misa.lagu-gereja.com        
 
View : 4506 kali
Mengenal Katolik
09 Juli 2023
RITUS BARU KONSEKRASI USKUP ITU VALID
#tag:

Ritus baru konsekrasi uskup itu valid, meskipun kurang baik dan bermasalah.
Pada musim gugur tahun 2005, Pater Pierre Marie dari SSPX, seorang imam Dominikan tradisional di Avrille, Prancis, menerbitkan sebuah studi yang rinci dan bagus sekali di Sel de la Terre yang mendokumentasikan bahwa ritus baru konsekrasi uskup (digunakan di Gereja Latin sejak tahun 1969) itu valid (meskipun bermasalah karena alasan lain).[1] Baru-baru ini pada musim gugur yang lalu, pada 27 Agustus 2021, SSPX mengeluarkan video, “Apakah para imam dan para uskup Novus Ordo ditahbiskan secara valid?” di mana Pater Mcfarland secara menyeluruh menunjukkan bahwa ritus baru konsekrasi uskup memang merupakan ritus yang valid untuk mengonsekrasikan uskup.

Dalam studi tahun 2005, Pater Marie menulis,
“Studi komprehensif ini disusun untuk menyelesaikan perdebatan yang telah beredar di kalangan Katolik tradisional. Beberapa penulis telah memeriksa ritus baru konsekrasi uskup dan menyimpulkan bahwa itu pasti tidak valid. Karena ini akan menyebabkan masalah yang nyata jika itu benar dan karena kesadaran yang tinggi dari teori semacam itu, kami menyajikan studi tentang pertanyaan ini dan menyimpulkan bahwa itu valid.”

Karena banyak persoalan baru, dan karena beberapa masalah yang terlibat adalah kompleks, kami sajikan di sini ringkasan singkat dari studi ini.
Argumen utama untuk validitas ritus baru adalah sebagai berikut:
(1) Hal itu ditemukan dalam sebuah karya kuno yang disebut sebagai Tradisi Apostolik St. Hipolitus dari Roma.
(2) Hal itu tampaknya sebagian besar berasal dari dua Ritus Timur, yaitu Ritus Koptik dan Ritus Suriah Barat.
(3) Indefektibilitas Gereja Katolik bertentangan dengan 50 tahun lebih konsekrasi yang tidak valid.
Forma Valid, Timur dan Barat
Inilah bagaimana Paus Paulus VI menjelaskan alasannya untuk perubahan tersebut dengan mengutip Vatikan II:
“Dengan konsekrasi uskup dianugerahkan kepenuhan Sakramen Tahbisan, yaitu kepenuhan yang dalam praktik liturgi Gereja dan dalam bahasa para bapa kudus Gereja disebut sebagai imamat tertinggi, puncak pelayanan kudus. Adapun konsekrasi uskup menganugerahkan jabatan menguduskan, mengajar, dan memerintah. Namun, menurut hakikatnya tugas-tugas itu hanya dapat dilakukan dalam persekutuan hierarkis dengan kepala dan para anggota dewan. Sebab dari tradisi, yang diungkapkan terutama dalam ritus-ritus liturgi dan dalam praktik Gereja Barat dan Gereja Timur, jelaslah bahwa dengan penumpangan tangan dan kata-kata konsekrasi dianugerahkan rahmat dari Roh Kudus dan meterai kudus sedemikian rupa, sehingga para uskup secara mulia dan kelihatan mengemban peran Kristus sebagai guru, gembala, dan imam agung, dan bahwa mereka bertindak dalam pribadi-Nya.” (Lumen Gentium, 21).

Paus Roma lalu mengomentari Tradisi Apostolik Hipolitus:
“Untuk kata-kata ini harus ditambahkan banyak poin doktrin yang mengagumkan lainnya tentang suksesi apostolik para uskup serta tugas dan jabatan mereka, yang meskipun sudah tercantum dalam tahbisan konsekrasi uskup, tampaknya harus diungkapkan dengan cara yang lebih baik dan lebih akurat. Untuk pencapaian yang lebih baik dari tujuan ini, dinilai tepat untuk mengambil dari sumber-sumber kuno doa konsekrasi yang ditemukan dalam apa yang disebut sebagai Tradisi Apostolik Hipolitus dari Roma, yang ditulis pada awal abad ketiga dan masih dilestarikan dalam sebagian besar liturgi tahbisan Koptik dan Suriah Barat. Dengan demikian, kesepakatan tradisi Timur dan Barat mengenai tugas kerasulan para uskup akan menjadi saksi dalam tindakan penahbisan itu sendiri.”

Mengesampingkan masalah legitimasi, kesesuaian, dan keprihatinan pastoral, tidak ada yang membatalkan Sakramen Tahbisan dengan mengganti satu forma valid dengan forma lainnya yang valid dan tradisional. Pater Marie memeriksa klaim-klaim Paulus VI ini dalam tabel perbandingan yang jelas, yang menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan ini memang akurat.
Dalam wawancara buku pertamanya, Yang Mulia Athanasius Schneider mengomentari kontroversi ini sebagai berikut:

“Paus Paulus VI hanya mengubah forma sakramen konsekrasi uskup. Forma Sakramen Tahbisan imam dan diakon tetap sama. Untuk melayani sakramen secara valid diperlukan materi yang valid, forma yang valid, dan niat untuk melakukan apa yang Gereja lakukan. Dalam hal ini, pertanyaannya hanya forma. Sebenarnya, Paulus VI mengambil forma Sakramen Tahbisan uskup dari Ritus Byzantium [Ritus Timur]. Para paus sepanjang sejarah selalu mengakui kevalidan konsekrasi uskup Byzantium. Saya tidak melihat masalah doktrinal dalam forma Sakramen Tahbisan uskup yang diperkenalkan oleh Paulus VI. Paus yang sama mengambil forma Sakramen Krisma dari Ritus Byzantium. Namun, Gereja Katolik selalu mengakui kevalidan Krisma di Gereja Byzantium. Oleh karena itu, teori yang mengatakan bahwa ritus baru tahbisan uskup tidak valid adalah tidak berdasar dan tidak serius.”[2]
Dia lalu mengajukan keberatan bahwa ritus-ritus Novus Ordo serupa cacatnya dengan ritus-ritus Anglikan yang tidak valid, yang menjawab dengan perbedaan-perbedaan ini:

“Ritus baru tahbisan uskup sepenuhnya Katolik. Kaum Anglikan mengubah ritus tahbisan uskup dalam pengertian Protestan tanpa menyebutkan kurban Ekaristi dan imamat. Oleh karena itu, tahbisan mereka tentu saja tidak valid karena cacat objektif dari niat yang benar. Dalam kasus reformasi ritus tahbisan yang dibuat oleh Paulus VI, terdapat referensi yang cukup untuk doktrin imamat Katolik dan kurban Ekaristi yang sejati.”[3]

Argumen Sede
Namun, mari kita pertimbangkan argumen yang dibuat oleh mendiang Pater Anthony Cekada, salah satu cendekiawan Sedevakantis yang paling terkenal.
Pater Cekada sangat menekankan:
“Prinsip yang [Paus] Pius XII tetapkan dalam Sacramentum Ordinis: Bahwa forma sakramen yang esensial untuk penganugerahan episkopal harus secara tegas menandakan efek-efek sakramennya: (1) kuasa tahbisan yang dianugerahkan (tahbisan episkopal) dan (2) rahmat dari Roh Kudus.”
Selanjutnya, mari kita memeriksa dengan teliti doa konsekrasi ritus baru. Apakah itu memenuhi persyaratan-persyaratan ini? Bagian doa berikut dibacakan oleh semua uskup yang mengonsekrasikan dengan tangan terkatup:

“Sekarang curahkanlah ke atas orang yang terpilih ini kuasa yang berasal dari-Mu, yaitu Roh yang memerintah, yang Engkau berikan kepada Putra-Mu terkasih, Yesus Kristus, Roh yang diberikan oleh-Nya kepada para rasul-Nya yang kudus, yang telah mendirikan Gereja di setiap tempat untuk menjadi bait kudus-Mu untuk kemuliaan dan pujian bagi nama-Mu yang tiada henti-hentinya.”

Lalu konsekrator utama melanjutkan sendiri:
“Bapa, Engkau mengenal semua hati. Engkau telah memilih hamba-Mu ini untuk jabatan uskup. Semoga dia menjadi gembala bagi kawanan-Mu yang kudus, dan imam agung yang tak bercela di hadapan-Mu, melayani-Mu siang dan malam; semoga dia selalu mendapatkan berkat dari kebaikan-Mu dan mempersembahkan pemberian-pemberian dari Gereja-Mu yang kudus. Melalui Roh yang memberikan rahmat imamat agung, berilah dia kuasa untuk mengampuni dosa-dosa seperti yang telah Engkau perintahkan, untuk menugaskan pelayanan-pelayanan seperti yang telah Engkau tetapkan, dan untuk melepaskan setiap ikatan dengan otoritas yang telah Engkau berikan kepada para rasul-Mu. Semoga dia berkenan kepada-Mu dengan kelembutan dan kemurnian hatinya, mempersembahkan persembahan yang harum kepada-Mu, dengan perantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, melalui-Nya kemuliaan, dan kuasa, dan hormat disampaikan kepada-Mu bersama Roh Kudus di Gereja-Mu yang kudus, sekarang dan selamanya.”

Keberatan Sede 1: “Roh yang memerintah bukanlah Roh Kudus. Itu ambigu.”
Roh yang memerintah bukan Roh Kudus? Jadi, siapakah Roh yang diberikan oleh Bapa kepada Putra-Nya Yesus Kristus, dan Roh yang diberikan oleh Tuhan kita Yesus kepada para rasul-Nya yang kudus? Atau siapakah “Roh yang memerintah” (Spiritu principali) dari Mazmur 50:14 [Mazmur 51:12 dalam versi modern]? Roh jahat? Tidak mungkin. Tentu saja itu adalah Roh Kudus, teks selanjutnya menjelaskannya.
Keberatan Sede 2: “Roh yang memerintah tidak cukup menandakan kuasa episkopal”
Ini adalah keberatan yang lebih baik, yang benar-benar sampai pada inti permasalahan, tetapi pada akhirnya gagal.

Pertama, hanya episkopat yang merupakan tahbisan yang memerintah. Imamat biasa atau presbiterat adalah tahbisan yang lebih rendah dan bukan tahbisan utama imamat.
Kedua, ini bahkan lebih jelas dalam bahasa Latin: Spiritus principalis, Roh yang memberikan perintah utama.

Ketiga, terbukti dari fakta bahwa Roh yang diminta adalah Roh yang dianugerahkan kepada Tuhan kita Yesus Kristus. Sekarang, tidak diragukan lagi bahwa Tuhan kita adalah imam agung menurut peraturan Melkisedek, seperti yang dikatakan Alkitab (lihat Ibrani 2:17, 3:1, 4:14-15, 6:20, 7:26, dll).
Keempat, hal ini jelas dari dari penyebutan para rasul. Apakah ada orang yang akan membantah bahwa para rasul hanyalah imam biasa? Tidak, tentu saja mereka adalah uskup dan imam agung.

Kelima, itu juga tersirat dalam acuan pendirian Gereja. Para rasul mendirikan Gereja dengan mengabadikan para uskup dan para imam untuknya-"sesuatu yang dapat mereka lakukan karena mereka adalah para uskup yang memiliki kepenuhan imamat.

Oleh karena itu, kami setidaknya memiliki lima indikasi yang jelas dari dalam forma yang esensial itu sendiri bahwa ritus ini valid, dan secara tegas menandakan apa yang diminta oleh Paus Pius XII.
Keberatan 3: “Konteks” tidak masalah. Hanya forma esensialnya yang penting.

Iya dan tidak. Konteks berperan dalam memahami apa arti kata-kata dalam forma esensial itu sendiri. Jadi, ketika ada rujukan kepada “Roh yang memberikan rahmat imamat agung” di bagian setelah forma esensial, hal itu penting bukan karena kata-kata yang menyertai forma tersebut dapat meneguhkan sakramen secara valid, tetapi karena arti kata-kata dalam forma esensial itu sendiri yang membuatnya menjadi jelas.

Keenam, kita memiliki rujukan yang jelas tentang jabatan uskup. Ini bukanlah ritus untuk apa pun selain konsekrasi uskup ke jabatan uskup. Keberatan dibuat bahwa ritus itu kadang-kadang digunakan untuk para patriark, tetapi saat itulah para patriark menerima konsekrasi pada saat pelantikan mereka ke dalam jabatan. Doktrin yang benar tetapi lebih berkembang tentang perbedaan antara tahbisan dan yurisdiksi lebih dipahami sepenuhnya pada kemudian hari.
Ketujuh, kita memiliki rujukan pada “Roh yang memberikan rahmat imamat agung.” Hal ini secara tegas menandakan (1) Rahmat dari Roh Kudus dan (2) tahbisan episkopat yang spesifik dan menegaskan bahwa “Roh yang memerintah, yang Engkau berikan kepada Putra-Mu terkasih, Yesus Kristus, Roh yang diberikan oleh-Nya kepada para rasul-Nya yang kudus, yang mendirikan Gereja,” adalah Roh yang memberikan rahmat imamat agung, kuasa episkopat.

Kedelapan, bukan untuk mengulang-ulang pokok bahasan, tetapi hanya untuk menghilangkan semua keraguan yang tidak perlu dan skrupel, kami memiliki rujukan terakhir pada “otoritas yang telah Engkau berikan kepada para rasul-Mu,” sebuah rujukan yang nyata untuk otoritas episkopal, juga ditegaskan dengan rujukan untuk menugaskan pelayanan-pelayanan, dan lain-lain.

Pater Marie menunjukkan bahwa semua ini tidak berarti reformasi-"bukan tidak bisa salah dan bukan tidak bisa diubah-"tidak bermasalah karena alasan lain:
“Namun, perlu diingat bahwa kami hanya berbicara tentang kevalidan ritus baru yang diterbitkan oleh Vatikan. Kami tidak berbicara tentang legitimasi reformasi ini (apakah baik untuk meniadakan Ritus Roma dan menggantinya dengan Ritus Timur?), atau tentang validitas berbagai terjemahan dan adaptasi dari yang resmi dalam berbagai kasus tertentu …”

Mengingat semua ini, orang Katolik tradisional harus berusaha untuk mempromosikan pemulihan Ritus Roma tradisional di dalam Gereja Latin, tetapi tanpa mempertanyakan kevalidan ritus baru konsekrasi uskup. Tentu saja ritus yang valid masih kurang baik. Jika ritus konsekrasi yang baru memang tidak valid, seperti yang diklaim oleh para Sedevakantis, maka Gereja telah dilucuti dari rahmat sakramen dan jabatan uskup di seluruh dunia-"di luar, tentu saja, daftar kapel Sedevakantis diperdebatkan. Dengan demikian, proposisi seperti itu melemahkan dogma indefektibilitas Gereja. Terlepas dari kekurangan-kekurangan ritus Novus Ordo, ritus-ritus itu terus mewariskan konstitusi episkopal Gereja Kristus dan tentunya menganugerahkan rahmat sakramen untuk keselamatan jiwa-jiwa. Oleh karena itu, Gereja bahkan dalam krisis ikonoklasme yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetap memberikan keselamatan kepada umat beriman.

Bukti Mukjizat Ekaristi-"Penegasan Terakhir dan Lebih Lanjut
Editor kontributor kami, Charles Coulombe, pada musim gugur yang lalu menulis tentang enam mukjizat baru-baru ini yang semuanya disetujui oleh otoritas uskup, semuanya ditegaskan oleh sains, dan semuanya dari Novus Ordo. Misalnya, di bawah Kardinal Jorge Bergoglio sendiri di Buenos Aires, 

Coulombe menceritakan analisis ilmiah berikut ini:

Pada 21 Oktober 1999, sebuah laboratorium genetika mulai menganalisis sampel [dari mukjizat hosti]. Pada 28 Januari, mereka menemukan DNA manusia dalam sampel: itu adalah darah manusia yang memiliki kode genetik manusia-"sekali lagi, AB Positif [sama dengan kain kafan Turin, sudarium dari Oviedo, dan darah dari Lanciano].

Pada bulan Maret, Dr. Robert Lawrence, seorang ahli patologi forensik-"seorang yang ahli dalam pemeriksaan jaringan-"diminta untuk berpartisipasi dalam analisis ini karena ditemukannya zat yang menyerupai jaringan manusia dalam sampel. Dia menemukan kulit manusia dan sel darah putih.
Namun, Dr. Eduardo Ardonidoli, yang telah mempelajari hosti dari Lanciano mempelajari hosti ini atas permintaan Konferensi Uskup Italia. Dia berkata, “Ini mungkin jaringan jantung, bukan epidermis, bukan kulit manusia.” Sampel lalu dikirim ke Profesor John Walker dari Universitas Sydney di Australia dan melaporkan bahwa sampel yang dikirim adalah sel otot yang meradang disertai dengan sel darah putih utuh. Peradangan menandakan orang tersebut menderita. Pada tahun 2003 dia lebih lanjut menyatakan bahwa sampel ini “mungkin berhubungan” dengan jaringan jantung yang meradang.
Selanjutnya berkonsultasi dengan ahli patologi jantung terkemuka: Profesor Federico Stigibe dari Universitas Columbia di New York. Laporannya dikirim pada 26 Maret 2005, menyatakan, “Ini adalah jaringan jantung. Ini memiliki perubahan degeneratif miokardium dan ini disebabkan oleh sel-sel yang meradang dan itu adalah ventrikel kiri jantung.” Dr. Stigbe berkata bahwa pasien dari sampel ini sangat menderita (dia tidak tahu bahwa sampel ini berasal dari hosti), karena mereka telah menusuk-Nya di dada dan menyebabkan serangan jantung.

Yang lebih aneh lagi adalah keberadaan sel darah putih. Jika darah seseorang diambil, dalam waktu 15 menit sel darah putih akan hancur. Jadi, bagaimana mungkin sampai tahun 2005 sel darah putih tetap ada pada sampel yang diambil pada tahun 1996?

Maka, Tuhan kita, dengan mukjizat-mukjizat yang hanya bisa datang dari-Nya, dengan jelas menjawab pertanyaan itu. Ritus baru ini tidak diragukan lagi valid, meskipun kita dapat mengatakan bahwa itu kurang baik karena alasan lain.

Kepada teman-teman Sedevakantis kami: tidak ada keraguan bahwa ritus-ritus sakramen yang baru itu valid dan bahwa Gereja Katolik Roma masih berlanjut hingga hari ini. Seperti yang disebutkan dalam artikel sebelumnya, semua uskup yang ditunjuk untuk menjabat oleh Venerabilis Paus Pius XII kini telah meninggal. Karena itu, jika Venerabilis Paus Pius XII adalah paus terakhir, Gereja akan kehilangan yurisdiksi biasa, kehilangan kerasulan formal, dan membelot. Gereja Katolik Roma yang kudus tidak berlanjut dalam sekte-sekte Sedevakantis yang skismatik, yang bukan Katolik Roma karena mereka tidak bersatu dengan Roma, tetapi berlanjut dalam Gereja yang terlihat, dengan ribuan uskup di seluruh dunia yang terdiri dari Magisterium biasa dan Magisterium universal Gereja. Kami berdoa agar suatu hari nanti kalian kembali kepada Gereja.

Catatan kaki:
[1] Garam Dunia, No. 54., Musim gugur 2005, hlm. 72-129.
[2] Uskup Athanasius Schneider, Gereja Katolik, Ke Manakah Engkau Menuju? (Dániel Fülep, 2018), 54.
[3] Ibid., 55.
Diterjemahkan oleh Nicholas Adityas dari:
https://onepeterfive.com/new-rite-consecration-valid/



Daftar Label dari Kategori Mengenal Katolik
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Panduan Dalam Memakai Rosario

PREV:
APAKAH KAMU PERCAYA BAHWA TUHAN HADIR DI SINI?





Arsip Mengenal Katolik..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)