misa.lagu-gereja.com        
 
View : 4268 kali
Renungan Katolik 2023
Kamis, 20 Juli 2023
Renungan Katolik Kamis, 20 Juli 2023 - Matius 11:28-30 (Penjelasan) - BcO 2Sam. 7:1-25 - Apollinaris
#tag:

Kamis, 20 Juli 2023
Apollinaris
Kel. 3:13-20; Mzm. 105:1,5,8-9,24-25,26-27; 
Matius 11:28-30
BcO 2 Samuel 7:1-25
Warna Liturgi Hijau

Matius 11:28-30
11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. 11:30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.

Penjelasan:


* Mat 11:28 - Marilah kepada-Ku // Letih lesu

Marilah kepada-Ku. Mengingat kekuasaan yang diberikan kepada Kristus (ay. 27), undangan ini membuka kesempatan yang menggetarkan. Letih lesu. Orang-orang yang usaha keras mereka untuk mencapai ketenangan rohani tidak mengurangi beban dari berbagai kewajiban buatan manusia (23:4).

* Mat 11:29-30 - Pikullah kuk yang Kupasang // mereka ketenangan jiwa // Beban-Ku pun ringan

Pikullah kuk yang Kupasang. Sebuah kiasan Yahudi untuk disiplin dan pemuridan. "Letakkan bahumu di bawah kuk, dan biarlah jiwamu menerima pengajaran" (Sir 51:26). Hanya Kristus yang Guru, yang melalui pribadi dan karya-Nya dapat mengajar manusia mengenai Bapa, dan memberikan kepada mereka ketenangan jiwa yang merupakan hakikat dari pengalaman rohani yang sejati, ketenangan yang memerlukan penghapusan kesalahan akibat dosa dan pemilikan hidup kekal. Beban-Ku pun ringan. Kewajiban-kewajiban yang tercakup dalam Injil merupakan kewajiban luhur, dan kekuatan untuk menanggungnya disediakan melalui kuk.


BcO 2 Samuel 7:1-25
Janji TUHAN mengenai keluarga dan kerajaan Daud
7:1 Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, 7:2 berkatalah raja kepada nabi Natan: "Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda." 7:3 Lalu berkatalah Natan kepada raja: "Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau." 7:4 Tetapi pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian: 7:5 "Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami? 7:6 Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini, tetapi Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman. 7:7 Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel, pernahkah Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan umat-Ku Israel, demikian: Mengapa kamu tidak mendirikan bagi-Ku rumah dari kayu aras? 7:8 Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel. 7:9 Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. 7:10 Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, 7:11 sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu. 7:12 Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. 7:13 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. 7:14 Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. 7:15 Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. 7:16 Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya." 7:17 Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud.
Doa syukur Daud
7:18 Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: "Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini? 7:19 Dan hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya Tuhan ALLAH. 7:20 Apakah yang dapat dikatakan Daud kepada-Mu lebih lagi dari pada itu. Bukankah Engkau yang mengenal hamba-Mu ini, ya Tuhan ALLAH? 7:21 Oleh karena firman-Mu dan menurut hati-Mu Engkau telah melakukan segala perkara yang besar ini dengan memberitahukannya kepada hamba-Mu ini. 7:22 Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami. 7:23 Dan bangsa manakah di bumi seperti umat-Mu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umat-Nya, untuk mendapat nama bagi-Nya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umat-Nya? 7:24 Engkau telah mengokohkan bagi-Mu umat-Mu Israel menjadi umat-Mu untuk selama-lamanya, dan Engkau, ya TUHAN, menjadi Allah mereka. 7:25 Dan sekarang, ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kauucapkan mengenai hamba-Mu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu.

Penjelasan:


* Kepedulian Daud terhadap Tabut Allah (7:1-3)

    Dalam perikop ini kita mendapati,
        I. Daud hidup dengan tenteram. Raja telah menetap di rumahnya (ay. 1), tenang dan tanpa gangguan, tanpa ada keperluan untuk pergi berperang: TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya, dari semua musuh yang tidak menginginkannya duduk di atas takhta, dan dia menetapkan hati untuk menikmati ketenteraman itu. Walaupun seorang prajurit, dia suka perdamaian dan tidak suka peperangan (Mzm. 120:7).idak lama dia akan kembali terlibat dalam peperangan. Tetapi untuk saat ini dia menikmati ketenangan, dan seperti menemukan apa yang menjadi keinginan hatinya ketika duduk di dalam rumahnya, merenungkan hukum Allah.

        II. Pemikiran Daud untuk membangun sebuah bait suci untuk menghormati Allah. Ia telah membangun sebuah istana bagi dirinya sendiri dan sebuah kota bagi hamba-hambanya. Sekarang dia berpikir untuk membangun sebuah tempat tinggal bagi tabut Allah.
            1. Dengan demikian, dia ingin memberikan balasan yang penuh syukur atas kehormatan-kehormatan yang telah diberikan Allah kepadanya. Perhatikanlah, ketika Allah, dalam penyelenggaraan-Nya, telah melakukan banyak hal secara luar biasa bagi kita, hal tersebut haruslah membuat kita berusaha untuk merancang apa yang dapat kita lakukan bagi Dia dan kemuliaan-Nya. Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN?
            2. Dengan membangun sebuah tempat tinggal bagi tabut Allah, dia hendak memanfaatkan keadaan tenang pada saat ini, dan menggunakan dengan baik ketenteraman yang telah diberikan Allah kepadanya. Karena sekarang dia tidak dipanggil keluar untuk melayani Allah dan Israel di bukit-bukit pertempuran, maka dia ingin menggunakan pikiran, waktu, dan harta bendanya untuk melayani Dia dengan cara lain, dan tidak memanjakan diri dalam kenyamanan, apalagi dalam kemewahan. Apabila Allah, dalam penyelenggaraan-Nya, memberi kita ketenangan, dan mendapati kita tidak harus melakukan banyak urusan duniawi, maka kita harus berbuat lebih banyak bagi Allah dan jiwa kita. Betapa berbedanya pikiran Daud ketika sedang duduk di istananya dari pikiran Nebukadnezar ketika sedang berjalan-jalan di atas istananya! (Dan. 4:29-30). Orang sombong tersebut tidak memikirkan apa-apa selain kebesaran dari kekuasaannya sendiri, dan kehormatan dari keagungannya sendiri. Sebaliknya, jiwa yang rendah hati ini penuh dengan rencana untuk memuliakan Allah, dan memberikan penghormatan kepada-Nya. Dan bagaimana Allah menentang orang yang congkak, dan mengasihani orang yang rendah hati, ditunjukkan oleh peristiwa yang menimpa keduanya. Daud merenungkan kemegahan dari tempat tinggalnya sendiri, Aku ini diam dalam rumah dari kayu aras. Dia membandingkannya dengan kehinaan dari tempat tinggal tabut Allah, padahal tabut Allah diam di bawah tenda, dan memandangnya tidak pantas, bahwa dia tinggal di dalam sebuah istana sedangkan tabut Allah di dalam sebuah tenda (ay. 2). Daud sudah merasa gelisah sampai dia menemukan tempat untuk tabut TUHAN (Mzm. 132:4-5), dan sekarang dia juga merasa gelisah sampai dia menemukan tempat yang lebih baik. Jiwa yang penuh rahmat dan bersyukur,

III. Disampaikannya pikiran Daud ini kepada Natan sang nabi. Ia memberitahukannya kepada Natan, sebagai teman dan orang kepercayaan, yang biasa dimintainya nasihat. Tidak dapatkah Daud mengerjakannya sendiri? Bukankah itu pekerjaan yang baik? Bukankah dia sendiri seorang nabi? Ya, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada. Daud memberi tahu Natan, bahwa melaluinya dia dapat mengetahui kehendak Allah. Tentu saja itu suatu pekerjaan yang baik, tetapi masih belum pasti apakah merupakan kehendak Allah bahwa Daud yang harus melakukannya.

IV. Persetujuan Natan terhadap rencana Daud: Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau (ay. 3). Kita tidak mendapati Daud memberi tahu Natan bahwa dia bermaksud untuk membangun sebuah bait suci, hanya bahwa dia merasa resah karena tidak ada bait suci yang dibangun. Dari sini Natan dengan mudah menyimpulkan apa yang ada di dalam hati Daud, dan memintanya untuk meneruskan rencananya dan mendoakannya berhasil. Perhatikanlah, kita harus melakukan semua yang dapat kita lakukan untuk mendorong dan mendukung maksud dan tujuan yang baik dari orang lain, dan menyampaikan perkataan yang baik, apabila kita mendapat kesempatan, untuk memajukan pekerjaan yang baik. Natan mengatakan hal ini, bukan atas nama Allah, melainkan dari dirinya sendiri. Bukan sebagai seorang nabi, melainkan sebagai seorang yang bijak dan baik. Hal ini sesuai dengan kehendak Allah yang dinyatakan, yang menuntut supaya semua orang di tempat mereka masing-masing harus berusaha keras untuk memajukan agama dan ibadah kepada Allah, meskipun di sini tampaknya kehendak Natan sendiri tidaklah demikian, yaitu bahwa Daud seharusnya tidak melakukan ini. Adalah hak istimewa Kristus untuk selalu menyatakan kehendak Allah, yang diketahui-Nya dengan sempurna. Nabi-nabi lain hanya mengatakannya ketika roh nubuat ada di atas mereka. Tetapi, jika mereka keliru dalam hal apa saja seperti Samuel (1Sam. 16:6), dan Natan di sini, maka Allah segera meluruskan kekeliruan tersebut.

* Perjanjian Allah dengan Daud (7:4-17)

        Dalam perikop ini kita mendapati pewahyuan penuh tentang perkenanan Allah kepada Daud dan maksud-maksud baik dari perkenanan tersebut. Pemberitahuan dan jaminan akan perkenanan ini dikirimkan Allah kepada Daud melalui Natan sang nabi, yang diberi-Nya kepercayaan untuk menyampaikan pesan yang panjang ini kepada Daud. Maksud dari pesan tersebut adalah untuk menjauhkan Daud dari tujuannya untuk membangun bait suci, dan karena itu pesan tersebut dikirimkan,

            1. Melalui tangan yang sama yang telah memberinya dorongan untuk melakukannya, supaya jangan sampai, seandainya pesan tersebut dikirimkan melalui orang lain, Natan akan dipandang rendah dan dihina, dan Daud akan menjadi bingung, karena didorong oleh seorang nabi tetapi dihalangi oleh nabi lain.
            2. Pada malam yang sama, supaya Natan tidak terus keliru untuk waktu yang lama, tidak pula kepala Daud dipenuhi lebih jauh dengan pikiran-pikiran tentang apa yang tidak akan pernah diwujudkannya. Allah bisa saja mengatakan hal ini langsung kepada Daud, tetapi Ia memilih untuk mengirimkannya melalui Natan, untuk menyokong kehormatan para nabi-Nya, dan untuk menjaga agar Daud tetap menghargai mereka. Kendati Daud adalah kepalanya, para nabi haruslah menjadi mata yang melaluinya dia harus melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, dan lidah yang melaluinya dia harus mendengar firman Allah. Ia yang menyampaikan pesan panjang ini kepada Natan juga membantu ingatan Natan untuk dapat mengingat pesan tersebut, supaya dia dapat menyampaikannya secara utuh, karena dia bertekad untuk menyampaikannya sebagaimana adanya, seperti yang telah diterimanya dari Tuhan. Nah, dalam pesan ini,

        I. Rencana Daud untuk membangun sebuah rumah bagi Allah dikesampingkan. Allah memberi perhatian terhadap rencana tersebut, sebab Ia tahu apa yang ada dalam hati manusia. Dan Ia sangat senang dengannya, seperti tampak dalam 1 Raja-raja 8:18, maksudmu itu memanglah baik. Namun, Ia melarangnya meneruskan rencananya tersebut (ay. 5): “Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku? Tidak, bukan engkau (seperti dijelaskan dalam ayat yang berpadanan, 1Taw. 17:4). Ada pekerjaan lain yang ditetapkan bagimu, yang harus dilakukan terlebih dahulu.” Daud adalah seorang prajurit, dan dia harus memperluas batas-batas tanah Israel, dengan melanjutkan penaklukan-penaklukan mereka. Daud adalah seorang pemazmur yang lembut, dan dia harus mempersiapkan mazmur untuk digunakan di bait suci seusai dibangun, dan menetapkan tugas-tugas orang Lewi. Tetapi kecerdasan putranya akan lebih cocok untuk membangun rumah itu, dan dia akan memiliki harta yang lebih baik untuk menanggung seluruh pembiayaannya, dan karenanya biarlah hal itu disediakan baginya untuk dia lakukan. Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang. Pembangunan bait suci akan menjadi pekerjaan yang memakan waktu lama, dan membutuhkan persiapan yang matang. Tetapi hal itu merupakan sesuatu yang belum pernah dibicarakan Daud, dan baru sekarang saja.


        II. Daud diingatkan akan perkara-perkara besar yang telah dilakukan Allah baginya, untuk membiarkan dia tahu bahwa dirinya adalah kesayangan sorga, meskipun dia tidak mendapat perkenanan untuk melakukan pekerjaan ini, sama seperti Allah juga tidak berutang kepadanya karena niat-niat baiknya ini. Tetapi, apa pun yang dilakukannya bagi kehormatan Allah, Allah telah menyertainya sebelumnya (ay. 8-9).
            1. Allah telah mengangkat Daud dari keadaan yang sangat hina dan rendah: Dialah yang mengambil Daud dari padang. Sungguh baik bagi orang-orang yang telah sampai kepada kedudukan tinggi untuk sering diingatkan akan asal-usul mereka yang hina, supaya mereka selalu rendah hati dan bersyukur.
            2. Allah telah memberinya keberhasilan dan kemenangan atas musuh-musuhnya (ay. 9): “Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani, untuk melindungi engkau dari kejaran, dan untuk membuatmu berhasil ketika mengejar. Aku telah melenyapkan segala musuhmu, yang berdiri menghalangi kemajuan dan kemapananmu.”
            3. Allah telah memahkotainya tidak hanya dengan kuasa dan pemerintahan di Israel, tetapi juga dengan kehormatan dan nama baik di antara bangsa-bangsa sekitarnya: Aku membuat besar namamu. Ia telah menjadi termasyhur karena keberaniannya, kepemimpinannya, dan pencapaian-pencapaiannya yang besar, dan ia banyak dibicarakan melebihi tokoh-tokoh besar siapa pun pada zamannya. Bagi orang-orang yang mempunyai nama besar, besar pula alasan mereka untuk bersyukur atas hal itu dan untuk memanfaatkannya demi tujuan-tujuan yang baik. Tetapi bagi mereka yang tidak memiliki nama besar, tidak ada alasan bagi mereka untuk berhasrat mendapatkannya. Nama yang baik lebih diinginkan. Orang dapat melewati kehidupan di dunia ini tanpa dikenal siapa-siapa, namun ia melewatinya dengan penuh penghiburan.

        III. Suatu tempat kediaman yang membahagiakan dijanjikan kepada Israel kepunyaan Allah (ay. 10-11). Janji ini diselipkan sebagai tambahan sebelum janji-janji yang dibuat kepada Daud sendiri, untuk membuatnya mengerti bahwa apa yang bermaksud dilakukan Allah untuknya adalah demi umat Israel, supaya mereka dapat hidup bahagia di bawah pemerintahannya, dan untuk memberinya kepuasan melihat damai sejahtera atas Israel, ketika dijanjikan kepadanya bahwa dia akan melihat anak-anak dari anak-anaknya! (Mzm. 128:6). Seorang raja yang baik tidak dapat menganggap dirinya bahagia kecuali kerajaannya juga bahagia. Janji-janji yang disebutkan selanjutnya berhubungan dengan keluarga dan keturunannya. Oleh sebab itu janji-janji ini, yang berbicara tentang menetapnya Israel, dibuat untuk kebahagiaan pemerintahannya sendiri. Ada dua hal yang dijanjikan:
            1. Tempat kediaman yang tenang: Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel. Tempat itu telah ditentukan lama sebelumnya, namun mereka kecewa, tetapi sekarang ketentuan tersebut harus digenapi. Kanaan harus menjadi milik mereka secara jelas tanpa pengusiran atau gangguan apa pun.
            2. Dinikmatinya tempat kediaman itu dengan tenang: Orang-orang lalim, maksudnya terutama orang-orang Filistin, yang telah lama menjadi tulah bagi mereka, tidak akan lagi menindas mereka seperti dahulu. Sebaliknya, seperti pada saat Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku Israel, demikian pula Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari semua musuhmu (demikian ayat 2Sam. 7:11 bisa dibaca). Yaitu, “Aku akan melanjutkan dan menuntaskan keamanan itu. Tanah itu akan aman dari perang, seperti yang terjadi di bawah pemerintahan hakim-hakim.”

        IV. Berkat-berkat diteruskan kepada keluarga dan keturunan Daud. Daud telah berencana untuk membangun sebuah rumah bagi Allah, dan, sebagai balasannya, Allah menjanjikan untuk memberikan keturunan kepadanya (ay. 11, KJV: membangunkan sebuah rumah baginya). Apa pun yang kita perbuat bagi Allah, atau yang dengan tulus bermaksud kita lakukan meskipun Penyelenggaraan ilahi mencegah kita melakukannya, kita tidak akan kehilangan upah kita dari pada kita. Allah telah berjanji untuk membuat besar namanya (ay. 9). Di sini Ia berjanji untuk memberikan kepadanya keturunan, yang akan mempertahankan nama itu. Akan menjadi kepuasan yang besar bagi Daud, sewaktu ia hidup, untuk mendapat jaminan yang pasti dari janji ilahi bahwa keluarganya akan hidup sejahtera setelah dia mati. Di samping kebahagiaan jiwa kita, dan jemaat Allah, kita harus merindukan kebahagiaan keturunan kita, sehingga orang-orang yang merupakan keturunan kita dapat memuji Allah di bumi ketika kita sedang memuji-Nya di sorga.

* Doa Daud untuk Meminta Berkat Allah (7:18-29)

    Dalam perikop ini kita mendapati permohonan Daud yang khidmat kepada Allah, sebagai tanggapan atas pesan yang penuh rahmat yang telah dikirimkan Allah kepadanya. Kita tidak diberi tahu apa yang dikatakan Daud kepada Natan. Tidak diragukan lagi dia menyambut Natan dengan sangat ramah dan penuh hormat sebagai utusan Allah. Tetapi tanggapannya kepada Allah disampaikannya sendiri, dan tidak dikirimkan melalui Natan. Ketika hamba-hamba Tuhan menyampaikan pesan Allah kepada kita, maka hati kita harus membalasnya, bukan kepada mereka, melainkan kepada Allah. Allah memahami bahasa hati, dan kepada-Nya kita bisa datang dengan berani. Begitu Daud menerima pesan, selagi kesan-kesan tentangnya masih segar, dia segera menarik diri untuk memberikan balasan. Amatilah,
        I. Tempat yang ke dalamnya dia menarik diri: Ia masuk ke dalam di hadapan TUHAN, yaitu, ke dalam tenda tempat tabut Allah berada, yang merupakan tanda kehadiran Allah. Di hadapan tabut itulah dia menunjukkan diri. Kehendak Allah sekarang ini adalah supaya manusia berdoa di mana saja. Akan tetapi, di mana pun kita berdoa, kita harus menempatkan diri seperti di hadapan Tuhan dan harus menempatkan Tuhan di hadapan kita.

        II. Sikap yang diambil Daud: Duduklah ia di hadapan TUHAN.
            1. Hal ini menunjukkan sikap tubuhnya. Berlutut atau berdiri tentu saja merupakan cara yang paling tepat untuk digunakan dalam berdoa. Tetapi orang-orang Yahudi, berdasarkan kejadian ini, berkata, “Raja-raja dari keluarga Daud diperbolehkan duduk di bait suci, tetapi tidak bagi yang lain.” Tetapi ini sama sekali tidak dapat membenarkan kita untuk mengambil sikap tubuh itu ketika berdoa seperti biasa, apa pun yang diperbolehkan dalam keadaan darurat. Daud masuk, dan mengambil tempatnya di hadapan TUHAN, demikian ayat itu bisa dibaca. Akan tetapi, ketika berdoa, dia berdiri sesuai dengan kebiasaan yang berlaku. Atau dia masuk dan tetap tinggal di hadapan TUHAN, berdiam diri sejenak sambil merenung, sebelum memulai doanya, dan kemudian tinggal lebih lama daripada biasanya di Kemah Suci. Atau,
            2. Sikap itu menunjukkan suasana rohnya pada waktu itu. Ia masuk, dan menenangkan dirinya di hadapan TUHAN. Demikianlah yang harus kita lakukan setiap kali kita datang kepada Allah. Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap.

        III. Doa itu sendiri, yang penuh dengan hembusan nafas cinta yang disertai kesalehan dan ketakwaan kepada Allah.
            1. Daud berbicara dengan sangat rendah hati tentang dirinya dan jasa-jasanya. Dia memulai sebagai seorang yang takjub: Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH! dan siapakah keluargaku? (ay. 18). Allah telah mengingatkan dia akan asal-usulnya yang hina (ay. 8) dan dia mengakuinya. Ia tidak memandang tinggi,
                (1) Jasa-jasanya sendiri: Siapakah aku ini? Dari segala segi, Daud adalah seorang yang sangat besar dan berharga. Bakat-bakatnya yang bersifat jasmani maupun rohani sunguh luar biasa. Pemberian dan anugerah yang diterimanya sangat istimewa. Ia adalah seorang yang terhormat, berhasil, dan berguna, kesayangan negerinya dan kengerian bagi para musuhnya. Namun demikian, ketika dia hendak berbicara tentang dirinya sendiri di hadapan Allah, dia berkata, “Siapakah aku ini? Seorang yang tidak layak untuk diperhatikan.”
                (2) Tentang jasa-jasa keluarganya: Siapakah keluargaku? Keluarganya berasal dari suku kerajaan, dan keturunan raja dari suku tersebut. Ia bersekutu dengan keluarga-keluarga terbaik dari negeri itu, namun, seperti Gideon, berpikir bahwa kaumnya adalah yang paling kecil di antara suku Yehuda dan dia pun seorang yang paling muda di antara kaum keluarganya (Hak. 6:15). Daud merendahkan diri seperti itu ketika anak perempuan Saul ditawarkan kepadanya untuk menjadi istri (1Sam. 18:18), tetapi sekarang ia melakukannya dengan alasan yang jauh lebih kuat. Perhatikanlah, alangkah baiknya jika orang-orang terbesar dan terbaik, bahkan di tengah-tengah segala pencapaian yang tertinggi sekalipun, memandang diri sendiri dengan rendah dan hina. Sebab orang-orang yang terbesar sekalipun hanyalah ulat belaka, mereka yang terbaik hanyalah orang-orang berdosa, dan orang-orang yang telah mencapai puncak kejayaan hanya mempunyai apa yang telah mereka terima: “Siapakah aku ini, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini, membawa aku masuk ke dalam kerajaan, dan mengokohkanku di dalamnya, dan memberiku keamanan dari semua musuhku?” Hal itu menyiratkan bahwa dia tidak dapat mencapai keberhasilan ini dengan usahanya sendiri, seandainya Allah tidak membawanya kepada keberhasilan tersebut. Semua pencapaian kita haruslah dipandang sebagai pemberian-pemberian Allah.
            2. Daud berbicara dengan sangat luhur dan hormat tentang perkenanan-perkenanan Allah kepadanya.
                (1) Dalam apa yang telah Ia lakukan baginya: “Engkau membawa aku sampai sedemikian ini, sampai kepada martabat dan kekuasaan yang besar ini. Sampai sedemikian ini Engkau telah menolongku.” Meskipun kita harus dibiarkan tidak pasti tentang belas kasih yang akan kita terima lebih lanjut, namun kita mempunyai alasan yang kuat untuk bersyukur atas apa yang telah dilakukan bagi kita sejauh ini (Kis. 26:22).
                (2) Dalam apa yang masih dijanjikan Allah lebih lanjut baginya. Allah telah melakukan perkara-perkara besar baginya, dan sekalipun begitu, seolah-olah semuanya itu belum apa-apa, Ia berjanji untuk berbuat jauh lebih banyak lagi (ay. 19). Perhatikanlah, apa yang telah dilakukan Allah bagi umat-Nya sangatlah banyak, tetapi apa yang disimpan-Nya bagi mereka tak terhingga banyaknya (Mzm. 31:20). Segala anugerah dan penghiburan yang diterima orang-orang kudus pada saat ini adalah pemberian yang tak ternilai. Namun demikian, seolah-olah semuanya ini terlalu sedikit untuk diberikan Allah kepada anak-anak-Nya, Ia telah berfirman juga mengenai semuanya itu untuk masa yang masih jauh, bahkan sampai pada kekekalan itu sendiri. Tentang hal ini, kita harus mengakui, seperti Daud di sini,
                    [1] Bahwa hal itu jauh melebihi apa yang dapat kita perkirakan: Apakah ini perlakuan terhadap manusia? (KJV). Yaitu, pertama, dapatkah manusia berharap untuk diperlakukan seperti itu oleh Penciptanya? Apakah ini hukum Adam? Perhatikanlah, mengingat seperti apa sifat dan keadaan manusia itu, sangat mengejutkan dan menakjubkan bahwa Allah memperlakukannya seperti demikian. Manusia adalah makhluk ciptaan yang hina, dan karenanya tunduk pada hukum yang membuatnya harus dijauhkan. Ia tidak bermanfaat bagi Allah, dan karenanya tunduk pada hukum yang membuatnya tidak dihargai dan dianggap. Ia bersalah dan menyulut murka Allah, dan karena itu tunduk pada hukum kematian dan kutukan. Akan tetapi, alangkah berbedanya perlakuan Allah terhadap manusia dengan hukum Adam ini! Ia dibawa mendekat kepada Allah, dibeli dengan harga yang mahal, dan dimasukkan ke dalam perjanjian dan persekutuan dengan Allah. Adakah hal ini pernah terpikirkan? Kedua, apakah manusia biasanya memperlakukan satu sama lain seperti itu? Tidak, cara Allah kita jauh di atas cara manusia. Meskipun Tuhan itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina. Dan apakah ini cara manusia? Meskipun Ia didukakan oleh kita, Ia meminta kita untuk diperdamaikan, menanti untuk berlaku penuh rahmat, dan melimpahkan pengampunan-Nya. Dan apakah ini cara manusia? Sebagian penafsir memberikan arti lain untuk ayat ini, dengan membacanya sebagai berikut: Dan inilah hukum manusia, TUHAN Yahweh, yaitu, “Janji tentang seseorang yang kerajaannya akan ditegakkan untuk selama-lamanya ini harus dipahami sebagai seseorang yang merupakan manusia dan juga TUHAN Yahweh. Ini pastilah hukum dari orang yang demikian. Seorang Mesias dari keturunanku pastilah seorang manusia, tetapi, karena memerintah untuk selama-lamanya, pastilah Dia itu Allah.”
                    [2] Bahwa di luar ini tidak ada yang dapat kita inginkan: “Apakah yang dapat dikatakan Daud kepada-Mu lebih lagi dari pada itu? (ay. 20). Apalagi yang dapat kuminta atau harapkan? Engkau yang mengenal hamba-Mu ini, ya Tuhan, yang mengetahui apa yang akan membuat diriku bahagia, dan apa yang telah Engkau janjikan sudah cukup membuatku bahagia.” Janji Kristus mencakup segalanya. Jika orang itu, TUHAN Allah, menjadi milik kami, apalagi yang dapat kami minta atau pikirkan? (Ef. 3:20). Janji-janji yang termuat dalam kovenan anugerah dibuat oleh Dia yang mengenal kita, dan karenanya tahu bagaimana menyesuaikan janji-janji itu dengan setiap kebutuhan kita. Ia lebih mengenal diri kita daripada kita mengenal diri kita sendiri. Oleh karena itu, hendaklah kita puas dengan persediaan yang telah diberikan-Nya bagi kita. Adakah yang dapat kita katakan bagi diri kita sendiri dalam doa-doa kita, lebih daripada apa yang telah dikatakan-Nya bagi kita dalam janji-janji-Nya?
            3. Daud menganggap semuanya bersumber dari anugerah Allah yang cuma-cuma (ay. 21), baik itu perkara-perkara besar yang telah diperbuat-Nya baginya maupun perkara-perkara besar yang telah dinyatakan-Nya kepadanya. Semuanya itu,
                (1) Oleh karena firman-Nya, yaitu, demi Kristus sang Firman kekal. Semuanya itu berkat jasa-Nya. Atau, “Supaya Engkau mengagungkan firman-Mu yang mengandung janji ini di atas segala nama-Mu, dengan menjadikannya sebagai penopang dan tempat persediaan bagi umat-Mu.”
                (2) Menurut hati-Mu sendiri, menurut keputusan hikmat dan rancangan-Mu, ex mero motu -” menurut kerelaan kehendak-Mu sendiri. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua yang dilakukan Allah bagi umat-Nya dalam segala pemeliharaan-Nya, dan yang dijaminkan bagi mereka dalam janji-janji-Nya, adalah demi kesenangan-Nya dan kepujian-Nya, kesenangan kehendak-Nya dan pujian bagi firman-Nya.
            4. Daud memuja kebesaran dan kemuliaan Allah (ay. 22): Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau. Kesediaan Allah untuk merendah dengan penuh rahmat kepadanya, dan kehormatan yang telah diberikan Allah kepadanya, sama sekali tidak mengurangi pemujaannya yang penuh dengan rasa kagum dan hormat terhadap keagungan ilahi. Sebab semakin orang dibawa dekat kepada Allah, semakin besar kemuliaan-Nya yang mereka lihat, dan semakin kita disayang oleh-Nya, semakin kita seharusnya menyayangi Dia. Dan inilah yang kita akui tentang Allah, bahwa tidak ada yang seperti Dia, tidak pula ada allah lain selain Dia, dan bahwa apa yang telah kita lihat dengan mata kita tentang kuasa dan kebaikan-Nya adalah sesuai dengan segala yang kita dengar dengan telinga kita, dan separuhnya tidak diberitahukan kepada kita.
            5. Daud mengungkapkan rasa hormat yang besar untuk Israel kepunyaan Allah (ay. 23-24). Sama seperti tidak ada satu pun di antara para allah yang dapat dibandingkan dengan Yahweh, demikian pula tidak ada satu pun di antara bangsa-bangsa yang dapat dibandingan dengan Israel, dengan menimbang,
                (1) Perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan bagi mereka. Allah pergi untuk membebaskan mereka, mengerahkan kekuatan-Nya untuk pekerjaan itu sebagai pekerjaan yang besar, dan mengerjakannya dengan penuh kesungguhan. Elohim halecu, dii iveruni -” Allah-allah pergi, seolah-olah ada perundingan dan kesepakatan yang sama dari semua pribadi dalam Trinitas pada karya pembebasan sama seperti pada karya penciptaan, ketika Allah berkata, baiklah Kita menjadikan manusia. Mereka yang diutus Allah pergi untuk membebaskan. demikian dalam Alkitab bahasa Aram, yang saya kira berarti Musa dan Harun. Pembebasan Israel, seperti digambarkan di sini, adalah perlambang dari penebusan kita oleh Kristus, dalam arti bahwa,
                    [1] Mereka dibebaskan dari bangsa-bangsa lain dan allah-allah mereka. Demikian pula kita dibebaskan dari segala kesalahan dan segala keserupaan dengan dunia sekarang ini. Kristus datang untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.
                    [2] Mereka dibebaskan untuk menjadi umat kesayangan Allah, yang dimurnikan dan dikhususkan bagi-Nya, supaya Ia mendapat nama besar bagi diri-Nya dan melakukan perbuatan-perbuatan besar bagi mereka. Kehormatan Allah, dan kebahagiaan kekal orang-orang kudus, adalah dua hal yang dituju dalam pembebasan mereka.
                (2) Kovenan yang telah dibuat-Nya dengan mereka (ay. 24). Perjanjian tersebut bersifat,
                    [1] Timbal balik: “Mereka akan menjadi suatu umat bagi-Mu, dan Engkau akan menjadi Allah bagi mereka. Segala kepentingan mereka dikuduskan bagi-Mu, dan semua sifat-Mu diperlihatkan dalam berhubungan dengan mereka.”
                    [2] Tetap: “Engkau telah mengokohkan mereka.” Ia yang membuat kovenan menjadikan kovenan itu pasti, dan akan melaksanakannya.
            6. Daud menutup dengan permohonan-permohonan yang penuh kerendahan hati kepada Allah.
                (1) Daud mendasarkan permohonan-permohonannya pada pesan yang telah dikirimkan Allah kepadanya (ay. 27): Engkau telah menyatakan kepada hamba-Mu ini, yaitu, “Engkau oleh kehendak baik-Mu sendiri telah berjanji kepadaku bahwa Engkau akan membangunkan sebuah keluarga bagiku, sebab kalau tidak, aku tidak akan pernah bisa mempunyai hati untuk memanjatkan doa seperti ini. Aku tidak berani memohon hal-hal besar seperti itu seandainya aku tidak diarahkan dan didorong oleh janji-Mu untuk memohonkannya. Hal-hal itu memang terlalu besar untuk kumohon, tetapi tidak terlalu besar untuk Kau beri. Hamba-Mu telah mempunyai hati untuk memanjatkan doa ini,” demikian dalam bahasa aslinya dan dalam Alkitab Septuaginta. Banyak orang, ketika pergi berdoa, masih mencari hati, tetapi hati Daud sudah didapatkan, yaitu, hatinya sudah tetap, sudah kembali dari pengembaraan-pengembaraannya, dan sepenuhnya tercurah untuk menjalankan kewajiban. Doa yang hanya didapati di bibir saja tidak akan berkenan pada Allah. Doa harus didapati dalam hati. Hati harus diangkat dan dicurahkan di hadapan Allah. Hai anakku, berikanlah hatimu kepada Allah.
                (2) Daud membangun imannya dan berharap untuk berhasil berdasarkan kesetiaan Allah kepada janji-Nya (ay. 28): “Engkaulah Allah (Engkaulah Dia, yakni Allah itu, TUHAN semesta alam, dan Allah Israel, atau Allah yang firmannya benar itu, Allah yang kepada-Nya orang dapat bergantung itu). Dan Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hamba-Mu, yang karenanya berani aku mohonkan.”
                (3) Berdasarkan janji Allah itu Daud menyampaikan pokok doanya, dan ia merujuk pada janji itu sebagai penuntun doa-doanya.
                    [1] Ia berdoa bagi penggenapan janji Allah (ay. 25): “Kiranya firman itu digenapi bagiku, yang karenanya Engkau telah membuat aku berharap (Mzm. 119:49), dan lakukanlah seperti yang Engkau janjikan itu. Aku tidak menginginkan yang lebih lagi, dan aku tidak mengharapkan yang kurang. Begitu penuh janji itu, dan begitu teguh.” Demikianlah kita harus mengubah janji-janji Allah menjadi doa, dan baru kemudian janji-janji tersebut akan diubah menjadi penggenapan. Sebab, bagi Allah, berkata dan berbuat bukanlah dua hal yang berbeda, sebagaimana yang sering terjadi dengan manusia. Allah akan melakukan seperti yang telah dikatakan-Nya.
                    [2] Daud berdoa bagi kemuliaan nama Allah (ay. 26): Maka nama-Mu akan menjadi besar untuk selama-lamanya. Hal ini harus menjadi intisari dan pusat dari semua doa kita, menjadi Alfa dan Omega dari semua doa kita. Mulailah dengan dikuduskanlah nama-Mu, dan akhirilah dengan Engkaulah yang empunya kemuliaan sampai selama-lamanya. “Entah namaku menjadi besar atau tidak, kiranya nama-Mu akan menjadi besar.” Dan dia menganggap bahwa tidak ada yang membuat besar nama Allah lebih daripada ini, yaitu, mengatakan dengan perasaan yang semestinya, TUHAN semesta alam ialah Allah atas Israel. Hal ini memperlihatkan Allah Israel agung mulia, bahwa Ia adalah TUHAN semesta alam. Hal ini menunjukkan TUHAN semesta alam baik dan mulia, bahwa Ia adalah Allah atas Israel. Dalam keduanya, kiranya nama-Mu akan menjadi besar untuk selama-lamanya. Kiranya semua makhluk ciptaan dan semua jemaat memuliakan-Nya atas kedua hal ini. Daud merindukan penggenapan janji Allah bukan demi kehormatan namanya sendiri, melainkan demi kehormatan nama Allah. Demikian pula Anak Daud berdoa, Bapa, muliakanlah nama-Mu (Yoh. 12:28, 17:1), permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.




Daftar Label dari Kategori Renungan Katolik 2023




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Renungan Katolik Sabtu, 22 Juli 2023 - Yohanes 20:1,11-18 (Penjelasan) - BcO Rm. 12:1-21 atau Kol. 3:1-17 - Pesta St. Maria Magdalena

PREV:
Renungan Katolik Selasa, 18 Juli 2023 - Matius 11:20-24 - BcO 2 Samuel 4:2-5:7 - Hari biasa





Arsip Renungan Katolik 2023..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)