misa.lagu-gereja.com        
 
View : 6248 kali
Materi Khotbah Katolik 2019
Minggu, 24 Maret 2019
(Yohanes 4:5-42)

Minggu, 24 Maret 2019 - Kedatangan Kristus di Samaria - Yohanes 4:5-42 - BcO Ibr. 1:1-2:4 - HARI MINGGU PRAPASKAH III - warna liturgi Ungu

Minggu, 24 Maret 2019   
HARI MINGGU
PRAPASKAH III
Kel. 3:1-8a,13-15; Mzm. 103:1-2,3-4,6-7,8,11;
1Kor. 10:1-6,10-12; Luk. 13:1-9. atau Ad libitum (dari Tahun A): Kel. 17:3-7;
Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; Rm. 5:1-2,5-8;
Yohanes 4:5-42. (atau Yoh. 4:5-15, 19b-26, 39a, 40-42)
BcO Ibr. 1:1-2:4.
warna liturgi Ungu

Yohanes 4:5-42

4:5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. 4:6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. 4:7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." 4:8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. 4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) 4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." 4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? 4:12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" 4:13 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, 4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." 4:15 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." 4:16 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." 4:17 Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, 4:18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." 4:19 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. 4:20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." 4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 4:25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." 4:26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau." 4:27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?" 4:28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: 4:29 "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" 4:30 Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. 4:31 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." 4:32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." 4:33 Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" 4:34 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. 4:35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. 4:36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. 4:37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. 4:38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka." 4:39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." 4:40 Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. 4:41 Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, 4:42 dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

Penjelasan:

*   Kedatangan Kristus di Samaria. Ia menyuruh murid-murid-Nya untuk tidak masuk ke dalam kota orang Samaria (Mat. 10:5), artinya untuk tidak memberitakan Injil atau mengerjakan mujizat apa pun. Di sini Ia pun tidak berkhotbah di depan umum, atau mengerjakan mujizat apa pun, karena pandangan-Nya tertuju kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Kebaikan yang Ia lakukan di sini sifatnya sambil lalu saja; hanya remah-remah dari roti anak-anak yang kebetulan jatuh dari meja tuannya.
        . Jalan Kristus dari Yudea ke Galilea terbentang melintasi daerah Samaria (ay.4): Ia harus melintasi daerah Samaria. Tidak ada jalan lain, kecuali Ia mau mengambil jalan memutar di sisi lain sungai Yordan, tetapi itu jalan memutar yang jauh. Orang-orang jahat dan duniawi saat ini sudah begitu bercampur dengan Israel kepunyaan Allah sehingga, kecuali kita keluar dari dunia ini, kita tidak dapat menghindari pertemuan dengan orang-orang seperti itu (1Kor. 5:10). Oleh karena itu kita membutuhkan perlengkapan senjata kebenaran di tangan kiri dan kanan, supaya kita tidak membangkitkan amarah mereka ataupun menjadi cemar karena mereka. Janganlah kita masuk ke tempat-tempat pencobaan kecuali kalau harus perlu demikian; dan kalau harus terpaksa, janganlah kita tinggal di dalamnya, melainkan harus bergegas melewatinya. Sebagian orang berpikir bahwa Kristus harus melintasi daerah Samaria karena pekerjaan baik yang harus Ia lakukan di sana; ada seorang perempuan miskin yang harus diubahkan, seekor domba yang harus dicari dan diselamatkan. Ini adalah pekerjaan yang selalu ada di hati-Nya, jadi Ia harus melewati jalan tersebut. Inilah kebahagiaan bagi Samaria, bahwa daerah itu terletak di jalan Kristus, sehingga Ia memiliki kesempatan untuk memanggil mereka. Maka Aku lalu dari situ dan Aku berkata kepadamu: Engkau harus hidup (Yeh. 16:6).
        . Tempat peristirahatan-Nya terletak di sebuah kota di Samaria.

        Sekarang perhatikan:

            (1) Gambaran tentang tempat tersebut. Tempat itu disebut Sikhar, mungkin sama dengan Sikhem atau Sekhem, tempat yang sering kita baca dalam Perjanjian Lama. Demikianlah nama-nama tempat biasanya berubah seiring perjalanan waktu. Sikhem menghasilkan orang bukan-Yahudi pertama yang masuk ke dalam jemaat Israel (Kej. 34:24), dan sekarang tempat ini menjadi tempat pertama di mana Injil diberitakan di luar wilayah Israel. Demikianlah menurut pengamatan Dr. Lightfoot. Begitu juga yang terjadi dengan lembah Akhor, yang menjadi pintu pengharapan, yaitu pengharapan bagi orang-orang bukan-Yahudi yang malang, yang melintasi kota ini (Hos. 2:14). Ini adalah tempat Abimelekh menjadi raja dan pusat kerajaan Yerobeam, tetapi ketika penulis Kitab Injil ini hendak menceritakan kepada kita masa lalu tempat tersebut, ia memperhatikan harta Yakub di situ, yang lebih mendatangkan kehormatan bagi tempat itu daripada raja-raja.
                [1] Di sinilah letak tanah Yakub, sebidang tanah yang Yakub berikan kepada anaknya, Yusuf, yang tulang-tulangnya dikuburkan di sana (Kej. 48:22; Yos. 24:32). Mungkin hal ini disebutkan untuk mengisyaratkan bahwa Kristus, ketika Ia beristirahat di situ, mengambil kesempatan dari tanah yang diberikan Yakub kepada Yusuf, untuk merenungkan kesaksian baik yang dihasilkan para nenek moyang dengan iman mereka. Bapa Gereja Hieronimus memilih untuk tinggal di tanah Kanaan, supaya pemandangan di tempat itu membuatnya lebih dapat menghayati kisah-kisah di dalam Alkitab.
                [2] Di sinilah tempat sumur Yakub, yaitu sumur yang digalinya, atau paling tidak digunakannya, untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Sumur ini tidak pernah disebutkan di dalam Perjanjian Lama, tetapi berdasarkan tradisi orang mempercayai bahwa ini adalah sumur Yakub.
            (2) Posisi tubuh Tuhan kita Yesus di tempat itu. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu.

            Di sini diceritakan Tuhan kita Yesus:

                [1] Mengalami kelelahan yang biasa dialami orang-orang yang dalam perjalanan. Ia sangat letih oleh perjalanan. Walaupun saat itu masih pukul dua belas, dan Ia baru menjalani setengah dari perjalanan satu hari-Nya, namun Ia sudah sangat letih; mungkin juga karena waktu itu pukul dua belas, saat paling panas dalam sehari, maka Ia menjadi sangat letih.

                Di sini kita melihat:

                    Pertama, bahwa Ia benar-benar seorang manusia, dan dapat merasakan kelemahan seperti manusia pada umumnya. Dosa mendatangkan kerja keras (Kej. 3:19), maka Kristus, yang menjadikan diri-Nya kutuk karena kita, harus mengalaminya.
                    Kedua, bahwa Ia adalah orang yang miskin. Jika tidak, Ia mungkin melakukan perjalanan dengan menunggang kuda atau mengendarai kereta kuda. Ia merendahkan diri-Nya bagi kita sampai pada kehinaan dan mati raga seperti ini, sehingga Ia melakukan perjalanan-Nya dengan berjalan kaki. Ketika budak-budak menunggang kuda, pembesar-pembesar berjalan kaki seperti budak-budak (Pkh. 10:7). Ketika kita dapat menempuh perjalanan dengan mudah, marilah kita mengingat kelelahan Tuan kita.
                    Ketiga, tampaknya Ia hanyalah seorang yang lemah lembut, yang tidak memiliki tubuh yang kekar. Tampaknya murid-murid-Nya tidak letih, sehingga mereka dapat pergi ke kota tanpa kesulitan, sementara Guru mereka duduk dan tidak mampu berjalan lebih jauh. Tubuh yang terbuat dari tanah yang rapuh ini memang sangat peka terhadap rasa lelah, sehingga hampir tidak dapat menanggungnya.
                [2] Di sini diceritakan Ia berusaha memulihkan diri-Nya dengan cara yang biasa dilakukan orang-orang yang dalam perjalanan. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu.
                    Pertama, Ia duduk di pinggir sumur itu, sebuah tempat yang tidak nyaman, dingin dan keras. Ia tidak memiliki bangku ataupun kursi yang nyaman untuk beristirahat, namun memanfaatkan apa saja yang tersedia di situ, untuk mengajar kita agar tidak memilih-milih dan mencari kenyamanan dalam hidup, melainkan puas dengan hal-hal yang sederhana saja.
                    Kedua, Ia duduk di situ, dengan posisi tubuh yang tidak nyaman; duduk sembarangan saja -- incuriose et neglectim, atau Ia duduk dengan cara yang biasa dilakukan orang-orang yang sangat letih karena perjalanan jauh.
    II. Percakapan-Nya dengan seorang perempuan Samaria, yang dicatat dengan lengkap di sini, sedangkan perdebatan-Nya dengan para alim ulama dan percakapan-Nya dengan Musa dan Elia di atas gunung terkubur dalam keheningan.

    Percakapan ini dapat dibagi menjadi empat pokok:

        . Mereka bercakap-cakap tentang air (ay. 7-15).
            (1) Di sini digambarkan situasi yang melandasi percakapan tentang air ini.
                [1] Seorang perempuan Samaria datang untuk menimba air. Ini mengisyaratkan kemiskinannya, ia tidak memiliki hamba untuk menimba air baginya. Ini juga berbicara mengenai kerajinannya, bahwa ia mau mengerjakannya sendiri.

                Lihatlah di sini:

                    Pertama, bagaimana Allah mengakui dan berkenan atas kerajinan yang disertai dengan sifat jujur dan rendah hati dalam pekerjaan-pekerjaan kita. Dulu, kabar mengenai Kristus juga diberitakan kepada para gembala ketika mereka sedang menjaga kawanan domba mereka.
                    Kedua, bagaimana Allah Sang Pemelihara mengerjakan tujuan-tujuan mulia melalui peristiwa-peristiwa yang bagi kita hanya tampak kebetulan dan tidak disengaja. Pertemuan perempuan ini dengan Kristus di sumur mungkin mengingatkan kita akan kisah tentang Ribka, Rahel, dan anak perempuan Yitro, yang semuanya berjumpa dengan suami-suami mereka, yaitu suami-suami yang baik, yang tiada lain adalah Ishak, Yakub, dan Musa sendiri, ketika mereka pergi ke sumur mencari air.
                    Ketiga, bagaimana anugerah Allah kadang kala bertindak terlebih dahulu dan secara tak terduga membawa orang ke dalam pertobatan dan keselamatan. Ia berkenan ditemukan oleh mereka yang tidak mencari-Nya.
                [2] Murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.

                Ambillah pelajaran:

                    Pertama, tentang keadilan dan kejujuran. Kristus membeli dan membayar makanan yang Ia makan, sama seperti Paulus (2Tes. 3:8).
                    Kedua, tentang ketergantungan pada Allah Sang Pemelihara setiap hari: Janganlah kamu khawatir akan hari esok. Kristus tidak pergi ke kota untuk makan, melainkan menyuruh murid-murid-Nya membawakan makanan-Nya ke situ, bukan karena Ia segan makan di sebuah kota Samaria, melainkan,
                        . Karena ia memiliki suatu pekerjaan baik yang harus dikerjakan di sumur itu, yang mungkin dapat dikerjakan sementara murid-murid-Nya sedang mengusahakan makanan. Mengisi menit-menit kosong kita dengan hal-hal baik, sehingga tidak ada potongan waktu yang hilang, adalah bijaksana. Petrus, ketika makan malamnya sedang dipersiapkan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi (Kis. 10:10).
                        . Karena Ia dapat makan dengan lebih menyendiri dan tenang, lebih murah dan sederhana, jika makanan-Nya dibawa ke situ, daripada jika ia pergi ke kota. Mungkin kantong-Nya tipis, dan Ia hendak mengajar kita cara mengatur sumber daya dengan baik, membelanjakan uang sesuai dengan apa yang kita miliki dan tidak besar pasak daripada tiang. Paling tidak, Ia hendak mengajar kita untuk tidak terpikat pada hal-hal yang mewah. Kristus dapat menyantap makanannya di pinggir sumur sama nikmatnya seperti makan di penginapan terbaik di kota. Marilah kita bertindak sesuai dengan keadaan kita. Nah, situasi ini memberi Kristus sebuah kesempatan untuk bercakap-cakap dengan perempuan ini tentang hal-hal rohani, dan Ia menggunakan kesempatan tersebut. Ia sering kali berkhotbah kepada orang banyak yang mengerumuni-Nya untuk mendapatkan pengajaran, tetapi di sini Ia berkenan merendah untuk mengajar satu orang, seorang perempuan, perempuan yang miskin, seorang asing, seorang Samaria. Ini mengajar pelayan-pelayan-Nya untuk melakukan hal yang sama, supaya mereka mengerti bahwa menolong, walaupun hanya satu jiwa, untuk menyelamatkannya dari kematian, adalah sebuah prestasi yang mulia.
                            (2) Mari kita memperhatikan perincian dari percakapan ini.
                                [1] Yesus memulai percakapan dengan sebuah permintaan sederhana akan seteguk air: Berilah Aku minum. Ia yang oleh karena kita menjadi miskin di sini malah menjadi pengemis, supaya mereka yang kekurangan dan tidak dapat bekerja, tidak perlu malu untuk mengemis. Kristus meminta air, bukan hanya karena Ia membutuhkan air dan membutuhkan bantuan perempuan ini untuk mengambil air, melainkan karena Ia hendak memancing percakapan lebih jauh dengan perempuan tersebut. Ia juga ingin mengajar kita untuk bersedia meminta tolong kepada orang yang paling hina jika perlu. Hingga kini, Kristus masih mengemis demi umat-Nya yang miskin, dan segelas air dingin yang diberikan kepada mereka dalam nama-Nya, seperti dari wanita Samaria ini, tidak akan kehilangan upahnya.
                                [2] Perempuan ini, walaupun tidak menolak permintaan Kristus, berbantah dengan-Nya karena Ia tidak bersikap seperti kebiasaan bangsa-Nya sendiri (ay. 9): Masakan?

                                Amatilah:

                                    Pertama, alangkah parahnya perseteruan yang ada di antara orang Yahudi dan orang Samaria: Orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Orang-orang Samaria adalah lawan orang Yehuda (Ezr. 4:1), yang dalam setiap kesempatan bersikap jahat terhadap mereka. Orang Yahudi pun sangat mendendam terhadap orang Samaria. Mereka "menganggap orang Samaria tidak memiliki bagian dalam kebangkitan, mengucilkan dan mengutuk mereka demi nama Allah yang kudus, demi tulisan agung pada loh-loh batu, dan demi kutuk yang dijatuhkan lembaga pengadilan tinggi dan rendah, dan dengan hukum ini, tidak ada orang Israel yang makan apa pun yang menjadi milik orang Samaria, karena itu sama seperti makan daging babi." Demikian Dr. Lightfoot, dari Rabbi Tanchum. Perhatikan, pertikaian tentang agama biasanya adalah yang paling keras dari semua jenis pertikaian. Manusia diciptakan untuk vergaul satu sama lain. Namun jika manusia, karena yang satu beribadah di bait yang satu dan yang lain beribadah di bait yang lain, menyangkal ibadah kemaunsiaan, kasih kepada sesama, dan aturan kesopanan umum, maka mereka akan penuh sifat permusuhan dan tidak sehat. Orang seperti itu suka menghina dan mencela, dan dengan diwarnai semangat yang menggebu-gebu untuk agama, mereka hanya menunjukkan bahwa walaupun agama mereka mungkin benar, mereka tidak benar-benar beragama. Dengan berpura-pura berpegang teguh pada agama, mereka justru menggagalkan tujuan agama tersebut.
                                    Kedua, bagaimana perempuan ini siap untuk mencela Kristus karena kesombongan dan sifat buruk bangsa Yahudi: Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku? Dengan memperhatikan pakaian atau logat-Nya, atau keduanya, ia mengetahui bahwa Kristus pastilah seorang Yahudi, dan merasa aneh bahwa Ia tidak melibatkan diri dalam berbagai kejahatan tak terkendali yang dilakukan orang Yahudi lain terhadap orang Samaria. Perhatikan, orang-orang yang tidak berlebihan dalam mengikuti kelompok mana pun, seperti Yosua dan teman-temannya (Za. 3:8), merupakan suatu lambang (KJV: orang-orang yang dikagumi). Dua hal yang membuat perempuan ini heran atau merasa kagum adalah:
                                        . Bahwa Kristus meminta kebaikan ini darinya. Padahal kebanggaan orang Yahudi adalah mereka lebih suka menanggung penderitaan daripada meminta tolong dari seorang Samaria. Ini adalah bagian dari perendahan diri Kristus, bahwa Ia dilahirkan dari bangsa Yahudi, yang bukan saja saat itu berada dalam kondisi buruk karena berada di bawah penjajahan Romawi, melainkan juga memiliki nama buruk di antara bangsa-bangsa. Dengan penuh penghinaan Pilatus bertanya, Apakah aku seorang Yahudi? (Yoh. 18:35) Dengan demikian Ia bukan saja telah mengosongkan diri-Nya sendiri, Ia bahkan mendapatkan reputasi yang buruk. Dalam hal ini Ia memberi kita teladan untuk melawan arus kejahatan yang sudah menjadi kebiasaan umum. Kita harus, seperti Guru kita, mengenakan kebaikan dan kemurahan hati, walaupun sifat seluruh bangsa kita atau tabiat kelompok kita sangat penuh dengan kebencian dan kejahatan. Perempuan ini mengira Kristus akan bersikap sama seperti orang Yahudi lainnya. Sungguh tidaklah adil untuk menuduh setiap orang akan melakukan kesalahan-kesalahan yang umum dilakukan dalam masyarakatnya. Tidak ada hukum tanpa perkecualian.
                                        . Perempuan ini heran bahwa Kristus berharap menerima kemurahan hati darinya, yang adalah seorang Samaria: "Kalian orang Yahudi biasa tidak mau bermurah hati kepada salah seorang dari bangsa kami, jadi mengapa kami harus melakukannya bagi salah seorang dari kalian?" Begitulah, perselisihan terus dipanas-panasi dengan balas dendam dan saling hukum.
                                [3] Kristus memakai kesempatan ini untuk mengajar perempuan tersebut mengenai hal-hal ilahi: Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah, niscaya engkau telah meminta kepada-Nya (ay. 10).

                                Perhatikanlah:

                                    Pertama, Ia menolak keberatan perempuan itu mengenai pertikaian antara orang Yahudi dan Samaria, dan tidak memperhatikannya sama sekali. Beberapa perbedaan paling baik diatasi dengan cara mengabaikannya, dan menghindari setiap kesempatan untuk berdebat tentang hal-hal tersebut. Kristus hendak membuat perempuan ini bertobat, bukan dengan menunjukkan kepadanya bahwa ibadah orang Samaria menyebabkan perpecahan (walaupun memang demikian), melainkan dengan menunjukkan kepadanya kebodohan dan kehidupannya yang tidak bermoral, dan kebutuhannya akan seorang Juruselamat.
                                    Kedua, Kristus memberinya pemahaman bahwa ia sekarang memiliki kesempatan (yaitu kesempatan yang lebih adil daripada yang ia sadari) untuk memperoleh sesuatu yang akan menjadi keuntungan luar biasa baginya. Perempuan ini tidak memiliki bantuan yang dimiliki bangsa Yahudi untuk mengenali tanda-tanda zaman, maka Kristus memberitahukannya secara langsung dengan jelas bahwa sekarang ia memperoleh masa anugerah. Ini adalah hari lawatan Tuhan bagi dia.
                                        a. Kristus memberi perempuan ini petunjuk tentang apa yang sebaiknya ia ketahui, tetapi tidak diketahuinya: Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah, yaitu, seperti yang dijelaskan oleh kata-kata selanjutnya, siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum. Jikalau engkau tahu siapakah Aku. Perempuan ini melihat Dia sebagai seorang Yahudi, seorang miskin yang sedang dalam perjalanan dan menjadi letih karenanya, namun Kristus ingin memberitahukan kepadanya lebih banyak tentang diri-Nya, yang belum tampak saat itu.

                                        Perhatikan:

                                            (a) Yesus Kristus adalah karunia Allah, bukti yang paling berharga dari kasih Allah untuk kita, dan harta paling berharga dari segala yang baik bagi kita. Sebuah karunia, bukan utang yang dapat kita tagih dari Allah, dan bukan pinjaman, yang akan Ia minta kembali dari kita, melainkan sebuah karunia, pemberian atau hadiah cuma-cuma (3:16).
                                            (b) Ini hak istimewa yang luar biasa bagi kita, karena karunia Allah itu diperhadapkan dan ditawarkan kepada kita. Kita sungguh mendapat kesempatan untuk menerimanya: "Ia yang adalah karunia dari Allah sekarang berada di hadapanmu, menunjukkan diri-Nya sendiri kepadamu, Dia itulah yang berkata, Berilah Aku minum. Karunia ini datang meminta kepadamu."
                                            (c) Walaupun Kristus berada di hadapan kita, dan memohon kepada kita di dalam dan dengan Injil-Nya, namun ada banyak orang yang tidak mengenal Dia. Mereka tidak tahu siapa yang berbicara kepada mereka di dalam Injil, yang berkata, "Berilah Aku minum." Mereka tidak mengerti bahwa itu adalah Tuhan yang memanggil mereka.
                                        b. Kristus mempunyai harapan tentang apa yang akan perempuan ini lakukan jika ia mengenal-Nya. Ia yakin perempuan tersebut tidak akan menjawab Dia dengan kasar dan tidak sopan. Tidak, dia pasti akan jauh dari sikap menghina, ia bahkan akan mengajukan permohonannya kepada Kristus: Niscaya engkau telah meminta kepada-Nya.

                                        Perhatikan:

                                            (a) Mereka yang ingin mendapatkan sesuatu dari Kristus harus memintanya, harus berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkannya.
                                            (b) Mereka yang memiliki pengenalan yang benar tentang Kristus pasti akan mencari Dia, dan jika kita tidak mencari Dia, itu adalah tanda bahwa kita tidak mengenal-Nya (Mzm. 9:11).
                                            (c) Kristus mengetahui apa yang akan dilakukan oleh orang-orang yang menginginkan sarana pengetahuan jika mereka mendapatkannya (Mat. 11:21).
                                        c. Kristus meyakinkan perempuan itu tentang apa yang niscaya Ia lakukan baginya jika ia meminta kepada-Nya: "Ia telah memberikan kepadamu (dan tidak mencelamu, seperti yang kau lakukan kepada-Ku) air hidup." Yang dimaksud dengan air hidup adalah Roh, yang tidak seperti air di dalam sumur, yang Ia minta sedikit, melainkan seperti air yang hidup atau mengalir, yang jauh lebih berharga. Perhatikan:
                                            (a) Roh kasih karunia adalah seperti air hidup (7:38). Dengan persamaan ini berkat-berkat Mesias telah dijanjikan dalam Perjanjian Lama (Yes. 12:3; 35:7; 44:3; 55:1; Za. 14:8). Kasih karunia dari Roh serta penghiburan-Nya memuaskan jiwa yang dahaga, yang mengenal sifat dan kebutuhannya sendiri.
                                            (b) Yesus Kristus dapat dan akan memberikan Roh Kudus kepada orang-orang yang meminta-Nya; karena Ia menerima supaya Ia dapat memberi.
                                [4] Perempuan tersebut berkeberatan dan mencela petunjuk yang Kristus berikan dengan murah hati kepadanya (ay. 11-12): Engkau tidak punya timba, dan selain itu, adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub? Apa yang Kristus katakan sebagai perumpamaan ditafsirkannya secara harfiah. Nikodemus juga melakukan hal yang sama. Lihat betapa kacaunya pemahaman yang mereka miliki tentang hal-hal rohani. Mereka mencapuradukkan hal-hal rohani dengan hal-hal indrawi. Perempuan tersebut menghormati orang ini dengan memanggil-Nya Tuhan, atau Tuan, tetapi hanya sedikit penghormatan yang diberikannya kepada apa yang Ia katakan, yang hanya ia tanggapi dengan cemooh.
                                    Pertama, perempuan ini berpikir bahwa Kristus tidak akan dapat memberikannya air apa pun, tidak dari sumur yang ada di dekat situ: Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam. Ini ia katakan, karena ia tidak mengetahui kuasa Kristus. Tuhan yang menaikkan kabut dari ujung bumi, tidak membutuhkan apa pun untuk menimba air. Memang ada orang-orang yang tidak dapat mempercayai Kristus lebih jauh daripada yang dapat mereka lihat pada diri-Nya, dan tidak akan mempercayai janji-Nya kecuali cara kerjanya dapat dilihat, seakan-akan Ia terikat pada cara-cara kita, dan tidak dapat menimba air tanpa timba kita. Dengan nada mencemooh dia bertanya, "Dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Aku tidak dapat membayangkan bagaimana Engkau bisa memperolehnya." Perhatikan, sumber air hidup itu, yang disediakan Kristus bagi mereka yang datang kepada-Nya, bersifat rahasia dan tersembunyi. Sumber hidup tersembunyi dengan Kristus. Kristus memilikinya cukup banyak untuk kita, walaupun kita tidak dapat melihat dari mana Ia memilikinya.
                                    Kedua, perempuan ini berpikir bahwa Kristus tidak mampu memberinya air yang lebih baik daripada air yang bisa ia peroleh: Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami?
                                        a. Kita anggap saja kepercayaan tradisional benar, bahwa Yakub, dengan anak-anak dan ternaknya, benar-benar minum dari sumur itu. Ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan dari hal ini,
                                            (a) Kuasa dan pemeliharaan Allah menjaga mata air dari generasi ke generasi, dengan sirkulasi air sungai yang tetap, yang mengalir dan terus mengalir ke laut (Pkh. 1:7), seperti darah di dalam tubuh yang dialirkan oleh denyut jantung.
                                            (b) Kesederhanaan sang bapa leluhur, Yakub. Ia meminum air sumur yang sama dengan anak-anak dan ternaknya.
                                        b. Namun, dengan menganggap kepercayaan itu benar, perempuan ini tidak pada tempatnya dalam beberapa hal, seperti:
                                            (a) Memanggil Yakub sebagai bapa. Wewenang apakah yang dimiliki orang Samaria sehingga menganggap diri mereka sebagai keturunan Yakub? Mereka adalah keturunan dari banyak campuran yang ditempatkan raja Asyur di kota Samaria, jadi apa hubungan mereka dengan Yakub? Apakah karena mereka adalah penyerang hak-hak Israel, dan pemilik tidak sah atas tanah Israel, maka mereka menjadi pewaris darah dan kehormatan Israel? Sungguh suatu pengakuan yang tidak masuk akal!
                                            (b) Tidak pada tempatnya ia mengaku-ngaku sumur itu sebagai pemberian Yakub, karena bukan Yakublah yang memberikan sumur itu, seperti halnya juga, bukan Musa yang memberikan manna (6:32). Namun demikianlah kita cenderung menganggap orang yang membawakan karunia Allah sebagai pemberi karunia tersebut, dan begitu memperhatikan tangan yang mengantarkan sehingga melupakan tangan yang mengirimkan. Yakub memberikan sumur itu kepada anak-anaknya, bukan kepada mereka. Namun demikianlah musuh-musuh gereja bukan hanya merampas, melainkan juga menguasai seluruhnya hak-hak istimewa gereja.
                                            (c) Tidak pada tempatnya ia mengatakan bahwa Kristus tidak layak jika dibandingkan dengan bapa kita Yakub. Perasaan suka yang berlebihan akan masa lalu membuat anugerah Allah dalam diri orang-orang baik pada masa kita sendiri diremehkan.
                                [5] Kristus menjawab celaan ini dengan menjelaskan, bahwa air hidup yang Ia miliki jauh lebih baik daripada air yang berasal dari sumur Yakub (ay. 13-14). Walaupun perempuan tersebut berbicara dengan sikap menentang, Kristus tidak menolak dia, melainkan terus mengajar dan memberinya dorongan. Ia menunjukkan kepadanya,
                                    Pertama, bahwa air dari sumur Yakub hanya memberikan kepuasan dan persediaan sementara. "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi. Air ini tidak lebih baik daripada air lain; akan mengusir dahaga sebentar, lalu dahaga itu akan kembali lagi. Dalam beberapa jam orang akan membutuhkan dan menginginkan air yang sama banyak dengan yang sudah ia minum."

                                    Ini mengisyaratkan:

                                        . Kelemahan tubuh kita dalam keadaannya saat ini, masih penuh kekurangan dan selalu membutuhkan. Hidup seperti api, seperti pelita, yang akan segera padam jika tidak terus mendapatkan bahan bakar. Panas alami menghabiskan dirinya sendiri.
                                        . Ketidaksempurnaan segala kenyamanan yang kita miliki di dunia ini. Semuanya tidak tahan lama, dan kepuasan yang diberikan pun hanya sementara. Apa pun air kenyamanan yang kita minum, kita akan haus lagi. Makanan dan minuman yang dihabiskan kemarin pun tidak berguna untuk pekerjaan hari ini.
                                    Kedua, bahwa air hidup yang hendak Ia berikan menghasilkan kepuasan dan kebahagiaan kekal (ay. 14). Karunia-karunia Kristus jelas tampak paling berharga ketika dibandingkan dengan hal-hal dari dunia ini, karena tidak ada kesetaraannya sama sekali. Siapa pun yang mengambil bagian dalam Roh kasih karunia dan penghiburan dari Injil yang kekal:
                                        a. Ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Ia tidak akan pernah mencari lagi apa yang akan memuaskan keinginan jiwanya secara berlimpah-limpah. Ada keinginan yang kuat, namun bukan keinginan yang merana. Ia akan memiliki kehausan yang menginginkan Allah lebih dari segalanya, lebih dan lebih lagi, namun bukan kehausan yang tanpa pengharapan.
                                        b. Oleh karena itu ia tidak akan haus untuk selama-lamanya, karena air yang Kristus berikan akan menjadi mata air di dalam dirinya. Ia tak akan dapat kekurangan karena memiliki di dalam dirinya sumber persediaan dan kepuasan.
                                            (a) Selalu tersedia, karena mata air itu ada di dalam dirinya. Pokok anugerah yang tertanam di dalam dirinya merupakan mata air penghiburan baginya (7:38). Orang yang baik dipuaskan dari dalam dirinya sendiri, karena Kristus berdiam di dalam hatinya. Urapan berdiam di dalam dia; dia tidak perlu pergi kepada dunia untuk mendapatkan penghiburan, karena karya dan kesaksian Roh di dalam hatinya melengkapinya dengan sebuah dasar pengharapan yang kokoh dan sumber sukacita yang melimpah ruah.
                                            (b) Tidak pernah berhenti mengalir, karena mata air itu ada di dalam dia. Orang yang memiliki hanya seember air tidak akan kehausan selama masih ada air tersebut, tetapi air itu akan segera habis. Tetapi orang-orang percaya memiliki di dalam diri mereka mata air yang mengalir dan selalu mengalir. Mata air ini adalah asas-asas iman dan kasih yang dibentuk oleh agama kudus Kristus di dalam jiwa mereka.
                                                [a] Air itu memancar keluar, selalu bergerak, memperlihatkan tindakan-tindakan kasih karunia yang kuat dan giat. Jika kebenaran-kebenaran yang baik tidak mengerjakan apa-apa di dalam jiwa kita, seperti air yang menggenang, maka kebenaran-kebenaran itu tidak memenuhi tujuan kita menerimanya. Jika ada harta yang baik di dalam hati, maka kita harus menghasilkan hal-hal yang baik.
                                                [b] Air itu memancar sampai kepada kehidupan kekal.

                                                Ini mengisyaratkan:

                                                    Pertama, tujuan dari tindakan-tindakan kebaikan. Jiwa yang sudah dikuduskan mengarahkan pandangannya ke sorga, menjadikan sorga sebagai tujuannya, melibatkan sorga dalam rancangannya, melakukan segala sesuatu untuk sorga, dan tidak akan menginginkan apa pun selain sorga. Kehidupan rohani memancar menuju kesempurnaannya dalam kehidupan kekal.
                                                    Kedua, kesinambungan dari tindakan-tindakan itu, yang akan terus memancar hingga mencapai kesempurnaan.
                                                    Ketiga, mahkota untuk semua itu akhirnya adalah kehidupan kekal. Air hidup memancar dari sorga, dan karena itu memancar menuju sorga (Pkh. 1:7).

                                    Jadi, bukankah air hidup ini lebih baik daripada air sumur Yakub?

                                [6] Perempuan tersebut (apakah ia mengolok-olok atau bersungguh-sungguh, sulit kita ketahui) memohon kepada Kristus supaya Ia memberikan air itu kepadanya (ay. 15): Berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus.
                                    Pertama, beberapa orang berpikir ia mengolok-olok, dan mencemooh perkataan Kristus sebagai omong kosong belaka, dan dengan cemoohannya itu ia memohon, bukan karena menginginkan, melainkan untuk menantang Kristus supaya memberinya air itu. "Ini penemuan yang langka. Ini akan banyak meringankan kesusahanku, karena aku tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." Tetapi,
                                    Kedua, sebagian orang lain lagi berpikir bahwa permohonan ini maksudnya baik, hanya saja acuh tak acuh dan tidak sungguh-sungguh diinginkan. Ia memang mengerti bahwa Kristus membicarakan sesuatu yang sangat baik dan berguna, dan karena itu ia mengaminkannya saja, tanpa maksud tertentu. Apa pun itu, berikanlah kepadaku, siapakah yang mau menunjukkan kebaikan padaku? Kenyamanan atau keringanan dalam bekerja adalah suatu hal yang berharga bagi orang-orang miskin yang harus bekerja membanting tulang.

                                    Perhatikan:

                                        . Bahkan mereka yang lemah dan bodoh masih memiliki suatu keinginan samar-samar dan tidak menentu akan Kristus dan karunia-karunia-Nya, serta beberapa kerinduan baik untuk mendapatkan anugerah dan kemuliaan.
                                        . Hati yang duniawi, seberapa baik pun keinginan hatinya itu, tidak dapat melihat lebih tinggi daripada tujuan-tujuan duniawi. "Berikanlah itu padaku," katanya, "bukan supaya aku boleh mendapatkan kehidupan kekal" (seperti yang ditawarkan Kristus), "melainkan supaya aku tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."

        . Pokok pembicaraan yang berikutnya dengan perempuan ini adalah mengenai suaminya (ay. 16-18). Kristus memulainya bukan untuk menghentikan percakapan tentang air hidup, seperti banyak orang memasukkan hal-hal yang tidak ada kaitannya ke dalam percakapan supaya mereka dapat menghentikan suatu pokok pembicaraan yang serius. Kristus menyinggung soal suaminya dengan tujuan yang murah hati. Ia menyadari bahwa apa yang Ia katakan tentang karunia-Nya dan kehidupan kekal kurang berkesan bagi perempuan tersebut, karena ia belum diyakinkan tentang dosanya. Oleh karena itu, Ia menghentikan pembicaraan tentang air hidup untuk sementara, lalu mulai mencoba membangunkan hati nurani perempuan ini, untuk membuka luka rasa bersalahnya, supaya dengan demikian ia akan lebih mudah memahami perlunya penyembuhan dengan anugerah. Inilah cara berurusan dengan jiwa-jiwa; mereka pertama-tama harus dibuat letih dan menderita karena beban dosa, lalu dibawa kepada Kristus untuk memperoleh istirahat. Pertama tusuklah pada jantungnya, lalu sembuhkanlah. Ini adalah pelajaran tentang tubuh rohani, dan jika kita tidak mengikuti urutan ini berarti kita memulai dari ujung yang salah.

        Perhatikan:

            (1) Betapa bijaksana dan sopannya Kristus memulai pokok pembicaraan ini (ay. 16): Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.

            Nah di sini:

                [1] Perintah yang Kristus berikan kepadanya memiliki maksud yang sangat baik: "Panggillah suamimu, supaya ia dapat mengajarimu, dan membantumu memahami hal-hal yang sama sekali tidak engkau mengerti." Para istri yang ingin memahami sesuatu harus menanyakannya kepada suaminya (1Kor. 14:35), yang harus hidup bersama mereka sebagai laki-laki yang bijaksana (1Ptr. 3:7). "Panggillah suamimu, supaya ia dapat belajar bersama-sama denganmu, supaya kemudian kalian dapat menjadi teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan. Panggillah suamimu, supaya ia dapat menyaksikan apa yang terjadi di antara kita." Kristus hendak mengajar kita untuk melakukan apa yang baik bagi semua orang dan untuk mempelajari apa yang terpuji.
                [2] Selain memiliki maksud yang baik, perintah-Nya itu juga memiliki rancangan yang baik, karena dari sini Ia hendak mengambil kesempatan untuk mengingatkan dia akan dosanya. Dibutuhkan seni dan kebijaksanaan dalam memberikan teguran dengan cara tidak langsung, seperti yang dilakukan perempuan dari Tekoa (2Sam. 14:20).
            (2) Betapa kerasnya perempuan tersebut berusaha menghindari kesalahannya terungkap, namun tanpa sadar menunjukkan kesalahannya sendiri; tanpa sadar ia mengakui kesalahannya dengan mengatakan Aku tidak mempunyai suami. Maksudnya tidak lebih untuk mengatakan bahwa ia tidak peduli untuk memberitahukan suaminya, dan biarlah perkara suaminya ini tidak usah disinggung-singgung lagi. Ia tidak ingin memanggil suaminya datang ke tempat itu, supaya jangan sampai dalam pembicaraan selanjutnya kebenaran tentang dirinya menjadi terungkap dan membuatnya malu. Oleh karena itu, "Kumohon lanjutkan, bicarakan tentang hal lain saja, aku tidak mempunyai suami." Meskipun benar dia tidak mempunyai suami, dia akan dikira seorang pelayan atau seorang janda, padahal kedua hal itu tidak benar. Pikiran duniawi sangat cerdik dalam mengalihkan pengungkapan kesalahan, dan dengan hati-hati menutupi dosa supaya tetap merasa aman.
            (3) Dengan tepatnya Tuhan kita Yesus mengembalikan kesadaran hati nuraninya. Mungkin Ia mengatakan lebih banyak daripada yang tercatat di sini, sebab perempuan ini mengatakan bahwa Kristus mengatakan semua yang pernah ia lakukan (ay. 29), sedangkan yang tercatat di sini hanyalah mengenai suami-suaminya.

            Di sini kita temukan:

                [1] Sebuah cerita mengejutkan tentang perbuatan masa lalunya: Engkau sudah mempunyai lima suami. Tidak diragukan lagi, ini bukanlah penderitaannya (bahwa sekian banyak suaminya telah meninggal), melainkan dosanya, yang hendak dicela oleh Kristus. Mungkin ia kawin lari (karena hukum yang berlaku), lari dari suami-suaminya untuk menikahi pria lain. Mungkin ia seorang yang tidak bertanggung jawab, najis, dan tidak setia, sehingga suami-suaminya menceraikan dia. Atau mungkin juga, dengan cara yang bertentangan dengan hukum Taurat, ia menceraikan mereka. Orang-orang yang menganggap remeh perbuatan-perbuatan memalukan seperti ini, seakan-akan dosa ini seperti angin lalu saja, haruslah ingat bahwa Kristus mencatat segala sesuatu dan akan membuat perhitungan mengenainya.
                [2] Suatu teguran keras terhadap keadaan hidupnya saat itu: Yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Mungkin ia tidak pernah menikahinya sama sekali, atau laki-laki itu memiliki istri lain, atau yang paling mungkin adalah bahwa bekas suaminya (satu, beberapa, atau semuanya) masih hidup, yang berarti ia hidup dalam perzinahan. Namun perhatikan bagaimana Kristus menyampaikan teguran-Nya dengan lembut. Ia tidak menyebut dia pelacur, melainkan mengatakan, Yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu, dan membiarkan hati nuraninya mengatakan selebihnya. Perhatikan, teguran biasanya paling banyak berguna jika paling sedikit membangkitkan amarah.
                [3] Namun di dalamnya Kristus memberikan penafsiran yang lebih baik atas apa yang perempuan tersebut katakan, daripada yang benar-benar hendak ditunjukkannya dengan cara berbelit-belit dan menghindar: Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, dan lagi, Dalam hal ini engkau berkata benar. Apa yang perempuan tersebut maksudkan sebagai penyangkalan terhadap kenyataan (bahwa ia tidak menikah dengan laki-laki yang tinggal dengannya), Kristus mengartikannya dengan lebih baik, atau setidaknya membalikkan kepadanya, sebagai sebuah pengakuan atas kesalahan. Perhatikan, orang-orang yang hendak memenangkan jiwa-jiwa harus menggunakan apa yang terbaik yang ada pada jiwa-jiwa itu, mereka harus bekerja berdasarkan sifat-sifat baik yang ada pada jiwa-jiwa itu. Sebaliknya, jika jiwa-jiwa itu dijelek-jelekkan, maka pasti mereka akan lebih mengamuk dengan sifat-sifat buruk mereka.
        . Pokok percakapan berikutnya dengan perempuan tersebut adalah mengenai tempat ibadah (ay. 19-24).

        Perhatikan:

            (1) Masalah hati nurani yang dikemukakan perempuan tersebut kepada Kristus, mengenai tempat ibadah (ay. 19-20).
                [1] Alasan ia harus menyampaikan masalah ini: Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa engkau seorang nabi. Ia tidak menyangkal kebenaran dari apa yang Kristus tuduhkan kepadanya, melainkan dengan sikap diamnya itu ia mengakui adilnya teguran itu. Ia juga tidak menjadi marah karena teguran itu, seperti yang terjadi dengan banyak orang kalau tempat lukanya disentuh. Ia tidak menghubungkan teguran Kristus dengan perasaan muak yang biasa dimiliki orang Yahudi terhadap orang Samaria, melainkan bersedia menerima teguran itu (ini adalah hal yang jarang terjadi). Bukan hanya itu saja, ia bahkan melangkah lebih jauh lagi:
                    Pertama, ia berbicara dengan hormat kepada Kristus, dengan memanggilnya Tuhan (KJV: Tuan). Demikianlah kita harus menghormati orang-orang yang memperlakukan kita dengan baik. Ini adalah hasil dari kelemahlembutan Kristus dalam menegur dia. Kristus tidak menggunakan bahasa yang kasar untuk berbicara dengannya, maka ia pun melakukan hal yang sama.
                    Kedua, ia mengakui Kristus sebagai seorang nabi, yang memiliki hubungan dengan sorga. Perhatikan, kuasa perkataan Kristus dalam menyelidiki hati, dan menyadarkan hati nurani akan dosa yang tersembunyi, adalah bukti yang sangat kuat bahwa kuasa-Nya itu berasal dari Allah, (1Kor. 14:24-25).
                    Ketiga, perempuan ini menginginkan pengajaran lebih jauh dari Kristus. Banyak orang tidak marah ketika ditegur, juga tidak menentang, namun takut dan menjauh dari orang-orang yang menegur mereka. Tetapi perempuan ini justru ingin meneruskan percakapan dengan Dia yang telah menunjukkan kesalahannya.
                [2] Masalah yang ia ajukan mengenai tempat ibadah keagamaan untuk umum. Beberapa orang berpikir bahwa perempuan tersebut memulai pokok percakapan ini untuk meninggalkan percakapan lebih jauh tentang dosanya. Pertentangan-pertentangan dalam agama sering kali berurusan dengan rasa saling curiga mengenai kesalehan orang lain, namun tampaknya ia mengajukan pokok tersebut dengan maksud yang baik. Ia mengerti bahwa ia harus menyembah Tuhan, dan ingin melakukannya dengan benar. Oleh karena itu, ia memanfaatkan pertemuannya dengan seorang nabi untuk meminta petunjuk darinya. Perhatikan, kita bersikap bijaksana jika kita memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Ketika kita bersama dengan orang-orang yang layak untuk mengajar, marilah kita berkeinginan kuat untuk belajar, dan siap mengajukan pertanyaan yang baik kepada orang yang mampu memberikan jawaban yang baik pula. Orang Yahudi dan orang Samaria sama-sama setuju bahwa Allah harus disembah (bahkan orang-orang bodoh yang menyembah allah-allah palsu pun tahu diri untuk jangan sampai tidak menyembah apa-apa), dan bahwa ibadah keagamaan adalah urusan yang sangat penting: orang tidak akan berselisih tentang ibadah jika tidak memiliki kepedulian tentang hal itu. Namun perbedaan yang menjadi masalah adalah di mana mereka harus menyembah Allah. Perhatikan bagaimana ia menyatakan masalah tersebut:
                    Pertama, bagi orang Samaria: Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, dekat dengan kota ini dan sumur ini. Di sana bait orang Samaria dibangun oleh Sanbalat, mendukung apa yang perempuan ini katakan secara tidak langsung,
                        . Bahwa apa pun baitnya, tempat itu suci. Tempat itu adalah gunung Gerizim, yaitu gunung di mana berkat-berkat Allah dinyatakan. Sebagian orang berpikir itu adalah tempat yang sama di mana Abraham membangun mezbahnya (Kej. 12:6-7) dan Yakub juga (Kej. 33:18-20).
                        . Bahwa ibadah mereka itu sudah menjadi suatu ketetapan hukum: Nenek moyang kami menyembah di sini. Ia berpikir bahwa masa lalu, tradisi, dan pewarisan ada di pihak mereka. Suatu cara hidup yang sia-sia sering kali dipertahankan dengan alasan ini, bahwa hal itu kami warisi dari nenek moyang kami. Namun, ia tidak punya banyak alasan untuk menyombongkan nenek moyang mereka, karena, ketika Antiokhus menganiaya bangsa Yahudi, orang-orang Samaria yang takut harus mengalami penderitaan yang sama dengan mereka, bukan hanya memutuskan semua hubungan dengan bangsa Yahudi, melainkan juga menyerahkan bait mereka kepada Antiokhus, dengan permintaan supaya bait itu dipersembahkan kepada Jupiter Olympius, dan diberi nama sesuai dengan namanya (Josephus, Antiq. 12. 257-264).
                    Kedua, bagi orang Yahudi: Kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah. Orang Samaria mengatur diri mereka sendiri dengan lima kitab Musa, dan (menurut beberapa orang) hanya kelima kitab itu saja yang mereka terima sebagai kanon (hukum utama) mereka. Nah, walaupun mereka menemukan di dalam kitab-kitab itu disebutkan beberapa kali mengenai tempat yang akan dipilih Allah, tetapi mereka tidak menemukan nama tempat itu disebut di sana. Selain itu, mereka melihat bait Allah di Yerusalem telah banyak dilucuti dari kejayaan masa lalunya, dan karena itu mereka pikir mereka bebas mendirikan tempat lain, mezbah melawan mezbah.
            (2) Jawaban Kristus atas masalah hati nurani ini (ay. 21 dan seterusnya). Orang-orang yang mendekatkan dirinya kepada Kristus untuk menerima pengajaran akan menemukan Dia lemah lembut, mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.

            Nah, di sini kita melihat:

                [1] Dengan enteng, Kristus menjawab pertanyaan tentang tempat ibadah yang diajukan perempuan tersebut (ay. 21): "Hai perempuan, percayalah kepada-Ku sebagai nabi, dan perhatikanlah apa yang Aku katakan. Engkau boleh saja berharap-harap agar suatu waktu kelak, entah oleh wahyu ilahi atau tanda-tanda dari Allah, masalah ini akan diputuskan apakah Yerusalem atau gunung Gerizim. Namun, Aku katakan kepadamu sekarang saatnya kini sudah dekat bahwa tidak akan ada lagi pertanyaan. Apa yang diajarkan kepadamu itu sebagai sesuatu yang sangat penting, akan dikesampingkan sebagai hal yang tidak ada apa-apanya." Perhatikan, persaingan kita bisa menjadi reda bila kita berpikir bahwa masalah-masalah yang saat ini membebani kita dan yang begitu kita ributkan itu akan segera hilang dan tidak akan ada lagi. Hal-hal yang begitu kita pertengkarkan sedang berlalu: Saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
                    Pertama, sasaran penyembahan kita harus selalu tetap sama, yaitu Allah, sebagai Bapa. Dengan das
Label:   Yohanes 4:5-42 



Daftar Label dari Kategori Materi Khotbah Katolik 2019
Lukas 10:1-9(1)
Lukas 15:1-3.11-32(1)
Lukas 18:9-14(1)
Lukas 1:1-4;4:14-21(1)
Lukas 22:14-23:56(1)
Lukas 24:13-35(1)
Lukas 2:22-40(1)
Lukas 4:1-13(1)
Lukas 4:21-30(1)
Lukas 5:1-11(1)
Lukas 5:27-32(1)
Lukas 6:27-38(1)
Lukas 6:39-45(1)
Lukas 9:11b-17(1)
Lukas 9:28b-36(1)
Lukas 9:51-62(1)
Markus 10:13-16(1)
Markus 16:9-15(1)
Markus 6:30-34(1)
Markus 9:2-13(1)
Matius 16:13-19(1)
Matius 5:43-48(1)
Matius 6:24-34(1)
Yohanes 10:27-30(1)
Yohanes 11:1-45(1)
Yohanes 11:45-56(1)
Yohanes 13:31-33a,34-35(1)
Yohanes 14:15-26 14:15-16,23b-26(1)
Yohanes 14:23-29(1)
Yohanes 14:7-14(1)
Yohanes 15:18-21(1)
Yohanes 16:23b-28(1)
Yohanes 17:20-26(1)
Yohanes 21:1-19(1)
Yohanes 21:20-25(1)
Yohanes 2:1-11 (1)
Yohanes 4:5-42(1)
Yohanes 6:16-21(1)
Yohanes 6:60-69(1)
Yohanes 7:40-53(1)
Yohanes 9:1-41(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Sabtu, 30 Maret 2019 - Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai - Lukas 18:9-14 - BcO Ibr. 6:9-20 - Hari biasa Pekan III Prapaskah - warna liturgi Ungu

PREV:
Sabtu, 23 Maret 2019 - Perumpamaan tentang anak yang hilang - Lukas 15:1-3.11-32 - BcO Ul. 32:48-52; 34:1-12 - warna liturgi Putih





Arsip Materi Khotbah Katolik 2019..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)