereka ini keturunan Abraham maka mereka tidak boleh menjadi hamba siapa pun (Yoh. 8:33). Allah telah menetapkan suatu hukum bagi mereka, bahwa mereka tidak boleh dikuasai oleh seorang asing. Bukankah hal ini menyatakan secara tidak langsung bahwa mereka tidak mau tunduk kepada raja yang berdaulat, negara, atau penguasa yang tidak berasal dari bangsa atau agama mereka? Ini adalah kesalahan lama yang bersumber dari kecongkakan dan tinggi hati yang mendahului kehancuran dan kejatuhan. Sekalipun Yeremia pada zamannya berbicara dalam nama Allah, ia tidak berhasil meyakinkan mereka, juga tidak berhasil membujuk mereka untuk menyerah kepada raja negeri Babel, dan sifat keras kepala mereka atas hal ini kemudian menjadi kehancuran mereka (Yer. 27:12-13). Sekarang, sekali lagi mereka tersandung pada batu yang sama. Beberapa tahun kemudian hal yang sama ini membawa kehancuran akhir atas mereka oleh bangsa Romawi. Mereka benar-benar salah memahami perintah dan hak istimewa yang diberikan kepada mereka, karena firman Allah yang mereka pahami bertentangan dengan rencana perlindungan Allah, dalam hal mana seharusnya mereka menyerah saja dan menerima hukuman atas kejahatan mereka.

Walaupun demikian, karena pertanyaan yang mereka ajukan diharapkan bisa menjerat Kristus, dan jawaban mana pun akan membuat-Nya harus berhadapan dengan amarah kecemburuan orang Yahudi, atau amarah kecemburuan orang Romawi, mereka merasa siap meraih kemenangan. Sama seperti yang dilakukan oleh Firaun atas bangsa Israel, mereka pikir bahwa padang gurun ini telah mengurung Dia, bahwa mau tidak mau pengajaran-Nya harus memilih antara merugikan hak-hak jemaat, atau melanggar hak raja dan negara.


III. Perangkap dipatahkan oleh hikmat Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus mengetahui maksud mereka itu (ay. 18), Ia mengetahui kejahatan hati mereka, karena percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang bersayap (Ams. 1:17). Godaan yang telah tercium berarti sudah setengah ditaklukkan. Bahaya terbesar bagi kita berasal dari ular-ular yang berada di balik rerumputan hijau. Kemudian Yesus berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?" Perhatikanlah, apa pun kedok yang dikenakan oleh orang-orang munafik, Tuhan Yesus mampu menembusnya. Ia mengetahui semua kejahatan yang ada di dalam hati orang yang berpura-pura, dan dengan mudah menyatakan mereka bersalah, dan menyingkapkan semuanya di hadapan mereka. Ia tidak bisa ditipu seperti kita oleh berbagai pujian menjilat dan kepura-puraan yang menarik hati. Ia yang menguji hati bisa langsung menyebut orang sebagai munafik seperti yang dilakukan Ahia terhadap istri Yerobeam (1Raj. 14:6), "Mengapakah engkau berbuat seolah-olah engkau orang lain? Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?" Perhatikanlah, orang-orang munafik mencobai Yesus Kristus dengan cara menguji pengetahuan-Nya, apakah Ia mampu membuka kedok mereka melalui penyamaran mereka. Mereka menguji kekudusan dan kejujuran-Nya, apakah Ia akan mengizinkan mereka bergabung dalam jemaat-Nya. Tetapi, bila mereka yang pada zaman dahulu kala telah mencobai Kristus, yang kala itu belum menampakkan diri-Nya secara jelas, dibinasakan oleh ular-ular, betapa beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas mereka yang sekarang mencobai Dia di tengah-tengah terang dan kasih Injil! Mereka yang mencobai Kristus pasti tidak akan berhasil, karena mata-Nya bukan hanya melihat, tetapi menembus jauh ke dalam. Selain itu mata-Nya yang lebih suci membenci kejahatan terselubung orang-orang munafik yang berusaha menyembunyikan dalam-dalam rencana mereka dari-Nya.

Ia meloloskan diri-Nya dari jebakan mereka. Atas kemunafikan itu, mereka pantas mendapat jawabannya juga (pertanyaan penuh kebencian dan menjebak seperti itu patut dicela, bukan dijawab). Tuhan Yesus kita memberi jawaban lengkap atas pertanyaan mereka. Ia mendahuluinya dengan sebuah bukti pernyataan yang mendukung, supaya Ia bisa menetapkan peraturan bagi jemaat-Nya mengenai hal ini, serta sekaligus menghindari menyakiti hati orang dan mematahkan jerat yang dipasang.

(1) Ia memaksa mereka, lebih cepat daripada yang mereka sadari, untuk mengakui kekuasaan Kaisar atas mereka (ay. 19-20). Dalam berurusan dengan mereka yang suka menjebak, sangat baik bila kita bisa memberikan alasan sebelum memberikan penyelesaian kita, dan bila mungkin alasan itu berupa keadaan yang meyakinkan melalui pengakuan mereka sendiri. Dengan demikian, bukti kebenaran itu akan membungkam semua sanggahan mereka secara mengejutkan, karena mereka hanya berpegang pada perlawanan mereka atas kebenaran itu, bukan terhadap alasan itu sendiri, "Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Ia tidak memiliki uang apa pun untuk meyakinkan mereka. Tampaknya sekeping uang pun tidak Ia miliki, karena demi kita Ia telah mengosongkan diri-Nya, dan menjadi miskin. Ia memandang rendah kekayaan dunia ini, dan karena itu mengajarkan kita agar tidak terlampau mementingkan kekayaan. Perak dan emas tidak ada pada-Nya, mengapa kita ingin membebani hidup kita dengan barang-barang fana itu? Orang-orang Romawi menghendaki pembayaran pajak dilakukan dengan mata uang mere ka sendiri, yang memang berlaku di antara orang-orang Yahudi pada zaman itu. Karena itu mata uang itu dinamakan uang untuk pajak. Ia tidak menyebutkan pecahan nilai tertentu selain uang untuk pajak, untuk menunjukkan bahwa Ia tidak peduli dengan masalah nilai uang, dan juga tidak mau memusingkan diri-Nya sendiri dengan itu. Hati-Nya hanya tertuju kepada hal-hal yang lebih baik, yaitu Kerajaan Allah serta kekayaan dan kebenaran yang ada di dalamnya. Hati kita juga harus demikian. Kemudian mereka membawa suatu dinar kepada-Nya, satu dinar Romawi yang terbuat dari perak dan setara dengan upah seorang pekerja dalam sehari. Uang logam dengan nilai ini umum digunakan pada zaman itu. Mata uang ini dicetak dengan gambar dan tulisan kaisar untuk menjamin kepercayaan masyarakat umum tentang nilai pecahan mata uang itu, sebuah cara yang disepakati oleh sebagian besar bangsa di dunia ini guna mempermudah peredaran uang. Gambar yang dicetak pada uang selalu dipandang sebagai cara untuk menyatakan kekuasaan pemerintah yang berdaulat, sedangkan pengakuan atas uang tersebut sebagai alat bayar yang baik dan sah menunjukkan bahwa kita tunduk kepada kekuasaan tersebut. Betapa bahagianya kita kalau kita memiliki undang-undang dasar, dan betapa berbahagianya kita kalau kita hidup di dalam negara yang meskipun gambar dan tulisan menjadi milik negara, namun hak miliknya ada pada warga negara dan dilindungi hukum, sehingga apa yang kita punyai kita bisa sebut sebagai milik kita!

Kristus bertanya kepada mereka, "Gambar siapakah ini?" Mereka mengakuinya sebagai gambar Kaisar, sehingga dengan itu membuktikan kepalsuan mereka yang berkata, "Kami tidak akan pernah menjadi hamba siapa pun," dan menegaskan apa yang kemudian mereka katakan, "Kami tidak memiliki raja selain Kaisar." Itulah aturan yang tertulis dalam Kitab Talmud orang Yahudi, bahwa "Barangsiapa yang mata uangnya berlaku, dialah raja negara itu."
Beberapa orang berpendapat bahwa tulisan yang tertera di atas uang logam itu adalah peringatan penaklukan Yudea oleh orang Romawi, anno post captam Judaeam -- tahun setelah peristiwa penaklukan itu dan bahwa hal itu juga diakui mereka.

(2) Setelah itu Yesus menyimpulkan keabsahan pembayaran pajak kepada Kaisar (ay. 21). "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar," bukan, "Bayarlah kepada Kaisar" (seperti yang mereka ungkapkan dalam ayat 17), tetapi, "Berikan, kembalikan, atau pulangkan, bila Kaisar ingin mengisi pundi-pundi, biarlah Kaisar memerintah mereka. Sekarang sudah terlambat untuk memperdebatkan soal membayar pajak kepada Kaisar, karena negerimu telah menjadi sebuah provinsi kekaisaran. Setelah hubungan itu diakui, kewajiban itu harus dilaksanakan. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar, dan khususnya, pajak kepada orang yang berhak menerima pajak."

Sekarang, dengan jawaban ini:
[1] Tidak ada lagi perlawanan yang diberikan. Sungguh suatu kehormatan bagi Kristus dan ajaran-Nya, bahwa Ia tidak berat sebelah, seperti layaknya seorang Hakim atau Penengah, dalam urusan pajak ini, tetapi menyerahkan urusannya kepada mereka sendiri apa adanya, karena Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Dengan ini Ia memberi contoh kepada para pelayan-Nya, yang pekerjaannya berurusan dengan hal-hal kudus, agar tidak turut campur tangan memperdebatkan hal-hal duniawi, agar tidak terlibat terlampau jauh dalam pertentangan yang terkait dengan masalah itu, tetapi menyerahkannya kepada mereka yang memang bertanggung jawab atas hal itu. Para pelayan Tuhan yang memperhatikan urusannya sendiri dan menyenangkan hati tuannya, tidak boleh memusingkan diri dengan soal-soal penghidupannya. Mereka akan kehilangan bimbingan Roh Allah serta kelimpahan pemeliharaan-Nya bila berjalan menyimpang. Kristus tidak membahas soal hak kaisar, tetapi Ia memerintahkan kita untuk tunduk dengan rela hati kepada kekuasaan yang ada. Oleh karena itu, pemerintah tidak memiliki alasan untuk menyerang keputusan-Nya, justru malah harus berterima kasih kepada-Nya, karena hal itu akan memperkuat apa yang diinginkan Kaisar dari rakyat, yang menganggap-Nya sebagai seorang Nabi. Tetapi, para penuduh-Nya menjadi lebih kurang ajar lagi, meskipun jelas-jelas Ia memerintahkan agar mereka memberikan kepada Kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar, mereka memutarbalikkan hal ini dalam dakwaan kepada-Nya, bahwa Ia melarang membayar pajak kepada Kaisar (Luk. 23:2). Orang-orang Farisi tidak dapat mendakwa Dia di hadapan rakyat banyak, karena sebelum menyadari masalahnya, mereka sudah mematuhi dan melaksanakan ketentuan itu terlebih dahulu, sehingga sudah terlambat untuk mengelak dari apa yang dikatakan Yesus. Perhatikanlah, meskipun kebenaran tidak mencari-cari kecurangan yang tersembunyi, kadang-kadang diperlukan cara kerja yang bijaksana dan hati-hati guna mencegah perlawanan yang mungkin timbul.

[2] Musuh-musuh-Nya dicela.
Pertama, beberapa orang di antara mereka berharap Ia melarang membayar pajak kepada Kaisar, sehingga mereka memiliki alasan untuk menyimpan uang mereka. Begitulah, banyak orang suka memaafkan diri mereka sendiri untuk tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan dengan berdalih-dalih apakah mereka boleh melakukannya atau tidak.
Kedua, mereka semua menolak memberikan apa yang seharusnya diberikan kepada Allah. Mereka dicela karena sementara memperjuangkan kemerdekaan sipil, mereka malah kehilangan kehidupan dan kuasa iman, sehingga perlu diingatkan tentang kewajiban mereka kepada Allah melalui peringatan akan kewajiban mereka kepada Kaisar.



BcO 2 Raja-raja 22:8,10-23:4,21-23
22:8 Berkatalah imam besar Hilkia, kepada Safan, panitera itu: "Telah kutemukan kitab Taurat itu di rumah TUHAN!" Lalu Hilkia memberikan kitab itu kepada Safan, dan Safan terus membacanya.

22:10 Safan, panitera itu, memberitahukan juga kepada raja: "Imam Hilkia telah memberikan kitab kepadaku," lalu Safan membacakannya di depan raja. 22:11 Segera sesudah raja mendengar perkataan kitab Taurat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya. 22:12 Kemudian raja memberi perintah kepada imam Hilkia, kepada Ahikam bin Safan, kepada Akhbor bin Mikha, kepada Safan, panitera itu, dan kepada Asaya, hamba raja, katanya: 22:13 "Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi rakyat dan bagi seluruh Yehuda, tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang bernyala-nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini dengan berbuat tepat seperti yang tertulis di dalamnya." 22:14 Maka pergilah imam Hilkia, Ahikam, Akhbor, Safan dan Asaya kepada nabiah Hulda, isteri seorang yang mengurus pakaian-pakaian, yaitu Salum bin Tikwa bin Harhas; nabiah itu tinggal di Yerusalem, di perkampungan baru. Mereka memberitakan semuanya kepadanya. 22:15 Perempuan itu menjawab mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel! Katakanlah kepada orang yang menyuruh kamu kepada-Ku! 22:16 Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan malapetaka atas tempat ini dan atas penduduknya, yakni segala perkataan kitab yang telah dibaca oleh raja Yehuda; 22:17 karena mereka meninggalkan Aku dan membakar korban kepada allah lain dengan maksud menimbulkan sakit hati-Ku dengan segala pekerjaan tangan mereka; sebab itu kehangatan murka-Ku akan bernyala-nyala terhadap tempat ini dengan tidak padam-padam. 22:18 Tetapi kepada raja Yehuda, yang telah menyuruh kamu untuk meminta petunjuk TUHAN, harus kamu katakan demikian: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Mengenai perkataan yang telah kaudengar itu, 22:19 oleh karena engkau sudah menyesal dan engkau merendahkan diri di hadapan TUHAN pada waktu engkau mendengar hukuman yang Kufirmankan terhadap tempat ini dan terhadap penduduknya, bahwa mereka akan mendahsyatkan dan menjadi kutuk, dan oleh karena engkau mengoyakkan pakaianmu dan menangis di hadapan-Ku, Akupun telah mendengarnya, demikianlah firman TUHAN, 22:20 sebab itu, sesungguhnya Aku akan mengumpulkan engkau kepada nenek moyangmu, dan engkau akan dikebumikan ke dalam kuburmu dengan damai, dan matamu tidak akan melihat segala malapetaka yang akan Kudatangkan atas tempat ini." Lalu mereka menyampaikan jawab itu kepada raja.
Pembaharuan yang dilakukan Yosia
23:1 Sesudah itu raja menyuruh orang mengumpulkan semua tua-tua Yehuda dan Yerusalem. 23:2 Kemudian pergilah raja ke rumah TUHAN dan bersama-sama dia semua orang Yehuda dan semua penduduk Yerusalem, para imam, para nabi dan seluruh orang awam, dari yang kecil sampai yang besar. Dengan didengar mereka ia membacakan segala perkataan dari kitab perjanjian yang ditemukan di rumah TUHAN itu. 23:3 Sesudah itu berdirilah raja dekat tiang dan diadakannyalah perjanjian di hadapan TUHAN untuk hidup dengan mengikuti TUHAN, dan tetap menuruti perintah-perintah-Nya, peraturan-peraturan-Nya dan ketetapan-ketetapan-Nya dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan untuk menepati perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu. Dan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu. 23:4 Raja memberi perintah kepada imam besar Hilkia dan kepada para imam tingkat dua dan kepada para penjaga pintu untuk mengeluarkan dari bait TUHAN segala perkakas yang telah dibuat untuk Baal dan Asyera dan untuk segala tentara langit, lalu dibakarnyalah semuanya itu di luar kota Yerusalem di padang-padang Kidron, dan diangkutnyalah abunya ke Betel.

23:21 Kemudian raja memberi perintah kepada seluruh bangsa itu: "Rayakanlah Paskah bagi TUHAN, Allahmu, seperti yang tertulis dalam kitab perjanjian ini!" 23:22 Sebab tidak pernah lagi dirayakan Paskah seperti itu sejak zaman para hakim yang memerintah atas Israel dan sepanjang zaman raja-raja Israel dan raja-raja Yehuda. 23:23 Tetapi barulah dalam tahun kedelapan belas zaman raja Yosia Paskah ini dirayakan bagi TUHAN di Yerusalem.

Penjelasan:
* Pemerintahan yang Saleh oleh Yosua; Kitab Taurat Dibacakan (22:1-10)
Mengenai Yosia kita diberi tahu di sini,

I. Bahwa dia masih sangat muda ketika mulai memerintah (ay. 1), baru 8 tahun. Salomo berkata, Wahai engkau tanah, kalau rajamu seorang kanak-kanak. Tetapi berbahagialah engkau, Wahai tanah! Ketika rajamu masih seorang anak kecil. Kerajaan Inggris dahulu juga pernah memiliki seorang raja yang masih anak kecil, yaitu Edward VI. Yosia, sebagai anak kecil, belum menerima pengaruh apa pun yang buruk dari teladan ayahnya dan kakeknya, tetapi segera melihat kesalahan-kesalahan mereka, dan Allah memberikan anugerah-Nya untuk memperingatkannya (lih. Yeh. 18:14, dst).

II. Bahwa dia melakukan apa yang benar di mata TUHAN (ay. 2). Lihatlah kedaulatan dari anugerah Ilahi. Sang ayah meninggal dan pergi untuk binasa di dalam dosanya, tetapi sang anak menjadi sebuah bejana pilihan. Lihatlah kemenangan dari anugerah tersebut, Yosia lahir dari seorang ayah yang jahat, yang tidak memberikan pendidikan yang baik atau teladan baik yang kepadanya, tetapi banyak orang di sekelilingnya tidak diragukan lagi menasihati dia untuk mengikuti jejak langkah ayahnya dan sedikit saja yang memberi dia nasihat yang baik. Namun demikian, anugerah Allah membuat dia menjadi seorang saleh yang menonjol, dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar dan dicangkokkan pada pohon zaitun sejati (Rm. 11:24). Tidak ada hal yang terlalu sukar bagi anugerah untuk dilakukan. Ia menempuh jalan yang baik, dan tidak menyimpang, seperti yang dilakukan oleh beberapa dari pendahulunya yang awalnya telah memulai dengan baik, ke kanan atau ke kiri. Ada kesalahan di kedua belah tangan, tetapi Allah menjaganya di jalan yang benar. Ia tidak jatuh ke dalam takhayul atau kecemaran.

III. Bahwa dia mengurus perbaikan rumah TUHAN. Hal ini dilakukannya di tahun ke-18 pemerintahannya (ay. 3). Bandingkanlah 8. Sejak muda sekali dia sudah mencari TUHAN (seperti tampak jelas di dalam 2 Tawarikh 34:3), tetapi tidak dapat segera mengadakan pebaharuan, karena takut akan berjalan lambat dan menjumpai banyak perlawanan, sehingga akan berhasil sebagaimana yang diinginkan dan dirancangnya. Karena itu ia harus menunggu sampai kekuasaannya mantap dan kokoh sepenuhnya. Ketika kita masih lemah, banyak waktu tak terhindarkan lagi akan hilang, dan karena itu begitu waktunya tiba, kita harus bertindak dengan lebih bersemangat dan giat dalam melayani Allah. Karena terlambat untuk memulai, maka kita perlu bekerja keras. Ia mengirim Safan, panitera atau sekretaris kerajaan, kepada Hilkia sang imam besar, untuk mengambil uang yang telah dikumpulkan untuk pekerjaan rumah Tuhan oleh para penjaga pintu (ay. 4). Tampaknya, mereka menempuh banyak cara yang sama untuk mengumpulkan uang seperti yang telah dilakukan oleh Yoas (12:9). Ketika rakyat memberi sedikit demi sedikit, beban tidak akan terasa, dan, karena bersifat sukarela, sumbangan itu tidak dikeluhkan. Uang ini, setelah dikumpulkan, raja memerintahkan imam Hilkia untuk menggunakannya bagi perbaikan rumah TUHAN (ay. 5-6). Dan para pekerja seperti di zaman Yoas, tampaknya bekerja dengan begitu baik sehingga tidak usahlah mengadakan perhitungan dengan mereka (ay. 7), yang tentunya disebut sebagai pujian kepada mereka, bahwa mereka terkenal jujur. Memang tidaklah salah untuk mengadakan perhitungan dengan para pekerja, supaya orang lain juga merasa puas dengan kejujuran mereka.

IV. Bahwa, dalam memperbaiki rumah TUHAN, kitab Taurat dengan gembira telah ditemukan dan dibawa kepada sang raja (ay. 8, 10). Beberapa penafsir menduga kitab ini ditulis tangan sendiri, naskah asli, dari lima kitab Musa. Penafsir lain menduga itu hanyalah sebuah salinan kuno yang asli. Kemungkinan besar kitab tersebut, oleh perintah Musa, ditaruh di dalam ruang maha kudus (Ul. 31:24, dst.).

1. Sepertinya, kitab Taurat ini telah hilang atau terlupakan. Mungkin kitab itu secara sembrono salah disimpan dan diabaikan, dilemparkan ke suatu sudut (seperti beberapa orang melempar Alkitab mereka), oleh mereka yang tidak tahu nilai dari kitab tersebut, dan terlupakan di sana. Atau dengan maksud jahat disembunyikan oleh beberapa raja penyembah berhala, atau kaki tangan mereka, yang ditahan oleh Penyelenggaraan Allah atau hati nurani mereka sendiri untuk tidak membakar dan menghancurkannya, tetapi hanya menguburkannya, dengan harapan kitab itu tidak akan pernah diketemukan lagi. Atau, seperti perkiraan beberapa orang, kitab tersebut dengan hati-hati ditaruh oleh beberapa sahabatnya, jangan sampai terjatuh ke dalam tangan para musuhnya. Siapa pun yang telah menjadi alat penjaganya, kita harus mengakui campur tangan Allah di dalamnya. Seandainya ini adalah satu-satunya salinan yang asli dari Pentateukh yang ada pada saat itu, maka melihat nyaris saja kitab ini punah, saya jadi bertanya-tanya mana mungkin hati semua orang baik tidak akan gemetar menemukan harta yang suci tersebut, seperti hati imam Eli ketika menemukan tabut perjanjian. Karena itu, saya yakin kita sekarang juga punya alasan untuk bersyukur kepada Allah, dengan sembah sujud, atas penyelenggaraan Allah sehingga Hilkia menemukan kitab itu, menemukannya ketika dia tidak mencarinya (Yes. 65:1). Seandainya Kitab Suci tersebut bukan dari Allah, maka kitab itu tidak mungkin ada sampai sekarang ini. Pemeliharaan Allah atas Alkitab adalah suatu petunjuk yang jelas akan perhatian-Nya terhadapnya.

2. Tidak pasti apakah kitab ini satu-satunya salinan asli yang ada saat itu, namun sepertinya hal-hal yang terkandung di dalamnya baru bagi raja sendiri dan bagi sang imam besar. Sebab begitu membacanya, raja langsung mengoyakkan pakaiannya. Kita punya alasan untuk menduga perintah kepada raja untuk menyalin sebuah salinan kitab itu dan untuk membacakannya kepada rakyat setiap tahun yang ketujuh (Ul. 17:18; 31:10-11), sudah lama tidak dijalankan lagi. Ketika sarana-sarana yang telah ditetapkan untuk memelihara agama diabaikan, maka agama itu sendiri pun akan segera punah. Di lain pihak, jika kitab Taurat hilang, maka sepertinya sukar untuk menentukan aturan manakah yang diikuti oleh Yosia untuk melakukan apa yang benar di mata TUHAN, dan bagaimana para imam dan umat mengikuti semua upacara agama mereka. Saya rasa rakyat itu umat umumnya menjalankan hal-hal ringkasan dari kitab Taurat saja, seperti aturan yang disederhanakan, supaya para imam tidak sulit untuk menulisnya dan umat tidak perlu membaca panjang lebar. Mereka mungkin hanya menjalankan semacam upacara yang menuntun mereka dalam menjalankan agama, tetapi meninggalkan apa yang mereka pikirkan cocok, terutama janji-janji dan ancamannya (Im. 26 dan Ul. 28, dst.), sebab saya mengamati bahwa hal-hal yang diabaikan ini adalah bagian dari Taurat yang sangat menggugah hati Yosia (ay. 13), sebab semuanya itu baru baginya. Tidak ada ringkasan, inti sari atau kumpulan, yang diambil dari Alkitab, kendati semuanya itu dapat berguna, yang dapat dengan baik menyampaikan dan menyimpan pengetahuan akan Allah dan kehendak-Nya selain Alkitab itu sendiri. Tidaklah mengherankan jika rakyat dahulu begitu rusak ketika kitab Taurat sedemikian langka tersedia di antara mereka. Di mana tidak ada penglihatan, maka rakyat akan binasa. Orang-orang yang berupaya merusak rakyat, tidak diragukan lagi akan menggunakan segala cara untuk menyingkirkan kitab Taurat itu dari tangan mereka.

3. Sungguh pertolongan Allah yang sungguh besar dan sebuah tanda yang baik bagi Yosia dan rakyatnya, bahwa kitab Taurat itu pada saat yang tepat dibawa ke tempat terang, untuk mengarahkan dan mempercepat pembaharuan yang terberkati yang telah dimulai oleh Yosia itu. Merupakan sebuah tanda bahwa Allah telah menyediakan rahmat-Nya bagi suatu umat ketika Ia menyatakan hukum-Nya di antara mereka dan membuatnya dihormati, dan melengkapi mereka dengan sarana untuk meningkatkan pengetahuan mereka akan Kitab Suci. Penerjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa-bahasa biasa merupakan kemuliaan, kekuatan, dan sukacita ketika gerakan Reformasi atau pembaharuan dilakukan dahulu. Dapat diamati bahwa umat akan memulai suatu pekerjaan yang baik, yaitu memperbaiki rumah TUHAN, ketika mereka menemukan kitab Taurat. Orang-orang yang melakukan tugas sesuai dengan pengetahuan mereka akan meningkatkan pengetahuan mereka. Siapa yang mempunyai, kepadanya akan ditambahkan. Kitab Taurat itu menjadi upah yang sangat besar atas segala perhatian dan biaya yang telah mereka keluarkan untuk memperbaiki rumah TUHAN.

4. Hilkia sang imam sangat luar biasa senang dengan penemuan kitab Taurat ini. “Ayo,” katanya kepada Safan, “bergembiralah bersama aku, karena telah kutemukan kitab Taurat itu, heureµka, heureµka, Telah kutemukan, Telah kutemukan, mutiara yang tak terukur nilainya itu. Kemari, bawa kitab ini kepada raja. Ini adalah mutiara yang termahal dari mahkota raja. Bacakanlah di hadapannya. Ia hidup sama seperti Daud, dan, jika dia mau seperti Daud, maka dia akan mencintai kitab Taurat dan menyambutnya. Kitab Taurat itu akan menjadi kegirangan dan penasihatnya.”





Daftar Label dari Kategori Renungan Katolik 2023




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Renungan Katolik Senin, 23 Oktober 2023 - Lukas 12: 13-21 - BcO Nahum 1:1-8; 3:1-7,12-15a - Yohanes dr Kapestrano

PREV:
Renungan Katolik Sabtu, 21 Oktober 2023 - Lukas 12:8-12 - BcO Yeremia 9:2-12,17-22 - Hari biasa





Arsip Renungan Katolik 2023..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)