“Tentu saya telah mempelajari dengan cermat ritus baru dan ritus tradisional. Studi ini menunjukkan kepada saya perbedaan yang signifikan: misalnya, teks-teks tertentu telah dipersingkat, dihilangkan, seperti doa-doa yang sangat penting bagi imam. Sekarang saya hanya bisa menghayati semua doa ini di dalam ritus tradisional. Jelas bahwa doa-doa itu membentengi imam, bahwa doa-doa itu secara khusus memperkuat iman, tetapi juga karunia bagi diri sendiri selama Misa. Seseorang benar-benar di hadapan Allah, di hadapan Yesus, dan tidak hanya di hadapan komunitas. Semua itu dapat saya temukan kembali di dalam ritus tradisional adalah sangat berharga, dan katakanlah, sangat tidak fana sehingga saya tidak ingin kembali.” -" Uskup Vitus Huonder * “I have of course studied very closely the new rite and the traditional rite. This study has pointed out to me the significant differences: for example, that certain texts have been shortened, suppressed, such as the prayers that are very important for the priest. Now I can only live on all these prayers in the traditional rite. It is clear that they fortify the priest, that they especially reinforce the faith, but also the gift of self during the Mass. One is truly before God, before Jesus and not simply in front of a community. All that I can rediscover in the traditional rite; it is so precious, and let’s say, so intemporal that I don’t want to go back.” -" Bishop Vitus Huonder
Daftar Label dari Kategori Kutipan Katolik
|