misa.lagu-gereja.com        
 
Minggu, 29 Oktober 2023
Hari Minggu Biasa XXX
Kel. 22:21-27; Mzm. 18:2-3a,3bc-4,47,51ab; 1Tes. 1:5c-10;
Matius 22:34-40
BcO Yeremia 23:9-17,21-29
Warna Liturgi Hijau
MT/BPI Edisi Baru: 069, 961 Lama: 839, 962
Saran Nyanyian: PS 659(ayat2-4), 660, 661, 662, 663, 676(bait1-2, 5-6), 699

Baca Juga:


Matius 22:34-40
Hukum yang terutama
22:34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka 22:35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: 22:36 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" 22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Penjelasan:

* Hukum yang Terutama (22:34-40)
Di sini kita membaca tentang percakapan antara Kristus dan seorang Farisi yang ahli hukum tentang hukum yang terutama di dalam hukum Taurat.

Perhatikan baik-baik:
I. Kumpulan orang Farisi menentang Kristus (ay. 34). Mereka mendengar bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, telah mengatup mulut mereka, meskipun pemahaman mereka sendiri belum terbuka. Orang-orang Farisi itu berkumpul, bukan untuk menyampaikan terima kasih dari pihak mereka seperti yang seharusnya dilakukan atas keberhasilan Kristus menegaskan dan meneguhkan kebenaran terhadap orang-orang Saduki yang menjadi musuh agama mereka. Sebaliknya, mereka malah mencobai Dia dengan harapan mendapat nama baik dengan membingungkan Dia yang telah berhasil membingungkan orang Saduki. Bukannya merasa senang bahwa orang-orang Saduki telah dibungkamkan, mereka malah merasa lebih jengkel karena Dia dihormati. Mereka lebih peduli pada kelaliman dan tradisi mereka sendiri yang selama ini ditentang oleh Kristus daripada pengajaran tentang kebangkitan dan kehidupan mendatang yang ditentang oleh orang Saduki. Perhatikanlah, sikap ini merupakan contoh bentuk iri hati dan kedengkian model orang Farisi, yakni suka merasa tidak senang bila orang lain yang tidak disukai berhasil mempertahankan suatu kebenaran yang diimani. Rasul Paulus yang terberkati memiliki pemikiran yang sebaliknya (Flp. 1:18).

II. Pertanyaan yang diajukan si ahli hukum itu kepada Kristus. Para ahli hukum seperti orang ini adalah orang-orang yang belajar dan sekaligus mengajar hukum Musa, seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat pada umumnya. Tetapi sebagian orang berpendapat bahwa para ahli hukum seperti ini lebih menekuni pertanyaan-pertanyaan praktis daripada ahli Taurat pada umumnya. Mereka mempelajari dan mengakui praktik keagamaan sehari-hari. Si ahli hukum ini bertanya untuk mencobai Dia, tetapi ia tidak bermaksud menjebak Dia, sebagaimana yang tampak pada penuturan Markus tentang kisah ini, di mana dialah orangnya yang dituju oleh Kristus ketika berkata, "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" (Mrk. 12:34). Orang itu hanya ingin mengetahui apa pendapat Kristus, dan mengadakan percakapan dengan-Nya, untuk memuaskan rasa ingin tahunya sendiri dan juga kawan-kawannya.

Pertanyaannya adalah, "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tidak ada gunanya, karena semua hukum Allah adalah mulia (Hos. 8:12), dan semua kebijaksanaan dari sorga tidak bisa dipilah-pilah, tidak boleh memandang bulu dalam pengajaran Taurat (Mal. 2:9), semua hukum Allah harus dihormati. Namun, ada benarnya juga kalau dikatakan bahwa ada beberapa perintah yang memang merupakan dasar bagi aturan-aturan Allah. Perintah-perintah semacam ini cakupannya lebih luas dan mencakup perintah-perintah lainnya. Juruselamat kita berbicara tentang yang terpenting dalam hukum Taurat (23:23).

Maksudnya adalah untuk menguji Dia, atau mencobai Dia, apakah pengetahuan-Nya sepadan dengan segala penghakiman yang dibuat-Nya selama ini. Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sering diperdebatkan di antara para peneliti hukum Taurat sendiri. Beberapa orang mengatakan bahwa hukum penyunatan adalah hukum yang terutama, yang lain mengatakan hukum Hari Sabat, yang lain lagi lebih mengutamakan hukum korban, masing-masing sesuai dengan pengajaran yang paling menyentuh hati dan kegiatan mereka masing-masing. Sekarang mereka ingin menguji apa jawab Kristus atas pertanyaan ini, dengan harapan untuk menyulut kemarahan orang banyak terhadap-Nya, seandainya Ia tidak menjawab sesuai pendapat umum. Bila Ia mengutamakan salah satu perintah, mereka akan menuduh-Nya dengan tuduhan melecehkan perintah-perintah yang lain. Pertanyaan itu tidak terlampau berbahaya. Dengan membandingkan apa yang ditulis dalam Lukas 10:27-28, tampaknya sudah menjadi suatu butir kesepakatan di antara para ahli hukum bahwa kasih kepada Allah dan sesama kita merupakan hukum yang terutama dan inti dari hukum-hukum lainnya, dan di sini Kristus menyetujui pendapat demikian. Karena itu, bila sekarang mereka mempertanyakan hal itu kepada-Nya, tampaknya mereka lebih bermaksud melecehkan Dia dengan menguji-Nya seperti seorang anak kecil, daripada bermaksud untuk mendebat Dia dengan penuh kebencian sebagai seorang lawan.


III. Jawaban Kristus atas pertanyaan ini. Pertanyaan seperti itu layak juga kita tanyakan kepada-Nya sehingga kita dapat memperoleh jawaban-Nya. Orang-orang besar tidak akan merasa dilecehkan bila mereka harus menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana. Sekarang Kristus mempercayakan perintah ini kepada kita sebagai perintah-perintah agung, supaya kita jangan mengucilkan perintah lain, tetapi sebaliknya merangkumnya juga.

Perhatikan baik-baik:
Hukum manakah yang terutama (ay. 37-39). Bukan hukum-hukum pengadilan. Hukum-hukum tersebut tidak mungkin menjadi yang terutama, karena jumlah orang Yahudi yang berurusan dengan hukum-hukum itu begitu sedikit. Bukan juga hukum-hukum yang sifatnya upacara belaka, karena sudah semakin usang dan segera lenyap. Juga bukan ajaran moral tertentu. Sebaliknya, hukum yang terutama adalah kasih kepada Allah dan sesama, yang menjadi sumber dan landasan bagi hukum-hukum lainnya, yang tentu saja mengikuti hukum-hukum utama tersebut.

(1) Semua hukum digenapi dalam satu kata, yaitu kasih (Rm. 13:10). Semua kepatuhan dimulai dari kasih sayang, dan tidak akan sesuatu apa pun dalam agama yang bisa dilakukan dengan benar jika tidak ada rasa kasih terlebih dahulu. Kasih adalah rasa sayang yang menuntun, yang memberikan hukum dan landasan bagi hukum-hukum lainnya. Oleh karena itu, sebagai benteng utama, kasih itu harus diberikan dan dipertahankan bagi Allah. Manusia adalah ciptaan yang dibentuk untuk kasih, karena itu hukum yang tertulis di dalam hati adalah hukum kasih. Kasih adalah sebuah kata yang singkat dan manis. Bila kasih itu memenuhi hukum, pastilah kuk perintah itu akan terasa sangat mudah. Kasih adalah perhentian dan kepuasan jiwa. Bila kita berjalan di jalan yang sudah tua tetapi indah ini, kita akan menemukan perhentian.

(2) Mengasihi Allah adalah perintah pertama dan terutama dari semuanya, dan merupakan intisari dari semua perintah yang tertulis di atas loh batu yang pertama. Tindakan kasih yang dilakukan dengan benar akan membawa kepuasan. Kebaikan adalah tujuan yang benar dari kasih. Nah, Allah yang kebaikan-Nya tidak terbatas, sejak permulaan dan sampai selama-lamanya, harus menjadi yang pertama-tama untuk dikasihi, tidak boleh ada yang dikasihi selain Dia dan apa yang dikasihi karena Dia. Kasih adalah hal pertama dan terutama yang dituntut Allah dari diri kita, dan karena itu menjadi hal pertama dan terutama yang kita persembahkan kepada-Nya.
Sekarang, di sini kita diarahkan:

- Untuk mengasihi Allah sebagai Allah kita, Kasihilah Tuhan, Allahmu seperti milikmu sendiri. Perintah yang pertama adalah, Janganlah ada padamu allah lain, yang secara tidak langsung menyatakan kita harus memiliki Dia sebagai Allah kita, dan hal itu akan menarik kasih kita kepada-Nya. Mereka yang menjadikan matahari dan bulan sebagai allah mereka, juga mengasihi benda-benda langit itu (Yer. 8:2; Hak. 18:24). Mengasihi Allah seperti milik kita sendiri adalah mengasihi Dia karena Ia adalah milik kita, Pencipta kita, Pemilik kita, dan Penguasa kita. Oleh karena itu, kita harus bertingkah laku layaknya Dia milik kita, dengan segala ketaatan dan ketergantungan pada-Nya. Kita harus mengasihi Allah sebagaimana Dia sudah diperdamaikan dengan kita, dan Dia sudah menjadikan Dia milik kita melalui perjanjian-Nya sendiri. Itulah dasarnya mengapa Dia adalah Allahmu.

- Mengasihi Dia dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi kita. Beberapa orang berpendapat bahwa ketiga hal ini menunjukkan sesuatu yang sama, yaitu mengasihi Dia dengan segenap kekuatan kita. Sementara ada juga yang membedakan ketiga hal itu dengan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hati, jiwa, dan akal budi adalah kehendak, kasih sayang, dan pengertian; atau indra kemampuan yang sangat penting untuk hidup yang mencakup masalah merasa dan berpikir. Kasih kita kepada Allah haruslah kasih yang tulus, bukan hanya kata-kata di lidah saja, seperti mereka yang berkata mengasihi Dia, tetapi hati mereka tidak bersama Dia. Kasih itu haruslah kasih yang kuat, kita harus mengasihi Dia pada tingkat yang paling dalam. Sebagaimana kita harus memuji Dia, begitu juga kita harus mengasihi Dia, dengan segenap batin kita (Mzm. 103:1). Kasih itu haruslah tunggal dan terunggul, kita harus mengasihi-Nya lebih dari segala yang lain. Inilah seluruh alur yang harus dilalui oleh kasih sayang kita. Hati harus menyatu dalam mengasihi Allah, tidak boleh terbagi-bagi. Semua kasih kita terlampau kecil untuk dipersembahkan kepada-Nya, dan karena itu segenap kekuatan jiwa harus dikerahkan dan dibawa kepada-Nya. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama, karena kepatuhan pada hal ini menjadi sumber kepatuhan bagi semua hukum lainnya. Semua hukum lainnya akan diterima kalau mengalir dari kasih itu.

(3) Mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri adalah hukum utama yang kedua (ay. 39). Hukum ini sama dengan yang pertama. Hukum ini merangkum semua perintah yang tertulis di atas loh batu yang kedua, seperti halnya dengan yang pertama. Hukum ini sama dengan hukum yang pertama tadi, karena hukum ini didirikan di atas dan mengalir dari situ. Kasih yang benar kepada saudara kita, mereka yang bisa kita lihat, merupakan contoh dan bukti kasih kita kepada Allah, yang tidak bisa kita lihat (1Yoh. 4:20).
- Secara tersirat ini berarti kita harus mengasihi diri kita sendiri. Ada kasih diri yang merusak dan menjadi akar dari dosa-dosa besar, kasih semacam itu harus dibuang dan dimatikan. Tetapi ada jenis kasih diri yang alami, yaitu kasih yang mengatur kewajiban paling utama. Kasih diri semacam ini harus dilestarikan dan dikuduskan. Kita harus mengasihi diri kita sendiri, artinya, kita harus menghargai kemuliaan sifat-sifat kita dengan layak, dan juga memperhatikan kesejahteraan jiwa dan tubuh kita dengan semestinya.

- Telah ditetapkan bahwa kita harus mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri. Kita harus menghormati dan menghargai semua orang, dan tidak boleh melakukan kejahatan atau merugikan siapa pun. Harus memiliki niat baik kepada semua orang, keinginan yang baik bagi semua orang, dan sekiranya ada kesempatan kita harus berbuat baik kepada semua orang. Kita harus mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri, dengan sikap jujur dan tulus seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Malah, dalam banyak hal kita harus menyangkal diri demi kebaikan sesama kita. Kita harus menjadikan diri kita pelayan demi kesejahteraan orang lain, dan bersedia mengorbankan milik kita, bahkan mengorbankan diri kita untuk mereka, wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.

Perhatikan baik-baik bagaimana bobot dan keutamaan perintah-perintah ini (ay. 40). Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Artinya, kedua hukum ini merupakan intisari dan isi dari semua perintah yang berkaitan dengan pengamalan iman secara praktis seperti yang tertulis di dalam hati manusia secara alami, dihidupkan kembali oleh Musa, dan didukung serta diperkuat oleh pemberitaan dan tulisan para nabi. Semua tergantung pada hukum kasih. Buanglah hukum kasih itu, maka semuanya akan gugur dan tidak ada yang tersisa lagi. Ritual dan upacara harus memberi jalan bagi hukum kasih ini, begitu pula semua karunia-karunia rohani, karena kasih adalah jalan yang lebih utama. Inilah roh dari hukum Taurat, yang menghidupkan, merekatkan, dan menyatukan hukum Taurat. Kasih menjadi akar dan sumber semua kewajiban lainnya. Seluruh Alkitab, bukan hanya hukum Taurat dan kitab nabi-nabi saja, tetapi juga Injil, hanya menunjuk kasih seperti ini yang merupakan buah iman, dan bahwa kita mengasihi Allah di dalam Kristus serta sesama kita hanya demi kepentingan-Nya. Semua bergantung pada kedua perintah ini, karena pengaruh semua perintah lain itu bergantung pada dijalankannya kedua hukum utama tersebut. 

Karena, kasih adalah kegenapan hukum Taurat (Rm. 13:10), dan tujuan hukum Taurat adalah kasih (1Tim. 1:5). Hukum kasih itu adalah paku, seperti paku-paku yang tertancap, diberikan oleh satu gembala (Pkh. 12:11), padanya tergantung semua kemuliaan hukum Taurat dan kitab Nabi-nabi (Yes. 22:24), sebuah paku yang tidak akan pernah dicabut, karena pada paku ini akan tergantung semua kemuliaan Yerusalem baru dalam kekekalan. Kasih tidak berkesudahan. Sebab itu, biarlah hati kita diserahkan ke dalam kedua hukum utama ini, diserahkan untuk dibentuk olehnya. Biarlah kita bersungguh-sungguh mempertahankan dan mewujudkan kedua hukum ini, bukan dalam pemikiran, sebutan-sebutan atau permainan kata saja, seolah-olah semua hal tersebut merupakan hal-hal besar yang padanya bergantung semua hukum Taurat dan kitab para nabi, atau seolah-olah bagi semua hal tersebutlah kasih kepada Allah dan sesama kita harus dikorbankan. Bukan, sebaliknya, biarlah hanya kepada kuasa memerintah dari kedua perintah utama ini sajalah semua hal yang lain dibuat tunduk.



BcO Yeremia 23:9-17,21-29

Menentang nabi-nabi palsu
23:9 Mengenai nabi-nabi. Hatiku hancur dalam dadaku, segala tulangku goyah. Keadaanku seperti orang mabuk, seperti laki-laki yang terlalu banyak minum anggur, oleh karena TUHAN dan oleh karena firman-Nya yang kudus. 23:10 Negeri telah penuh dengan orang-orang berzinah; sungguh, oleh karena kutuk ini gersanglah negeri dan layulah padang-padang rumput di gurun; apa yang dikejar mereka adalah kejahatan, dan kekuatan mereka adalah ketidakadilan. 23:11 "Sungguh, baik nabi maupun imam berlaku fasik; di rumah-Kupun juga Aku mendapati kejahatan mereka, demikianlah firman TUHAN. 23:12 Sebab itu jalan mereka akan seperti jalan-jalan yang licin bagi mereka; di dalam gelap mereka akan terserandung dan akan jatuh di sana; sebab Aku akan mendatangkan malapetaka atas mereka dalam tahun waktu mereka dihukum, demikianlah firman TUHAN. 23:13 Di kalangan para nabi Samaria Aku melihat ada yang kurang pantas: mereka bernubuat demi Baal dan menyesatkan umat-Ku Israel. 23:14 Tetapi di kalangan para nabi Yerusalem Aku melihat ada yang mengerikan: mereka berzinah dan berkelakuan tidak jujur; mereka menguatkan hati orang-orang yang berbuat jahat, sehingga tidak ada seorangpun yang bertobat dari kejahatannya; semuanya mereka telah menjadi seperti Sodom bagi-Ku dan penduduknya seperti Gomora." 23:15 Sebab itu beginilah firman TUHAN semesta alam mengenai para nabi itu: "Sesungguhnya, Aku akan memberi mereka makan ipuh dan minum racun, sebab dari para nabi Yerusalem telah meluas kefasikan ke seluruh negeri." 23:16 Beginilah firman TUHAN semesta alam: "Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut TUHAN; 23:17 mereka selalu berkata kepada orang-orang yang menista firman TUHAN: Kamu akan selamat! dan kepada setiap orang yang mengikuti kedegilan hatinya mereka berkata: Malapetaka tidak akan menimpa kamu!"

23:21 "Aku tidak mengutus para nabi itu, namun mereka giat; Aku tidak berfirman kepada mereka, namun mereka bernubuat. 23:22 Sekiranya mereka hadir dalam dewan musyawarah-Ku, niscayalah mereka akan mengabarkan firman-Ku kepada umat-Ku, membawa mereka kembali dari tingkah langkahnya yang jahat dan dari perbuatan-perbuatannya yang jahat. 23:23 Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga? 23:24 Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN. 23:25 Aku telah mendengar apa yang dikatakan oleh para nabi, yang bernubuat palsu demi nama-Ku dengan mengatakan: Aku telah bermimpi, aku telah bermimpi! 23:26 Sampai bilamana hal itu ada dalam hati para nabi yang bernubuat palsu dan yang menubuatkan tipu rekaan hatinya sendiri, 23:27 yang merancang membuat umat-Ku melupakan nama-Ku dengan mimpi-mimpinya yang mereka ceritakan seorang kepada seorang, sama seperti nenek moyang mereka melupakan nama-Ku oleh karena Baal? 23:28 Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum? demikianlah firman TUHAN. 23:29 Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?

Penjelasan:

* Kesalahan Nabi-nabi Palsu (23:9-17)
Di sini ada pelajaran yang panjang untuk nabi-nabi palsu. Sama seperti tidak ada yang lebih pahit hati dan membenci nabi-nabi Allah yang benar daripada mereka, demikian pula tidak ada yang ditegur lebih keras oleh nabi-nabi yang benar daripada mereka, dan itu wajar. Sang nabi mengeluhkan nabi-nabi palsu itu kepada Allah (14:13), dan sudah sering kali bernubuat bahwa mereka akan ikut mengalami kehancuran bersama. Tetapi di sini mereka mendapatkan malapetaka-malapetaka mereka sendiri.

I. Ia mengungkapkan keprihatinan yang mendalam untuk masalah ini, dan betapa ia terganggu melihat orang yang mengaku-ngaku mendapat tugas dan ilham ilahi menghancurkan diri mereka sendiri, dan menghancurkan orang lain yang di antaranya mereka diam, oleh kepalsuan dan pengkhianatan mereka (ay. 9): Hatiku hancur dalam dadaku. Keadaanku seperti orang mabuk. Pikirannya pusing karena terheran-heran dan terperangah. Hatinya ditindih oleh kesedihan dan kegeraman. Yeremia adalah orang yang peka, dan sesuatu yang dengan cara apa pun mengancam negerinya akan meninggalkan kesan yang mendalam pada rohnya. 

Di sini dia sedang kesusahan,
1. Mengenai nabi-nabi dan dosa mereka, ajaran palsu yang mereka sampaikan, dan kehidupan fasik yang mereka jalani. Ia ngeri terutama mendengar mereka memakai nama Allah dan mengaku-ngaku mendapat perintah dari-Nya. Belum pernah Tuhan, dan firman-Nya yang kudus, begitu dilecehkan seperti oleh orang-orang ini. Perhatikanlah, menghina nama Allah dan mencemarkan firman-Nya yang kudus adalah hal yang membuat jiwa yang penuh anugerah merasa luar biasa sedih.
2. “Oleh karena TUHAN, dan penghakiman-penghakiman-Nya, yang karena perbuatan mereka itu ditimpakan atas kita seperti air bah.” Ia gemetar memikirkan kerusakan dan kehancuran yang akan datang dari wajah Tuhan (demikian kata yang dipakai) dan dari wajah firman-Nya yang kudus, yang akan ditimpakan oleh kekuatan murka Allah, sesuai dengan ancaman-ancaman firman-Nya, yang diteguhkan oleh kekudusan-Nya. Perhatikanlah, bahkan orang-orang yang memiliki Allah di pihak mereka tidak bisa tidak gemetar memikirkan kesengsaraan orang-orang yang mengalami Allah sebagai lawan mereka.

II. Ia meratapi kefasikan negeri itu yang berlimpah dan menjijikkan, dan tanda-tanda murka Allah yang tengah melingkupi mereka karena kefasikan itu (ay. 10): Negeri telah penuh dengan orang-orang berzinah. Negeri telah penuh dengan pelacuran rohani maupun jasmani. Mereka meninggalkan Allah dan pergi melacurkan diri, dan karena sudah membuang rasa takut akan Dia, maka tidak heran jika mereka menyerahkan diri kepada segala macam kecemaran. Dan, karena tidak menghormati diri mereka dan tubuh mereka sendiri, mereka tidak menghormati Allah dan nama-Nya dengan bersumpah sembarangan dan bersumpah palsu, yang karena itu gersanglah negeri (KJV: yang karena itu merataplah negeri). Baik sumpah palsu maupun sumpah biasa adalah dosa-dosa yang atasnya sebuah negeri harus meratap dalam pertobatan yang sejati atau negeri itu akan dibuat meratap di bawah hukuman-hukuman Allah. Negeri itu kini meratap di bawah hukuman kelaparan. Tempat-tempat yang menyenangkan, atau lebih tepatnya padang-padang rumput, atau (seperti sebagian orang membacanya) tempat-tempat kediaman di padang gurun, menjadi kering karena tidak ada hujan. Namun kita pun tidak melihat adanya tanda-tanda pertobatan. Mereka tidak menjawab tujuan dari hajaran itu. Maksud dan kecenderungan perilaku manusia selalu dipenuhi dosa, apa yang terus dikejar mereka adalah kejahatan, tetap buruk seperti itu, dan mereka tidak mau beralih darinya. Mereka memiliki tekad yang begitu besar, tetapi itu disalurkan ke arah yang salah. Mereka giat berusaha, tetapi bukan dalam perkara-perkara yang baik: Kekuatan mereka adalah ketidakadilan. Hati mereka penuh niat untuk berbuat jahat, dan mereka tidak gigih untuk membela kebenaran, tidak cukup berani mematahkan jalan-jalan mereka yang jahat, meskipun mereka melihat Allah begitu hebat menentang mereka.

III. Ia menuduhkan semua kejahatan itu ke atas para nabi dan imam, terutama para nabi. Kedua-duanya berlaku fasik (ay. 11). Para imam mencemarkan ketetapan-ketetapan Allah yang berlagak mereka jalankan. Para nabi mencemarkan firman Allah yang berlagak mereka sampaikan. Ucapan mereka dan segala perilaku mereka cemar, maka tidak heran jika orang banyak menjadi begitu bejat. Kedua-duanya berlaku munafik (demikian sebagian orang membacanya). Dengan berpura-pura suci, mereka meneruskan rancangan-rancangan yang teramat hina. Bahkan, bukan hanya di rumah-rumah mereka sendiri, dan rumah-rumah jahat yang sering mereka kunjungi, tetapi di rumah-Ku pun juga Aku mendapati kejahatan mereka. Di dalam bait Allah, di mana para imam melayani, di mana para nabi bernubuat, di situ mereka bersalah atas penyembahan berhala maupun perbuatan asusila. Lihat contohnya yang menyedihkan pada diri Hofni dan Pinehas (1Sam. 2:22). Allah menyelidiki rumah-Nya, dan kejahatan apa yang ada di sana pasti akan didapati-Nya. Semakin dekat kejahatan itu dengan-Nya, semakin itu menimbulkan sakit hati-Nya. 

Dua hal didakwakan kepada mereka:
1. Bahwa mereka mengajar orang-orang untuk berbuat dosa dengan contoh-contoh mereka. Ia membandingkan mereka dengan nabi-nabi Samaria, kota utama dari kerajaan sepuluh suku, yang sudah lama porak poranda. Kebodohan para nabi Samaria adalah bahwa mereka bernubuat demi Baal, dalam nama Baal. Demikianlah yang dilakukan nabi-nabi Ahab, dan dengan demikian mereka menyesatkan umat-Ku Israel, sehingga umat-Nya itu tidak lagi melayani Allah yang benar dan menyembah Baal (ay. 13). Nah, nabi-nabi Yerusalem tidak berbuat demikian. Mereka bernubuat dalam nama Allah yang benar, dan menjunjung tinggi diri mereka karena hal itu, bahwa mereka tidak seperti nabi-nabi Samaria, yang bernubuat demi Baal. Tetapi apanya yang lebih baik, kalau mereka membuat bejat bangsa itu dengan perbuatan asusila mereka seperti yang dilakukan nabi-nabi lain dengan penyembahan berhala mereka? Sungguh mengerikan nabi-nabi Yerusalem ini, bahwa mereka memakai nama Allah yang kudus, namun menceburkan diri dalam kubangan segala macam kenajisan. Mereka menganggap perzinahan tidak apa-apa. Mereka memakai nama Allah kebenaran, namun berkelakuan tidak jujur. Mereka tidak hanya menubuatkan kebohongan, tetapi juga ketika berkata-kata, orang tidak dapat mempercayai sepatah kata pun yang mereka ucapkan. Itu semua hanya candaan dan ejekan, atau tipuan dan niat jahat. Demikianlah mereka mendorong para pendosa untuk terus berjalan di jalan-jalan mereka yang fasik. Sebab setiap orang ingin berkata, “Tentu saja kita boleh berbuat seperti yang diperbuat para nabi. Masakan kita berharap dapat lebih baik daripada guru-guru kita?” Dengan cara inilah tidak ada orang yang kembali dari kefasikannya. Sebaliknya, mereka semua berkata bahwa mereka akan selamat, meskipun terus berbuat jahat, sebab nabi-nabi mereka berkata demikian kepada mereka. Dengan cara ini Yehuda dan Yerusalem sudah menjadi seperti Sodom dan Gomora, yang fasik, dan sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN. Dan Allah memandang mereka sesuai dengan semua perbuatan mereka itu, sebagai orang-orang yang hanya pantas untuk dihancurkan dengan api dan belerang, seperti penduduk Sodom dan Gomora.

2. Bahwa mereka mendorong orang tetap di dalam dosa dengan nubuat-nubuat palsu mereka. Mereka membuat diri mereka sendiri percaya bahwa tidak ada yang salah, tidak ada bahaya di dalam dosa, dan sesuai dengan itu mereka pun berbuat seperti yang mereka percayai itu. Maka tidak heran jika mereka membuat orang lain juga percaya demikian (ay. 16): Mereka hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri. Penglihatan itu adalah hasil karangan mereka sendiri, dan sesuai dengan kecenderungan mereka sendiri, tetapi bukan apa yang datang dari mulut TUHAN. Ia tidak pernah mengucapkannya kepada mereka, tidak pula itu sesuai dengan hukum Musa atau dengan apa yang sudah diucapkan Allah melalui nabi-nabi lain. Mereka berkata kepada orang-orang berdosa bahwa mereka akan baik-baik saja sekalipun terus berbuat dosa (ay. 17). Lihatlah di sini siapa yang mereka dorong, yaitu orang-orang yang menista Allah, yang meremehkan kewenangan-Nya, dan memandang rendah ketetapan-ketetapan-Nya, dan orang-orang yang mengikuti kedegilan hatinya, yang menyembah berhala dan menjadi budak hawa nafsu mereka sendiri. Orang yang mengabdikan diri pada kesenangan mereka sendiri berarti menghina Allah mereka. Tetapi lihatlah bagaimana nabi-nabi ini membelai dan meninabobokan mereka: mereka seharusnya berkata, tidak akan selamat orang-orang yang terus berjalan di jalan-jalan yang jahat -” siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah -” celakalah mereka, seribu kali celaka. Tetapi mereka malah berkata, kamu akan selamat. Malapetaka tidak akan menimpa kamu. Dan, yang terburuk dari semuanya, mereka memberi tahu orang-orang itu, Allah telah berkata demikian, dan dengan demikian menjadikan Dia sebagai pelindung dosa, dan menentang diri-Nya sendiri. Perhatikanlah, pantas jika orang-orang yang bertekad untuk terus berjalan di jalan-jalan yang jahat dibiarkan sesat sehingga mereka mempercayai dusta dari orang yang berkata bahwa mereka akan selamat meskipun terus berbuat jahat.

   



Daftar Label dari Kategori Renungan Katolik 2023




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Renungan Katolik Senin, 30 Oktober 2023 - Lukas 13:10-17 - BcO Yeremia 25:15-17,27-38 - Hari biasa

PREV:
Renungan Katolik Sabtu, 28 Oktober 2023 - Lukas 6:12-19 - BcO Kisah Para Rasul 5:12-32 - Pesta St. Simon dan Yudas





Arsip Renungan Katolik 2023..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)