misa.lagu-gereja.com        
 
View : 7394 kali
Materi Khotbah Katolik 2019
Sabtu, 16 Maret 2019
(Matius 5:43-48)

Sabtu,16 Maret 2019 - Kasihilah sesamamu manusia - Matius 5:43-48 - BcO Ul. 16:1-17 - Hari biasa Pekan I Prapaskah - warna liturgi Ungu

Sabtu,16 Maret 2019   
Hari biasa Pekan I Prapaskah
Ul. 26:16-19; Mzm. 119:1-2,4-5,7-8;
Matius 5:43-48
BcO Ul. 16:1-17
warna liturgi Ungu

Matius 5:43-48
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Penjelasan:

* Mat 5:43-48 - Kasihilah sesamamu manusia // Bencilah musuhmu // Kasihilah musuhmu // anak-anak Bapa. Pemungut cukai // Karena itu haruslah kamu sempurna
Ilustrasi keenam: mengasihi musuh. Kasihilah sesamamu manusia (Im. 19:18, 34) merangkum keseluruhan loh batu kedua Hukum Taurat (bdg. Mat. 22:39). Bencilah musuhmu. Penambahan yang tidak alkitabiah ini tidak menangkap inti hukum kasih; tetapi kelihatannya merupakan penafsiran yang dikenal umum. Pedoman disiplin dari Qumran berisi peraturan berikut. "... mengasihi semua orang yang telah dipilih-Nya dan membenci semua orang yang telah ditolak-Nya (1 QS 1.4). Kasihilah musuhmu. Kasih (agapaō) yang diperintahkan di sini ialah kasih yang masuk akal, yang memahami segala kesulitan dan bersedia membebaskan musuhnya dari kebenciannya. Kasih itu sejenis dengan tindakan kasih Allah terhadap orang-orang yang memberontak (Yoh. 3:16), sehingga menunjukkan bahwa orang yang mengasihi sedemikian itu adalah benar-benar anak-anak Bapa. Pemungut cukai. Petugas berbangsa Yahudi yang mengumpulkan pajak bagi Roma, dibenci oleh saudara sebangsa mereka karena melakukan pemerasan yang mencolok dan keterkaitan mereka dengan penjajah yang dianggap hina. Perintah Karena itu haruslah kamu sempurna harus dibatasi pada masalah kasih di dalam konteks ini. Sebagaimana kasih Allah itu sempurna, tidak mengabaikan kelompok mana pun, demikianlah seorang anak Allah harus berusaha mendewasakan diri di dalam hal ini (bdg. Ef. 5:1, 2). Perintah ini tidak mungkin berarti ketiadaan dosa, sebab Matius 5:6, 7 menunjukkan bahwa orang yang berbahagia masih mendambakan kebenaran dan memerlukan kemurahan.

* Reformasi terhadap Hukum Kasih (5:43-48)

    Akhirnya kita melihat juga di sini uraian mengenai hukum yang sangat mendasar dari loh batu kedua, Kasihilah sesamamu manusia, yang menggenapi hukum Taurat.

    I. Lihatlah di sini betapa hukum ini telah dirusak oleh berbagai tafsiran dari para guru Yahudi (ay. 43). Allah berkata, "Kasihilah sesamamu manusia," dan menurut pengertian mereka, sesamamu manusia hanyalah mereka yang senegeri, sebangsa, dan seagama semata, dan hanya orang-orang yang berkenan mereka terima sebagai teman. Namun, ini bukanlah yang terburuk. Malah lebih dari itu, dari perintah "Kasihilah sesamamu manusia," mereka begitu saja mengambil kesimpulan yang tidak pernah dirancang Allah yaitu, "Bencilah musuhmu." Dengan seenaknya mereka memandang seseorang sebagai musuh mereka, sehingga dengan demikian membatalkan perintah Allah dengan adat istiadat mereka itu, meskipun berlawanan dengan hukum-hukum yang ada (Kel. 23:4-5; Ul. 23:7). Janganlah engkau menganggap keji orang Edom atau orang Mesir, meskipun bangsa-bangsa ini telah menjadi musuh besar yang pernah ada bagi orang Israel. Memang benar bahwa Allah telah menyuruh mereka membinasakan ketujuh bangsa di Kanaan yang tidak bersekutu dengan mereka, namun ada alasan khusus untuk itu -- yaitu untuk menyediakan tempat bagi bangsa Israel dan supaya bangsa-bangsa itu tidak menjadi perangkap bagi mereka. Namun, sungguh merupakan sifat yang jahat bila karena itu mereka lalu menarik kesimpulan bahwa mereka harus membenci semua musuh mereka. Namun, falsafah moral orang-orang yang belum mengenal Allah pada masa itu memang mengizinkan hal ini. Menurut kaidah Cicero, Nemini nocere nisi prius lacessitum injuriâ -- Jangan menyakiti siapa pun, kecuali disakiti terlebih dahulu (De Offic). Lihatlah betapa mudahnya nafsu jahat merusak sifat dari firman Allah, dan memanfaatkan perintah itu untuk mengesahkan kebenaran nafsu itu sendiri.
    II. Lihatlah bagaimana hal ini diluruskan oleh perintah Tuhan Yesus yang memberikan pelajaran lain kepada kita, "Tetapi Aku berkata kepadamu, Aku, yang telah datang untuk menjadi Jurudamai agung, Sang Pendamai akbar, yang mengasihi engkau ketika engkau masih menjadi orang asing dan musuh, Aku berkata, Kasihilah musuhmu" (ay. 44). Walaupun manusia sangat jahat dan melampiaskannya kepada kita, hal ini tidak membebaskan kita dari utang kita kepada mereka, yaitu untuk mengasihi sesama dan sanak saudara kita. Memang kita ini cenderung untuk mengharapkan celaka, atau setidaknya sama sekali tidak menginginkan yang baik, bagi orang-orang yang membenci kita dan yang telah menyakiti kita. Namun, di dasar sikap ini terdapat suatu akar kepahitan yang harus dicabut. Di dalamnya ada sisa-sisa watak rusak yang harus ditundukkan oleh anugerah. Perhatikanlah, sudah merupakan tugas utama bagi orang Kristen untuk mengasihi musuh-musuh mereka. Memang kita tidak bisa memperoleh keuntungan dari seseorang yang jelas-jelas jahat dan duniawi, atau mempercayai orang yang kita ketahui suka menipu. Kita memang tidak mencintai orang-orang yang seperti ini. Namun, kita harus menghormati sifat manusia, dan karena itu menghormati juga semua orang. Kita harus, dengan senang hati, memerhatikan sikap-sikap ramah dan patut dipuji, bahkan di dalam diri musuh-musuh kita sekalipun, seperti kejujuran, ketenangan, mau belajar, kebajikan moral, baik terhadap orang lain, mengakui agama, dan sebagainya. Kita harus mencintai sikap-sikap seperti ini meskipun mereka adalah musuh kita. Kita harus memiliki belas kasihan dan niat baik terhadap mereka. Di sini diberitahukan kepada kita:
        . Bahwa kita harus berkata baik tentang mereka, "Berkatilah mereka yang mengutuk kamu." Saat berbicara dengan mereka, kita harus menanggapi cercaan mereka dengan kata-kata yang sopan dan ramah, bukan membalas cerca dengan cerca. Di balik punggung mereka, kita harus memuji hal-hal di dalam diri mereka yang memang patut dipuji, dan setelah menyampaikan segala hal yang baik yang ada pada mereka, janganlah kita mengata-ngatai mereka lagi (1Ptr. 3:9). Mereka yang di dalam lidahnya ada hukum kebaikan, dapat menyampaikan kata-kata yang baik kepada orang-orang yang melontarkan kata-kata jahat kepada mereka.
        . Bahwa kita harus berbuat baik kepada mereka, "Berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu, dan ini akan menjadi suatu bukti kasih yang lebih baik lagi daripada sekadar kata-kata yang baik. Siap sedialah untuk berbuat baik kepada mereka semampumu, dan bergembiralah bila mendapat kesempatan untuk melakukannya, terhadap tubuh jasmani, harta, nama baik, keluarga, dan terutama bagi jiwa mereka." Ada cerita mengenai Uskup Agung Cranmer bahwa kalau ada orang yang mau membuat dia menjadi temannya, maka lakukanlah hal-hal yang jahat kepada dia karena sang Uskup dikenal sudah begitu banyak melayani orang-orang yang justru telah menyakitinya.
        . Bahwa kita harus berdoa bagi mereka, "Berdoalah bagi mereka yang mencaci kamu dan menganiaya kamu." Perhatikanlah:
            (1) Bukanlah cerita baru lagi bahwa orang-orang kudus yang terbaik pun dibenci, dikutuki, dianiaya, dan dicaci maki oleh orang-orang jahat. Kristus sendiri pun diperlakukan seperti itu.
            (2) Setiap kali menghadapi perlakuan seperti ini, kita memperoleh kesempatan untuk menunjukkan ketaatan kita terhadap perintah dan teladan Kristus, dengan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita. Kalau tidak ada cara lain lagi yang dapat kita pakai untuk menyaksikan kasih kita kepada mereka, maka doa merupakan jalan yang dapat kita lakukan dengan diam-diam, dan pasti dengan cara ini kita tidak perlu berpura-pura. Kita harus berdoa agar Allah mau mengampuni mereka, supaya mereka tidak harus mengalami pembalasan terburuk atas setiap perlakuan mereka terhadap kita, dan supaya Ia memperdamaikan mereka dengan kita. Doa adalah salah satu cara untuk membuat mereka demikian. Plutarch (penulis dari Yunani pada abad pertama SM), dalam bukunya Laconic Apophthegm, menceritakan tokoh Aristo sebagai orang yang demikian. Dalam cerita ini, ketika seseorang memuji ucapan Cleomenes yang menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat seorang raja yang baik dengan jawaban, "Tous men philous euergetein, tous de echthrous kakos poeien" -- membalas yang baik kepada teman-temannya dan membalas yang jahat kepada musuh-musuhnya, Aristo berkata, "jauh lebih baik bila tous men philous euergetein, tous de echthrous philous poeien" -- berbuat baik kepada teman-teman kita dan bersahabat dengan musuh-musuh kita. Ini sama dengan menimbun bara api di atas kepala mereka.

            Di sini diberikan dua alasan untuk memperkuat perintah (yang terdengar sangat keras) mengenai mengasihi musuh ini. Kita harus melakukannya:

                [1] Supaya kita menjadi sama seperti Allah Bapa kita; "supaya kamu dapat menjadi, dapat membuktikan dirimu sendiri adalah, anak-anak Bapamu yang di sorga." Dapatkah kita meneladani-Nya dengan lebih baik? Kita dapat melakukannya dengan mengasihi musuh-musuh kita, di mana kejahatan mereka diperdamaikan dan disesuaikan dengan kemurnian dan kekudusan yang tidak terbatas. Allah menerbitkan matahari dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (ay. 45). Perhatikanlah,
                    pertama, sinar matahari dan hujan adalah berkat yang sangat besar bagi dunia, dan mereka berasal dari Allah. Matahari yang bersinar itu adalah milik-Nya, dan hujan itu dikirim oleh-Nya. Keduanya tentu saja tidak hadir begitu saja secara kebetulan, tetapi datang dari Allah.
                    Kedua, berbagai rahmat umum yang kita terima harus dihargai sebagai contoh dan bukti kebaikan Allah, yang melalui semuanya ini menyatakan diri-Nya sendiri sebagai Allah Sang Pemberi Kebaikan, yang memberikan dengan berlimpah-limpah kepada umat manusia, yang akan sangat menderita sengsara tanpa kemurahan-kemurahan ini, dan yang akan tidak berdaya sama sekali tanpa berkat-berkat tersebut, sekecil apa pun berkat itu.
                    Ketiga, karunia pemeliharaan yang umum ini diberikan tanpa membeda-bedakan orang baik dan jahat, orang yang benar dan orang yang tidak benar. Dengan demikian, kita tidak bisa mengetahui kasih dan kebencian melalui apa yang ada di hadapan kita, melainkan melalui apa yang ada di dalam diri kita; bukan melalui cahaya matahari yang bersinar di atas kepala kita, melainkan melalui terbitnya Surya Kebenaran di dalam hati kita.
                    Keempat, orang-orang yang paling jahat sekalipun turut mengambil bagian dalam kesenangan hidup bersama orang-orang lain, meskipun mereka menyakiti sesama mereka ini dan melawan Allah. Hal ini sungguh merupakan suatu bukti yang menakjubkan tentang kesabaran dan kelimpahan Allah. Hanya satu kali saja Allah melarang matahari bersinar ke atas bangsa Mesir, yaitu ketika pada orang Israel ada terang di tempat kediaman mereka. Allah bisa saja membuat perbedaan seperti itu setiap hari.
                    Kelima, karunia dari kelimpahan Allah kepada orang jahat yang memberontak terhadap-Nya mengajar kita untuk berbuat baik kepada orang yang membenci kita. Terutama kita harus ingat bahwa di dalam diri kita ini juga terdapat pikiran duniawi yang merupakan musuh bagi Allah, dan meskipun begitu, kita juga masih menikmati kemurahan-Nya.
                    Keenam, hanya mereka yang berupaya menyerupai Dia terutama dalam hal kebaikan-Nya inilah yang dapat diterima sebagai anak-anak Allah.
                [2] Supaya dalam hal ini kita dapat berbuat lebih banyak daripada orang lain (ay. 46-47).
                    Pertama, pemungut cukai pun mengasihi teman-teman mereka. Secara alami mereka akan cenderung bersikap demikian, kepentingan membawa mereka ke situ. Berbuat baik kepada mereka yang berbuat baik kepada kita adalah sikap umum manusia, yang bahkan sangat terbukti juga dalam diri orang-orang yang dibenci dan dianggap hina oleh orang Yahudi. Para pemungut cukai bukanlah tokoh yang terkenal baik, namun mereka juga sangat bersyukur kepada orang-orang yang telah menolong mereka, dan bersikap ramah kepada orang-orang pada siapa mereka bergantung. Bukankah sepantasnya kita harus berbuat lebih baik lagi dari mereka? Dengan melakukan hal ini, kita melayani diri dan mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri. Bukan pahala, tetapi rasa hormat terhadap Allah dan kewajibanlah yang harus mendorong kita untuk melakukan lebih dari kecenderungan alami dan minat keduniawian kita.
                    Kedua, itulah sebabnya kita harus mengasihi musuh-musuh kita, supaya kita dapat melebihi mereka. Jika kita harus lebih baik daripada para ahli Taurat dan orang Farisi, maka kita harus jauh lebih baik lagi daripada para pemungut cukai. Perhatikanlah, Kekristenan lebih daripada sekadar perikemanusiaan. Pertanyaan yang harus sering kita ajukan kepada diri sendiri adalah, "Hal apa yang kita lakukan lebih sering daripada orang lain? Hal baik apa yang kita kerjakan melebihi mereka?" Kita tahu lebih banyak daripada orang lain. Kita bicara lebih banyak mengenai Allah daripada orang lain. Kita mengakui dan telah berjanji lebih banyak daripada orang lain. Allah telah melakukan lebih banyak bagi kita, dan oleh sebab itu layak mengharapkan lebih banyak dari kita dibandingkan dari orang lain. Kemuliaan Allah lebih banyak dinyatakan di dalam diri kita daripada orang lain. Namun, apakah yang kita lakukan lebih banyak daripada orang lain? Di dalam hal apa kita hidup melebihi orang dunia? Bukankah kita masih bersifat duniawi, dan bukankah kita masih menjalani hidup dengan sifat orang duniawi yang jauh di bawah karakter Kristen yang sesungguhnya? Dalam hal inilah kita terutama harus melebihi orang lain: bahwa sementara semua orang ingin membalas kebaikan dengan kebaikan, kita harus membalas kejahatan dengan kebaikan. Hal ini berbicara tentang asas kebenaran yang lebih mulia dan sesuai dengan peraturan yang lebih agung daripada yang dianut kebanyakan orang. Orang lain memberi salam kepada saudara-saudara mereka. Mereka menerima orang-orang yang segolongan, sejalan, dan sependapat dengan mereka, tetapi kita tidak boleh membatasi rasa hormat kita seperti ini, sebaliknya, kita harus mengasihi musuh-musuh kita, sebab bila tidak, apakah upah kita? Kita tidak dapat mengharapkan upah sebagai orang Kristen bila kita tidak melebihi kebajikan pemungut cukai. Perhatikanlah, orang-orang yang menjanjikan upah melebihi orang lain kepada diri sendiri harus belajar berbuat lebih baik daripada orang lain.
                    Terakhir, Juruselamat kita menutup pokok ini dengan nasihat berikut (ay. 48): "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." Hal ini dapat dipahami sebagai 1) Secara umum, termasuk segala sesuatu yang harus kita ikuti untuk menjadi pengikut Allah sebagai anak-anak yang terkasih. Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban orang Kristen untuk menginginkan, mengarahkan diri, dan berusaha hidup sempurna dalam anugerah dan kekudusan (Flp. 3:12-14). Atau, 2) Dalam hal khusus yang disebutkan tadi, yaitu untuk berbuat baik kepada musuh-musuh kita (Luk. 6:36). Kesempurnaan Allah adalah mengampuni kesalahan, menolong orang asing, dan berbuat baik kepada orang yang jahat dan yang tidak tahu berterima kasih. Semua hal ini merupakan kewajiban kita supaya kita menjadi serupa dengan Dia. Kita, yang berutang begitu banyak hingga berutang seluruh keberadaan kita pada kelimpahan Allah, patut meneladani hal ini semampu kita.


Label:   Matius 5:43-48 



Daftar Label dari Kategori Materi Khotbah Katolik 2019
Lukas 10:1-9(1)
Lukas 15:1-3.11-32(1)
Lukas 18:9-14(1)
Lukas 1:1-4;4:14-21(1)
Lukas 22:14-23:56(1)
Lukas 24:13-35(1)
Lukas 2:22-40(1)
Lukas 4:1-13(1)
Lukas 4:21-30(1)
Lukas 5:1-11(1)
Lukas 5:27-32(1)
Lukas 6:27-38(1)
Lukas 6:39-45(1)
Lukas 9:11b-17(1)
Lukas 9:28b-36(1)
Lukas 9:51-62(1)
Markus 10:13-16(1)
Markus 16:9-15(1)
Markus 6:30-34(1)
Markus 9:2-13(1)
Matius 16:13-19(1)
Matius 5:43-48(1)
Matius 6:24-34(1)
Yohanes 10:27-30(1)
Yohanes 11:1-45(1)
Yohanes 11:45-56(1)
Yohanes 13:31-33a,34-35(1)
Yohanes 14:15-26 14:15-16,23b-26(1)
Yohanes 14:23-29(1)
Yohanes 14:7-14(1)
Yohanes 15:18-21(1)
Yohanes 16:23b-28(1)
Yohanes 17:20-26(1)
Yohanes 21:1-19(1)
Yohanes 21:20-25(1)
Yohanes 2:1-11 (1)
Yohanes 4:5-42(1)
Yohanes 6:16-21(1)
Yohanes 6:60-69(1)
Yohanes 7:40-53(1)
Yohanes 9:1-41(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Minggu, 17 Maret 2019 - Yesus dimuliakan di atas gunung - Lukas 9:28b-36 - BcO Ul. 18:1-22 - HARI MINGGU PRAPASKAH II - warna liturgi Ungu

PREV:
Minggu, 10 Maret 2019 - Pencobaan di padang gurun - Lukas 4:1-13 - BcO Ul. 6:4-25 - warna liturgi Ungu





Arsip Materi Khotbah Katolik 2019..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)