misa.lagu-gereja.com        
 
Kamis, 27 Juni 2024
Sirillus dr Aleksandria
2Raj 24:8-17; Mzm 79:1-2.3-5.8.9; 
Matius 7:21-29.
BcO Ezra 9:1-9.15-10:5
Warna Liturgi Hijau

Matius 7:21-29
7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Dua macam dasar
7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 7:25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 7:26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 7:27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Kesan pendengar
7:28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, 7:29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

Penjelasan:


* Keniscayaan Ketaatan kepada Ajaran Kristus (7:21-29)

    Di sini kita melihat kesimpulan dari Khotbah di Bukit yang panjang dan sangat luar biasa ini. Tujuan dari kesimpulan ini adalah untuk menunjukkan pentingnya ketaatan terhadap perintah-perintah Kristus. Kesimpulan ini dimaksudkan untuk mengokohkan pakunya agar menancap dengan kuat. Kristus menyampaikannya kepada murid-murid-Nya yang duduk di kaki-Nya setiap kali Ia berkhotbah dan yang mengikuti-Nya ke mana pun Ia pergi. Seandainya Ia mencari pujian dari manusia, Ia cukup mengatakannya saja. Namun, pengajaran yang hendak ditanamkan-Nya itu terdiri dari kuasa, bukan dari perkataan saja (1Kor. 4:20), dan oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lebih dari itu.

I. Dengan sebuah pernyataan sederhana, Ia menunjukkan bahwa mengaku-ngaku diri beragama saja, sehebat apa pun juga itu, tidak akan membawa kita ke sorga, kecuali disertai dengan perilaku yang sesuai (ay. 21-23). Penghakiman diserahkan seluruhnya kepada Tuhan Yesus. Kunci-kunci diberikan kepada-Nya. Ia memiliki kuasa untuk menetapkan persyaratan baru mengenai kehidupan dan kematian, serta mengadili manusia sesuai perbuatan mereka. Inilah pernyataan khidmat menurut kuasa yang ada pada-Nya itu. Perhatikanlah di sini:

. Hukum Kristus ditetapkan (ay. 21). Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan anugerah dan kemuliaan. Ini adalah jawaban atas pertanyaan dalam Mazmur 15:1. Siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? -- Orang percaya yang masih berjuang di dunia ini. Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? -- Orang percaya yang sudah masuk sorga. Di sini Kristus menunjukkan:

(1) Bahwa tidaklah cukup untuk sekadar berkata, "Tuhan, Tuhan." Kita bisa mengakui Kristus sebagai Guru dengan kata-kata semata, berseru kepada-Nya, mengakui Dia demikian dalam doa kepada Allah, ketika bercakap-cakap dengan sesama. Kita memanggil-Nya Tuhan, Tuhan. Kita berkata, itu tepat, sebab memang Dialah Guru dan Tuhan (Yoh. 13:13). Namun, coba bayangkan, apakah ini saja sudah cukup untuk membawa kita ke sorga, bahwa sepenggal basa-basi seperti ini akan diberi imbalan sebesar itu, atau bahwa Dia yang mengenal dan menghendaki hati akan bisa diperdaya dengan hal-hal lahiriah seperti ini? Pujian manusia itu hanyalah sekadar sopan santun saja, yang dibalas dengan pujian pula, namun itu tidak pernah dibayar sebagaimana pelayanan-pelayanan yang sebenarnya. Kalau begitu, dapatkah pujian kita diperhitungkan oleh Kristus? Mungkin dalam doa Tuhan, Tuhan, ada maksud mendesak. Namun, jika kesan batiniah tidak sesuai dengan ungkapan lahiriah, kita tak lebih daripada gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Ini bukan berarti bahwa kita tidak boleh berkata, Tuhan, Tuhan, atau dilarang berdoa dengan sungguh, tidak boleh mengakui nama Kristus, atau tidak boleh mengakuinya dengan terang-terangan. Sebaliknya, yang dimaksudkan di sini adalah supaya kita tidak boleh mengandalkan hal-hal ini saja, atau menjalankan ibadah secara lahiriah saja tanpa kuasa di dalamnya.

(2) Bahwa demi kebahagiaan kita, sangatlah penting bagi kita untuk melakukan kehendak Kristus, yang memang merupakan kehendak Bapa-Nya yang di sorga. Kehendak Allah, sebagai Bapa Kristus, adalah kehendak-Nya seperti yang diberitakan dalam Injil, sebab di situlah Ia diperkenalkan sebagai Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus, dan melalui Kristus, menjadi Bapa kita juga. Inilah kehendak-Nya, yaitu agar kita percaya kepada Kristus, agar kita bertobat dari dosa, agar kita menjalani hidup kudus, agar kita saling mengasihi. Inilah kehendak Allah: pengudusan kita. Jika kita tidak mengikuti kehendak Allah, kita menghina Kristus dengan memanggil-Nya Tuhan, seperti orang-orang yang mengenakan jubah mewah kepada-Nya sambil berkata, Salam, hai raja orang Yahudi! Mengatakan dan melakukan sesuatu adalah dua hal yang berbeda dan sering kali juga terpisah, seperti orang yang berkata, Baik, bapa, tetapi ia tidak pergi (21:30). Namun, dua hal ini telah dipersatukan Allah dalam perintah-Nya, dan janganlah manusia yang berani menceraikannya berpikir ia akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

. Seruan orang munafik terhadap ketatnya hukum ini, dengan menawarkan hal-hal lain sebagai pengganti ketidaktaatan (ay. 22). Seruan itu akan terdengar pada hari terakhir, hari yang agung itu, ketika setiap orang akan tampak sebagaimana adanya, ketika segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, antara lain, kepura-puraan tersembunyi yang dipakai orang berdosa sekarang ini untuk mendukung harapan mereka yang sia-sia. Kristus mengetahui kuatnya alasan mereka itu, tetapi yang sebenarnya lemah. Apa yang sekarang mereka simpan di hati, akan mereka kemukakan kelak pada hari penghakiman untuk menghindari malapetaka, tetapi usaha ini akan sia-sia saja. Mereka akan berseru dengan mendesak-desak, Tuhan, Tuhan, dan dengan penuh percaya diri menuntut Kristus mengenai hal tersebut; Tuhan, tidakkah Engkau tahu.
            (1) Bahwa kami bernubuat demi nama-Mu? Ya, boleh jadi memang demikian. Bileam dan Kayafas tidak diperbolehkan bernubuat, dan Saul termasuk golongan nabi di luar kehendaknya, namun semua ini tidak dapat menolong mereka. Mereka ini bernubuat demi nama-Nya, tetapi Dia tidak mengutus mereka. Mereka hanya memanfaatkan nama-Nya belaka. Perhatikanlah, seseorang bisa saja berkhotbah, memiliki karunia pelayanan dan panggilan lahiriah untuk itu, bahkan mungkin juga berhasil dalam hal itu, namun sebenarnya jahat. Dia mungkin saja menolong orang lain untuk dapat masuk sorga, tetapi dirinya sendiri tidak dapat masuk.
            (2) Bahwa demi nama-Mu kami telah mengusir setan? Ini mungkin juga; Judas mengusir setan, namun begitu ia adalah yang ditentukan untuk binasa. Origen mengatakan bahwa pada zamannya begitu penuh kuasanya nama Kristus ketika dipakai mengusir roh-roh jahat sampai-sampai orang-orang Kristen yang fasik pun kadang-kadang ikut memanfaatkan nama itu. Seseorang bisa saja mengusir setan keluar dari orang lain, tetapi dalam dirinya sendiri ada setan, atau lebih tepat lagi, malah dia sendirilah setannya.
            (3) Bahwa demi nama-Mu kami mengadakan banyak mujizat. Mungkin saja ada iman untuk mengadakan mujizat, tetapi iman untuk membenarkan tindakan itu tidak ada. Untuk mengadakan mujizat, perlu iman yang bekerja oleh kasih dan ketaatan. Karunia lidah dan karunia menyembuhkan dapat membuat orang diterima dunia, tetapi hanya kesucian atau pengudusan sejatilah yang dapat diterima Allah. Anugerah dan kasih merupakan jalan yang lebih utama dibandingkan dengan memindahkan gunung atau berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat (1Kor. 13:1-2). Anugerah akan membawa manusia ke sorga tanpa harus mengadakan mujizat, tetapi mengadakan mujizat tanpa memiliki anugerah tidak akan pernah membawa manusia ke sorga. Perhatikanlah, orang yang tergila-gila dengan mujizat selalu menaruh hatinya pada mujizat itu, mereka ingin selalu melakukannya dan mujizatlah yang menjadi kepercayaan mereka. Simon si penyihir terheran-heran melihat semua mujizat yang terjadi (Kis. 8:13) sehingga rela membayar berapa pun agar beroleh kuasa untuk melakukannya juga. Perhatikanlah, orang-orang seperti ini tidak memiliki perbuatan baik sedikit pun, tidak ada alasan bagi mereka untuk mengaku-ngaku telah melakukan banyak perbuatan mulia bahwa mereka telah mengasihani orang dan beramal. Padahal, satu saja dari perbuatan tersebut jauh lebih baik daripada seruan mereka tentang mengadakan banyak mujizat yang sama sekali tidak berguna jika mereka tetap tidak taat. Mujizat-mujizat itu kini telah berhenti, beserta seruan mereka itu. Walaupun demikian, bukankah hati yang duniawi tetap saja akan mendorong dirinya untuk terus menyimpan harapan-harapan yang tanpa dasar seperti ini, dengan macam-macam dukungan yang sia-sia? Mereka menyangka akan dapat masuk ke sorga karena sudah terkenal di antara para pengikut agama, selalu berpuasa, memberi sedekah, dan berjasa bagi gereja. Mereka menyangka seakan-akan semua hal ini akan menebus kesombongan, keduniawian, dan hawa nafsu yang menguasai hati mereka, serta juga menebus ketiadaan kasih mereka terhadap Allah dan sesama. Betel adalah kepercayaan mereka (Yer. 48:13). Mereka meninggikan diri di gunung yang kudus (Zef. 3:11), dan menyombongkan diri bahwa mereka adalah bait TUHAN(Yer. 7:4). Biarlah kita waspada agar tidak mengandalkan diri pada macam-macam hak istimewa yang kita miliki dan pada perbuatan-perbuatan luar saja, supaya jangan sampai kita menipu diri sendiri, dan binasa selamanya seperti yang dialami banyak orang, dengan dusta yang menjadi pegangan kita.

. Penolakan terhadap seruan yang tidak pantas ini. Di sini, Sang Pembuat hukum itu (ay. 21) adalah juga Sang Hakim sesuai dengan hukum itu (ay. 23). Dia akan menolak seruan itu secara terbuka. Dia akan berterus terang kepada mereka dengan segala ketegasan, ketika hukuman dijatuhkan oleh Sang Hakim, Aku tidak pernah mengenal kamu, dan karena itu, enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!

II. Ia menunjukkan melalui perumpamaan bahwa sekadar mendengarkan perkataan-Nya ini tidak akan membuat kita berbahagia jika kita tidak melakukannya dengan sepenuh hati. Namun, jika kita mendengar perkataan-Nya dan melakukannya, kita akan berbahagia oleh perbuatan kita (ay. 24-27).

        . Di sini, mereka yang mendengarkan perkataan Kristus dibagi menjadi dua golongan. Mereka yang mendengar dan melakukan apa yang mereka dengar, dan mereka yang mendengar tetapi tidak melakukannya. Sekarang Kristus berkhotbah kepada banyak orang dari berbagai latar belakang, tetapi kemudian Ia memisahkan mereka seorang dari yang lainnya, sebagaimana yang akan dilakukan-Nya pada hari yang agung itu, ketika semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya. Kristus masih berbicara dari sorga melalui firman dan Roh-Nya, melalui para hamba-Nya maupun pemeliharaan-Nya. Orang-orang yang mendengar perkataan-Nya dibagi dalam dua golongan.

            (1) Orang-orang yang mendengar perkataan-Nya dan melakukannya. Terpujilah Allah karena masih ada orang-orang seperti ini, walaupun tidak begitu banyak. Mendengar perkataan Kristus bukanlah berarti untuk sekadar mendengar semata, melainkan juga untuk menaati-Nya. Perhatikanlah, sangatlah penting bagi kita untuk melakukan apa yang kita dengar dari perkataan Kristus. Sungguh merupakan rahmat bila kita boleh mendengar perkataan-Nya. Berbahagialah telinga-telinga yang mendengar seperti ini (13:16-17). Namun, jika kita tidak melakukan apa yang kita dengar, maka sia-sialah kasih karunia Allah yang telah kita terima itu (2Kor. 6:1). Melakukan perkataan Kristus berarti sungguh-sungguh menjauhi dosa-dosa yang dilarang oleh-Nya, dan melakukan tugas yang diwajibkan-Nya. Pikiran dan perasaan kita, perkataan dan perbuatan kita, serta tabiat dan tujuan hidup kita haruslah sesuai dengan Injil Kristus. Itulah perbuatan yang diminta-Nya. Semua perkataan Kristus, bukan saja hukum yang telah ditetapkan-Nya, melainkan juga semua kebenaran yang diungkapkan-Nya, haruslah kita lakukan. Semua ini merupakan terang, bukan saja untuk mata kita, melainkan juga untuk kaki kita, dan dirancang bukan sekadar untuk memberitahukan hukum bagi kita, melainkan juga untuk mengubah hati dan kehidupan kita. Jika kita tidak melaksanakannya, kita sebenarnya tidak memercayainya. Perhatikanlah, belumlah cukup untuk sekadar mendengar perkataan Kristus dan memahami, mengingat, membicarakan, mengulang, dan memperdebatkannya. Kita harus mendengar dan melakukannya. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup. Hanya mereka yang mendengarkan Firman Allah dan memeliharanya sajalah yang disebut berbahagia (Luk. 11:28; Yoh. 13:17), dan disebut saudara Kristus (Mat. 12:50).

            (2) Orang-orang yang mendengar perkataan Kristus dan tidak melakukannya. Agama mereka bersandar semata-mata pada pendengaran saja. Seperti anak-anak yang menderita kelainan tulang, kepala mereka membesar, terisi dengan pikiran kosong dan gagasan yang belum dicerna, tetapi persendian mereka lemah sehingga merasa berat dan tidak bersemangat. Mereka tidak dapat dan tidak peduli untuk melakukan kewajiban baik apa pun. Mereka mendengar perkataan Allah, seakan-akan ingin mengenal segala jalan-Nya, bagaikan orang yang melakukan yang benar, tetapi tidak melakukannya (Yeh. 33:30-31; Yes. 58:2). Demikianlah mereka menipu diri sendiri, seperti Mikha yang menganggap dirinya bahagia karena ada orang Lewi yang menjadi imamnya, padahal ia tidak menjadikan Tuhan sebagai Allah-nya. Benih telah ditaburkan, tetapi tidak bertumbuh. Mereka mengamati wajah mereka di cermin firman Tuhan, tetapi melupakannya lagi (Yak. 1:22-24). Demikianlah mereka menipu jiwa mereka sendiri, sebab sudah pasti bahwa bila kita tidak menjadikan pendengaran itu sebagai sarana untuk menjadi taat, maka akan bertambah parahlah ketidaktaatan kita itu. Orang-orang yang hanya mendengar perkataan Kristus tetapi tidak melakukannya, diam di tengah perjalanan menuju sorga, dan ini tidak akan pernah membawa mereka ke akhir perjalanan mereka. Mereka hanya menjadi saudara tiri Kristus, dan karena itu, menurut hukum pun, orang-orang semacam ini tidak bisa menerima warisan.

        . Di sini, kedua macam pendengar ini digambarkan menurut tabiat mereka yang sesungguhnya, sedangkan permasalahan mereka diumpamakan seperti dua orang yang membangun rumah. Yang seorang bijaksana, ia mendirikan rumahnya di atas batu, dan rumahnya tetap berdiri meskipun angin badai menerpanya. Yang seorang lagi adalah orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir, dan rumahnya pun roboh.


III. Dalam kedua ayat terakhir, disebutkan kesan apa yang ditimbulkan khotbah Kristus ke atas para pendengar-Nya. Ini adalah khotbah yang sangat luar biasa, dan ada kemungkinan Ia menyampaikan lebih banyak daripada yang dicatat di sini. Tidak perlu diragukan lagi, perkataan yang keluar dari bibir-Nya yang diurapi dengan anugerah itu sangat berpengaruh. Lihatlah:

. Takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya. Memang dikhawatirkan bahwa hanya ada sedikit saja dari antara mereka yang kemudian mengikuti Kristus. Namun, sementara ini mereka dipenuhi dengan rasa takjub. Perhatikanlah, orang bisa saja mengagumi khotbah yang bagus, namun tetap acuh tak acuh dan tidak percaya; merasa takjub, namun tidak dikuduskan.
. Alasannya adalah karena Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Para ahli Taurat sangat suka tampil berkuasa seperti guru-guru mereka, dan mereka didukung hal-hal lahiriah yang bisa mereka dapatkan, tetapi isi khotbah mereka biasa-biasa saja, datar, dan kering. Mereka berbicara sebagai orang yang belum menguasai apa yang mereka khotbahkan. Perkataan yang keluar dari diri mereka tidak disampaikan dengan hidup atau kuat. Mereka menyampaikannya seperti anak sekolah yang menghafal pelajarannya. Namun, Kristus menyampaikan khotbah-Nya seperti seorang hakim yang menjatuhkan dakwaannya. Dia memang benar-benar melakukan dominari in conscionibus -- menyampaikan khotbah-Nya dengan penuh kuasa. Pelajaran yang diberikan-Nya adalah hukum, dan perkataan-Nya merupakan perintah. Di atas bukit itu, Kristus menunjukkan lebih banyak kuasa daripada yang dimiliki para ahli Taurat yang duduk di kursi Musa. Jadi, bila Kristus mengajar melalui Roh-Nya di dalam jiwa, Ia mengajar dengan penuh kuasa. Ia berkata, jadilah terang, lalu datanglah terang itu jadi.


BcO Ezra 9:1-9.15-10:5
Ezra mengaku dosa orang-orang Israel dalam doa
9:1 Sesudah semuanya itu terlaksana datanglah para pemuka mendekati aku dan berkata: "Orang-orang Israel awam, para imam dan orang-orang Lewi tidak memisahkan diri dari penduduk negeri dengan segala kekejiannya, yakni dari orang Kanaan, orang Het, orang Feris, orang Yebus, orang Amon, orang Moab, orang Mesir dan orang Amori. 9:2 Karena mereka telah mengambil isteri dari antara anak perempuan orang-orang itu untuk diri sendiri dan untuk anak-anak mereka, sehingga bercampurlah benih yang kudus dengan penduduk negeri, bahkan para pemuka dan penguasalah yang lebih dahulu melakukan perbuatan tidak setia itu." 9:3 Ketika aku mendengar perkataan itu, maka aku mengoyakkan pakaianku dan jubahku dan aku mencabut rambut kepalaku dan janggutku dan duduklah aku tertegun. 9:4 Lalu berkumpullah kepadaku semua orang yang gemetar karena firman Allah Israel, oleh sebab perbuatan tidak setia orang-orang buangan itu, tetapi aku tetap duduk tertegun sampai korban petang. 9:5 Pada waktu korban petang bangkitlah aku dan berhenti menyiksa diriku, lalu aku berlutut dengan pakaianku dan jubahku yang koyak-koyak sambil menadahkan tanganku kepada TUHAN, Allahku, 9:6 dan kataku: "Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani menengadahkan mukaku kepada-Mu, ya Allahku, karena dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membubung ke langit. 9:7 Dari zaman nenek moyang kami sampai hari ini kesalahan kami besar, dan oleh karena dosa kami maka kami sekalian dengan raja-raja dan imam-imam kami diserahkan ke dalam tangan raja-raja negeri, ke dalam kuasa pedang, ke dalam penawanan dan penjarahan, dan penghinaan di depan umum, seperti yang terjadi sekarang ini. 9:8 Dan sekarang, baru saja kami alami kasih karunia dari pada TUHAN, Allah kami yang meninggalkan pada kami orang-orang yang terluput, dan memberi kami tempat menetap di tempat-Nya yang kudus, sehingga Allah kami membuat mata kami bercahaya dan memberi kami sedikit kelegaan di dalam perbudakan kami. 9:9 Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok pelindung di Yehuda dan di Yerusalem.

9:15 Ya TUHAN, Allah Israel, Engkau maha benar, sebab kami masih dibiarkan tinggal sebagai orang-orang yang terluput, seperti yang terjadi sekarang ini. Lihatlah, kami menghadap hadirat-Mu dengan kesalahan kami. Bahwasanya, dalam keadaan demikian tidak mungkin orang tahan berdiri di hadapan-Mu."

Tindakan Ezra terhadap perkawinan campuran
10:1 Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan rumah Allah, berhimpunlah kepadanya jemaah orang Israel yang sangat besar jumlahnya, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Orang-orang itu menangis keras-keras. 10:2 Maka berbicaralah Sekhanya bin Yehiel, dari bani Elam, katanya kepada Ezra: "Kami telah melakukan perbuatan tidak setia terhadap Allah kita, oleh karena kami telah memperisteri perempuan asing dari antara penduduk negeri. Namun demikian sekarang juga masih ada harapan bagi Israel. 10:3 Marilah kita sekarang mengikat perjanjian dengan Allah kita, bahwa kita akan mengusir semua perempuan itu dengan anak-anak yang dilahirkan mereka, menurut nasihat tuan dan orang-orang yang gemetar karena perintah Allah kita. Dan biarlah orang bertindak menurut hukum Taurat. 10:4 Bangkitlah, karena hal itu adalah tugasmu. Kami akan mendampingi engkau. Kuatkanlah hatimu, dan bertindaklah!" 10:5 Kemudian bangkitlah Ezra dan menyuruh para pemuka imam dan orang-orang Lewi dan segenap orang Israel bersumpah, bahwa mereka akan berbuat menurut perkataan itu, maka bersumpahlah mereka.




___



Daftar Label dari Kategori Renungan Katolik 2024
Lagu Anak(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Renungan Katolik Jumat, 28 Juni 2024 - Matius 8:1-4 - BcO Nehemia 1:1-2:8 - Perayaan Wajib St. Ireneus

PREV:
Renungan Katolik Rabu, 26 Juni 2024 - Matius 7:15-20 BcO Ezra 7:6-28 - Hari Biasa





Arsip Renungan Katolik 2024..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)