misa.lagu-gereja.com        
 
View : 6042 kali
Materi Khotbah Katolik 2019
Sabtu, 13 April 2019
(Yohanes 11:45-56)

Sabtu, 13 April 2019 - Sabtu, 13 April 2019 - Yohanes 11:45-56 - BcO Ibr. 13:1-25 - Martinus I - warna liturgi Merah

Sabtu, 13 April 2019
Martinus I
Yeh. 37:21-28; MT Yer. 31:10,11-12ab,13;
Yohanes 11:45-56.
BcO Ibr. 13:1-25.
warna liturgi Merah

Yohanes 11:45-56
Persepakatan untuk membunuh Yesus
11:45 Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. 11:46 Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. 11:47 Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. 11:48 Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita." 11:49 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, 11:50 dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." 11:51 Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, 11:52 dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. 11:53 Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. 11:54 Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya. 11:55 Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. 11:56 Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?"


Penjelasan:

* Perundingan Kaum Farisi; Nubuat Kayafas; Persekongkolan Melawan Kristus (11:45-57)

    Di sini diceritakan mengenai akibat yang ditimbulkan oleh mujizat hebat tersebut, yang seperti biasanya, bagi sebagian orang merupakan bau kehidupan yang menghidupkan, sedangkan bagi sebagian lagi merupakan bau kematian yang mematikan.

    I. Beberapa tergugah oleh karena kejadian itu, dan menjadi percaya.

    Banyak dari antara orang-orang Yahudi itu menjadi percaya kepada-Nya setelah mereka menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, dan seharusnya memang begitu, sebab kejadian itu merupakan bukti yang tidak dapat disanggah lagi mengenai amanat ilahi yang diemban-Nya. Mereka telah sering mendengar mengenai mujizat-mujizat-Nya, tetapi selalu mengelak untuk mempercayainya, dengan mengajukan berbagai pertanyaan dan keraguan. Tetapi kini, setelah mereka melihat kejadian itu dengan mata kepala mereka sendiri, kedegilan mereka pun luluh, sehingga akhirnya mereka pun menyerah. Akan tetapi, berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya. Semakin dalam kita mengarahkan mata kita kepada Kristus, semakin banyak pula alasan yang kita dapati untuk lebih mengasihi dan mempercayai-Nya. Inilah yang terjadi pada orang-orang Yahudi yang datang untuk melawat dan menghibur Maria. Saat kita melakukan kebaikan kepada orang lain, kita sebenarnya sedang menempatkan diri kita dalam posisi yang tepat untuk menerima kebaikan dari Allah, dan memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik saat kita sendiri sedang melakukan kebaikan.

    II. Sebagian orang lagi malah terganggu karenanya, dan semakin mengeraskan hati mereka dalam kedegilan.
        . Begitulah yang terjadi dalam diri para pelapor itu (ay. 46): Beberapa dari antara mereka, yang menjadi saksi mata dari mujizat tersebut, sama sekali tidak menjadi percaya, malahan pergi kepada orang-orang Farisi, yang mereka kenal sebagai musuh bebuyutan Kristus, dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Mereka menyampaikan itu bukan sekadar sebagai berita yang layak untuk dicermati, apalagi sebagai alasan yang dapat membuat mereka berpihak kepada Kristus, melainkan dengan maksud licik untuk menghasut pihak-pihak yang begitu bernafsu untuk menganiaya-Nya. Di sini terlihat sebuah contoh yang sangat tidak masuk akal:
            (1) Mengenai ketidakpercayaan yang amat mendarah daging, sampai-sampai sanggup menolak alasan pertobatan yang paling besar. Sukar sekali membayangkan mengapa mereka sampai dapat mengelak dari kekuatan bukti tersebut, tetapi memang ilah zaman ini telah membutakan pikiran mereka.
            (2) Mengenai permusuhan yang membabi buta. Setidaknya, jika mereka tetap bersikeras untuk tidak mempercayai-Nya sebagai Kristus, kita mungkin berpikir bahwa mereka pasti telah melunak dan terbujuk untuk tidak menganiaya-Nya. Akan tetapi, jika air tidak cukup untuk memadamkan api yang menyala-nyala, hal itu justru akan semakin mengobarkan baranya. Mereka menceritakan apa yang telah diperbuat Yesus itu, dan tak lebih dari kebenaran mengenai apa yang telah terjadi itu, tetapi kedengkian mereka mencemari laporan mereka itu sehingga membuatnya sama busuknya dengan berbohong. Membelokkan kebenaran sama buruknya dengan membuat kepalsuan. Doëg disebut sebagai si lidah penipu, pendusta, dan palsu (Mzm. 52:2-4; 120:2-3), sekalipun apa yang ia katakan itu benar adanya.
        . Para hakim, para pemimpin, pemimpin rakyat yang buta itu juga menjadi resah karena laporan yang disampaikan kepada mereka, dan di sini kita diberi tahu tentang apa yang mereka lakukan.
            (1) Suatu dewan khusus Mahkamah Agama dipanggil untuk berunding (ay. 47): Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul, seperti yang telah dinubuatkan (Mzm. 2:2), Para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN. Permufakatan Mahkamah Agama biasanya dimaksudkan demi kebaikan umum, tetapi di sini, hal itu dipakai sebagai kedok untuk menutupi kedengkian dan kejahatan terbesar yang dilakukan terhadap seluruh bangsa. Hal-hal yang menimbulkan kedamaian negeri disembunyikan dari mata mereka yang mempercayai keputusan-keputusan mereka. Mahkamah agama ini berkumpul bukan saja untuk berunding bersama-sama, tetapi juga untuk mengobarkan kebencian. Sebagaimana besi menajamkan besi, dan laksana bara dan kayu yang mengobarkan api, mereka saling menghasut satu sama lain dengan permusuhan dan angkara murka melawan Kristus dan pengajaran-Nya.
            (2) Sebuah perkara dikemukakan, yang ternyata terlihat sangat berbobot dan berpengaruh besar.
                [1] Masalah yang sedang mereka perdebatkan adalah tindakan apa yang harus mereka ambil berkenaan dengan Yesus, untuk menghentikan kepentingan-Nya. Mereka berkata, Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Kabar tentang bangkitnya Lazarus telah terdengar, dan kini para pria, saudara, dan ayah mereka dipanggil untuk ikut mendukung rencana mereka, seolah-olah seorang musuh yang menakutkan telah memasuki jantung pertahanan daerah mereka dengan perlengkapan perang yang hebat.
                    Pertama, mereka mengakui kebenaran mujizat-mujizat Kristus dan bahwa Ia memang telah banyak melakukan mujizat tersebut. Karena itulah, mereka menjadi saksi melawan diri mereka sendiri, sebab mereka mengakui kebenaran jati diri-Nya tetapi mengingkari amanat yang diemban-Nya.
                    Kedua, mereka sedang mempertimbangkan hal apa yang harus mereka perbuat, dan menyesal karena mereka tidak mencoba menindas-Nya dengan keras sedari dulu. Mereka sama sekali tidak mempedulikan apakah mereka harus menerima-Nya dan mengakui-Nya sebagai Mesias atau tidak, sekalipun mereka mengaku-aku menanti-nantikan Dia, dan Yesus benar-benar telah menunjukkan banyak bukti mengenai kebenaran jati diri-Nya tersebut. Malahan, mereka justru menganggap-Nya sebagai musuh yang harus dikalahkan: "Apakah yang harus kita buat? Tidak pedulikah kita untuk menyokong gereja kita? Apakah kita tidak mau tahu sama sekali saat sebuah ajaran yang begitu merusakkan kepentingan kita telah tersebar luas? Apakah kita harus menyerahkan begitu saja dasar pijakan yang telah kita peroleh dari orang banyak itu? Apakah kita akan tinggal diam saja melihat wewenang kita dicela dan hasil rekayasa yang selama ini menghidupi kita dihancurkan? Apa yang selama ini telah kita lakukan, dan apa yang kini kita pikirkan? Apakah kita akan selamanya hanya berkoar-koar saja dan tidak melakukan sesuatu?"
                [2] Hal yang membuat perkara itu begitu penting adalah bahaya yang mereka sadari akan mengintai Gereja dan bangsa mereka dari bangsa Romawi (ay. 48): "Jika kita tidak membungkam-Nya, semua orang akan percaya kepada-Nya, dan ini berarti seorang raja baru akan diangkat, dan orang-orang Romawi akan marah karenanya, lalu datang dengan pasukan mereka dan merampas tempat suci kita serta bangsa kita. Karena itulah, hal ini bukanlah sebuah perkara remeh." Lihatlah pendapat yang mereka miliki itu,
                    Pertama, mengenai kuasa mereka sendiri. Mereka berbicara seolah-olah mereka berpikir bahwa kemajuan dan keberhasilan Kristus dalam pekerjaan-Nya bergantung pada izin mereka. Seakan-akan Dia tidak akan bisa terus melakukan mujizat dan memperoleh banyak murid jika mereka tidak membiarkan-Nya melakukan semuanya itu. Seolah-olah mereka memiliki kuasa menaklukkan Dia yang telah menaklukkan maut. Atau, seakan-akan mereka mampu melawan Allah dan berhasil. Tetapi Dia yang bersemayam di sorga menertawakan khayalan bodoh itu, yang mengkhayalkan melakukan keinginan jahat dengan kemahakuasaannya, padahal tidak ada apa-apanya.
                    Kedua, mengenai kebijakan mereka sendiri. Mereka mengkhayalkan diri mereka sebagai pembesar-pembesar yang memiliki pengetahuan dan ilmu yang hebat, serta hikmat yang mendalam dalam hal nubuatan akhlak.
                        a. Mereka berani menubuatkan bahwa, sebentar lagi, jika Ia terus dibiarkan leluasa untuk bekerja, semua orang akan percaya pada-Nya. Dengan begitu, untuk mencapai tujuan mereka, mereka mengakui bahwa pengajaran dan mujizat-mujizat-Nya memiliki kuasa yang sangat meyakinkan dan tidak dapat disanggah lagi, sehingga semua orang pasti akan menjadi pengikut dan pembela-Nya. Demikianlah mereka memandang kepentingan-Nya itu berbahaya, dan membuatnya menjadi sesuatu yang menjijikkan demi mencapai tujuan mereka sendiri (7:48), Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya? Inilah hal yang sangat mereka takuti, yaitu bahwa orang-orang akan percaya kepada-Nya, dan segala pencapaian mereka pun akan hancur. Perhatikan, keberhasilan Injil merupakan sesuatu yang menakutkan bagi para lawan-lawannya. Jika jiwa-jiwa diselamatkan, maka habislah mereka.
                        b. Mereka meramalkan bahwa jika kebanyakan orang ditarik mengikuti-Nya, maka murka bangsa Romawi pun akan menimpa mereka. Mereka akan datang dan akan merampas tempat kita, yaitu negeri mereka, terutama Yerusalem, atau Bait Suci, tempat kudus itu, dan tempat mereka, berhala mereka, atau kedudukan mereka di Bait Suci, tempat bercokolnya kuasa dan kewibawaan mereka. Memang benar bahwa bangsa Romawi mengawasi mereka dengan cemburu, karena mereka tahu bahwa tidak ada lagi yang diinginkan orang-orang Yahudi selain kuasa dan kesempatan untuk melepaskan diri dari kuk mereka. Benar juga bahwa jika pasukan Romawi menyerang mereka, maka bangsa Yahudi akan benar-benar kesulitan untuk mengalahkan mereka, tetapi di sini terlihat sikap pengecut yang tidak seharusnya didapati dalam diri para imam Tuhan seandainya mereka tidak memakai kejahatan mereka untuk menyalahgunakan kedudukan mereka di hadapan Allah dan orang-orang benar. Jika saja selama ini mereka tetap menjaga integritas atau kejujuran, mereka tidak perlu takut terhadap orang-orang Romawi. Namun, yang terjadi sebaliknya, mereka berbicara seperti orang-orang yang kehilangan asa, seperti bangsa Yehuda yang secara memalukan berkata kepada Simson, Tidakkah kauketahui, bahwa orang Filistin berkuasa atas kita? (Hak. 15:11). Saat orang kehilangan kesalehan mereka, keberanian mereka pun ikut sirna.

                        Tetapi:

                            (a) Tidak benar bahwa bangsa mereka sedang menghadapi bahaya diserang oleh bangsa Romawi karena kemajuan Injil Kristus, sebab Injil-Nya sama sekali tidak mengancam penguasa ataupun pemerintahan, justru malah menguntungkan mereka. Bangsa Romawi sama sekali tidak merasa cemburu dengan kepentingan-Nya yang semakin berkembang, sebab Dia mengajar orang banyak untuk memberi upeti kepada Kaisar dan tidak boleh berbuat jahat, melainkan harus memikul salib. Wali negeri Romawi, dalam persidangan terhadap-Nya, tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. Sebenarnya, para imam-imam bangsa Yahudilah yang lebih berbahaya dalam menyulut kemarahan bangsa Romawi, dibandingkan dengan Kristus sendiri. Perhatikan, ketakutan palsu biasanya dijadikan kedok rencana jahat.
                            (b) Jika benar-benar ada bahayanya bahwa bangsa Romawi akan menjadi tidak senang bila Kristus dibiarkan berkhotbah, hal itu pun tidak lantas membenarkan mereka untuk membenci dan menganiaya orang benar.

                            Perhatikan:

                                [a] Musuh-musuh Kristus dan Injil-Nya biasanya menutup-nutupi permusuhan mereka dengan berpura-pura peduli terhadap kebaikan dan keselamatan orang banyak, dan untuk itu, mereka pun mencap para nabi dan hamba-hamba-Nya sebagai pembuat masalah di Israel dan sebagai orang-orang yang telah menjungkir-balikkan dunia ini.
                                [b] Kebijakan yang timbul dari kedagingan biasanya mengemukakan alasan-alasan untuk suatu keadaan bertentangan dengan aturan-aturan keadilan. Saat manusia lebih memperhatikan kekayaan dan keselamatan mereka daripada kebenaran dan kewajiban, hal itu dipicu oleh hikmat dari bawah, yaitu hikmat dunia yang penuh dengan hawa nafsu dan kebejatan. Tetapi lihatlah masalahnya. Mereka berpura-pura takut bahwa membiarkan Injil Kristus akan sama dengan membiarkan negeri mereka hancur oleh tangan orang-orang Romawi, dan karena itu, tak peduli benar atau salah, mereka pun bertekad melawan-Nya. Akan tetapi, selanjutnya malah terbukti bahwa tindakan penganiayaan mereka terhadap Injil itu justru menimpakan apa yang mereka takutkan, yaitu menggenapi takaran kejahatan mereka, dan orang-orang Romawi pun benar-benar datang dan merampas tempat serta bangsa mereka, sehingga tempat mereka itu tidak mengenali mereka lagi. Perhatikan, bencana justru akan menimpa kepala kita bila kita berusaha menghindarinya dengan perbuatan dosa. Dan juga, orang-orang yang berpikir bahwa dengan menentang kerajaan Kristus mereka dapat mengamankan dan memajukan kepentingan duniawi mereka, justru akan mendapati Yerusalem sebagai batu yang lebih berat untuk diangkat, daripada yang mereka pikirkan sebelumnya (Za. 12:3). Apa yang menggentarkan orang fasik, itulah yang akan menimpa dia (Ams. 10:24).
            (3) Di tengah-tengah sidang mahkamah itu, Kayafas membuat pidato yang jahat tetapi juga bersifat mistis (sulit dimengerti oleh pikiran biasa).
                [1] Kejahatan itu tampak nyata di awal pidatonya (ay. 49,50). Kayafas, sebagai Imam Besar, dan dengan demikian bertugas sebagai ketua mahkamah itu, mengambil keputusan untuk menilai perkara tersebut bahkan sebelum hal itu dirundingkan: "Kamu tidak tahu apa-apa, keragu-raguanmu menunjukkan ketidaktahuanmu, sebab hal ini tidaklah layak untuk dipertentangkan, melainkan akan segera selesai, jika kamu sekalian mau mempertimbangkan pernyataan ini, yaitu bahwa lebih berguna bagi kita, jika satu orang mati untuk bangsa kita."

                Di sini terlihat:

                    Pertama, anggota dewan itu adalah Kayafas yang merupakan Imam Besar pada tahun itu. Jabatan imam besar itu ditetapkan secara ilahi kepada keturunan pria dalam garis keturunan Harun, selama ia masih hidup di dunia ini, kemudian berlanjut ke keturunan laki-lakinya yang berikut. Akan tetapi, pada zaman yang jahat itu, jabatan tersebut sering berpindah tangan, sekalipun tidak berganti setiap tahun, seperti jabatan konsul layaknya, sesuai dengan kepentingan mereka dalam kekuasaan Romawi. Nah, pada tahun itu, Kayafas yang menduduki jabatan tersebut.
                    Kedua, pada dasarnya arah nasihat itu adalah bahwa harus ditemukan cara untuk menghukum mati Yesus. Kita sebenarnya memiliki alasan untuk berpikir bahwa sesungguhnya mereka memiliki dugaan yang kuat bahwa Dia adalah benar-benar Mesias. Namun, karena pengajaran-Nya begitu bertolak belakang dengan adat istiadat kesayangan dan kepentingan duniawi mereka, dan rencana-Nya tidak sesuai dengan pengharapan mereka akan kerajaan Mesias, maka mereka pun bertekad untuk membunuh-Nya, tak peduli siapa pun Dia itu sebenarnya. Kayafas tidak berkata, biarlah Dia dibungkam saja, dipenjara, dikucilkan. Padahal hal itu mungkin sudah cukup ampuh untuk mengekang seseorang yang mereka anggap berbahaya. Sebaliknya, mereka memutuskan bahwa Dia harus mati. Perhatikan, orang-orang yang menentang Kekristenan memang biasanya mengabaikan kemanusiaan. Mereka juga terkenal dengan kekejaman mereka.
                    Ketiga, usulan itu diajukan dengan halus, sehalus kelicikan si ular tua.
                        . Kayafas mengusulkan hikmatnya sendiri, yang menurut anggapan kita pastilah sungguh berhikmat, karena dia seorang Imam Besar, sekalipun Urim dan Thummim telah lama hilang. Betapa sombongnya ia berkata, "Kamu, imam-imam biasa, tidak tahu apa-apa. Biarkan aku menelaah perkara ini lebih dalam daripada yang bisa kamu lakukan!" Begitulah biasanya para penguasa menyalahgunakan wewenang mereka untuk memerintah seenaknya. Karena mereka diharuskan menjadi yang terbaik dan terbijak, maka mereka pun menginginkan supaya setiap orang percaya bahwa mereka memang demikian adanya.
                        . Dia menganggap bahwa perkara ini sudah jelas dengan sendirinya dan tidak perlu dipertentangkan lagi, dan hanya orang bodoh yang tidak melihatnya demikian. Perhatikan, nalar dan keadilan sering kali ditekan oleh tangan yang berkuasa. Kebenaran telah tersandung di tempat umum, dan saat itu pula kebenaran itu terjatuh ke bawah, dan ketulusan ditolak orang, dan saat ketulusan itu tertolak, maka ketulusan pun hilang (Yes. 59:14).
                        . Kayafas menegaskan pernyataan politik yang berlaku umum, yaitu bahwa kesejahteraan orang banyak harus lebih diutamakan daripada kepentingan segelintir orang-orang tertentu saja. Akan lebih berguna bagi kita, sebagai imam-imam yang kehormatannya kini sedang dipertaruhkan, jika satu orang mati untuk bangsa kita. Sejauh itu, hal tersebut memang mengandung kebenaran, bahwa lebih berguna dan juga merupakan sebuah perbuatan yang sangat mulia, bagi seorang manusia untuk mempertaruhkan nyawanya demi kepentingan bangsanya (Flp. 2:17; 1Yoh. 3:16). Namun, menghukum mati seseorang yang tidak berdosa dengan berkedok mengutamakan keamanan orang banyak adalah rancangan si Iblis. Dengan cerdiknya Kayafas menunjukkan bahwa orang yang yang terbaik dan terhebat, sekalipun major singulis -- lebih hebat dari siapa pun juga, tetap saja minor universis -- kurang hebat dari masyarakat banyak, dan karena itu orang itu wajib untuk memikirkan agar hidupnya digunakan dengan baik, bila perlu sampai kehilangan hidupnya itu, untuk menyelamatkan bangsa-Nya dari kehancuran. Tetapi, apa kaitan semuanya itu dengan pembunuhan seorang yang telah terbukti menjadi berkat, dengan berpura-pura bahwa hal itu perlu dilakukan untuk mencegah bencana menimpa bangsa mereka? Seharusnya perkara itu dilihat dengan cara demikian: Apa gunanya bagi mereka untuk menimpakan darah seorang nabi ke atas diri mereka dan bangsa mereka sendiri hanya untuk mengamankan kepentingan negeri mereka dari bahaya yang sebenarnya tidak perlu mereka takutkan? Apakah lebih berguna bagi mereka untuk menjauhkan Allah dan kemuliaan-Nya dari diri mereka, ataukah menghadapi ketidaksenangan bangsa Romawi, yang pastinya tidak dapat membahayakan mereka bila Allah ada di pihak mereka? Perhatikan, kebijakan lahiriah seperti itu, yang hanya mementingkan pertimbangan-pertimbangan keduniawian, pada akhirnya justru menghancurkan segalanya, dan bukannya menyelamatkan segalanya.
                [2] Misteri yang terkandung dalam rancangan Kayafas itu pada awalnya tidak begitu kentara, tetapi sang penulis Injil ini menuntun kita untuk mencermatinya (ay. 51-52): Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, hal itu tidak hanya keluar dari rasa permusuhan dan pertimbangannya sendiri, tetapi dalam perkataan itu ia justru bernubuat, sekalipun ia sendiri tidak menyadarinya, yaitu bahwa Yesus akan mati bagi bangsa itu. Berikut adalah tanggapan yang baik terhadap perkataan yang berbahaya itu. Rancangan Kayafas yang bejat itu dibuat supaya sejalan dengan rencana Allah yang mulia. Kasih manusia mengajari kita untuk selalu mengartikan hal yang terbaik dari perkataan dan perbuatan yang berbahaya dari orang lain, tetapi kesalehan mengajari kita untuk memanfaatkan perkataan dan tindakan manusia untuk sesuatu yang baik, bahkan sekalipun maksud dari tindakan dan perkataan itu sebenarnya tidak demikian. Jika perbuatan orang jahat yang menentang kita bisa dipakai sebagai perpanjangan tangan Allah untuk merendahkan hati dan mengubahkan diri kita, maka perkataan mereka melawan kita juga dapat dipakai sebagai perpanjangan mulut Allah untuk membimbing dan meyakinkan kita. Akan tetapi, dalam perkataan Kayafas tersebut, terdapat sebuah petunjuk istimewa dari sorga yang membuatnya mampu berkata seperti seorang yang memiliki pikiran mulia secara rohani. Sebagaimana hati semua orang ada di tangan Allah, begitu pula lidah mereka. Mereka yang berkata, "Lidah kami adalah milik kami sendiri, sehingga kita boleh berkata apa pun yang kita mau tanpa harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah, dan kita dapat mengatakan apa yang kita mau tanpa terkekang oleh kuasa dan rencana-Nya," sesungguhnya sedang menipu diri mereka sendiri. Bileam tidak dapat mengucapkan apa yang ingin ia katakan saat ia bermaksud untuk mengutuk Israel, begitu pula Laban, sewaktu ia mengejar Yakub.
            (4) Sang penulis Injil menjelaskan dan membeberkan perkataan Kayafas itu.
                [1] Ia menerangkan perkataan Kayafas dan menunjukkan bahwa perkataan itu bukan hanya terlontar begitu saja, tetapi juga memang dimaksudkan begitu, sesuai dengan tujuan yang agung itu. Dia tidak mengatakan hal itu dari dirinya sendiri. Ketika dipakai untuk menghasut mahkamah supaya melawan Kristus, dia mengatakan hal itu dengan mulutnya sendiri, bahkan mungkin dengan arahan Iblis. Tetapi, perkataannya itu adalah petunjuk dari Allah, karena menyatakan tujuan dan rancangan Allah melalui kematian Kristus, untuk menyelamatkan bangsa Israel rohani dari dosa dan murka Allah. Dalam hal ini, Kayafas tidak berbicara dari dirinya sendiri, sebab dia sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai itu. Dia sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya, sebab dalam hatinya tidak ada niat lain selain hendak memusnahkan dan melenyapkan (Yes. 10:7).
                    Pertama, Kayafas bernubuat. Orang-orang yang bernubuat tidak berbicara dari diri mereka sendiri. Tetapi, apakah ini berarti bahwa Kayafas juga termasuk salah seorang nabi? Begitulah kenyataannya, pro hâc vice -- hanya sekali itu saja, walaupun ia seorang yang jahat dan musuh yang paling kejam bagi Kristus dan Injil-Nya.

                    Perhatikan:

                        . Allah sanggup dan sering kali memakai orang-orang jahat sebagai alat untuk melayani tujuan-tujuan-Nya, sekalipun hal itu bertentangan dengan maksud mereka sendiri. Sebab, Allah tidak hanya mengikat mereka dengan belenggu untuk mencegah mereka berbuat kejahatan yang mereka rancangkan, tetapi juga melilit mereka dengan kekang untuk mengarahkan mereka supaya melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka inginkan.
                        . Perkataan nubuatan yang keluar dari mulut tidak merupakan jaminan bahwa di dalam hati mereka juga terdapat kasih karunia. Seruan Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu? Juga akan ditolak sebagai pembelaan yang tidak ada apa-apanya.
                    Kedua, Kayafas bernubuat sebagai Imam Besar pada tahun itu. Hal ini tidak berarti bahwa jabatannya sebagai Imam Besar ada kaitannya dengan kelayakan atau ketidaklayakannya menjadi seorang nabi. Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa jubah istimewa seorang pemimpin agama dapat menggerakkan orang bejat yang memakainya untuk bernubuat.

                    Namun:

                        . Sebagai Imam Besar, Kayafas memiliki kedudukan yang tinggi dalam kumpulan itu, sehingga Allah pun lebih berkenan menaruh perkataan penting itu ke dalam mulutnya, daripada di mulut orang-orang lainnya, supaya hal itu lebih diperhatikan, dan jika tidak diperhatikan, maka hal itu benar-benar sudah keterlaluan. Petunjuk-petunjuk yang terlontar dari para pembesar memang dipandang layak untuk dicermati: Keputusan dari Allah ada di bibir raja. Oleh karena itulah, pernyataan Allah ini pun ditaruh di bibir Imam Besar, sehingga dari mulutnya pun keluar pernyataan tersebut, bahwa Kristus mati demi kebaikan seluruh bangsa, dan bukan karena di tangannya terdapat pelanggaran. Kayafas kebetulan tengah menjabat sebagai Imam Besar pada tahun penebusan itu, saat Mesias Sang Raja harus disingkirkan, padahal tidak ada salahnya apa-apa (Dan. 9:26), dan ia pun harus mengakui kebenaran itu.
                        . Karena jabatan Kayafas sebagai Imam Besar pada tahun itu, tahun yang ternama karena saat itu akan terdapat pencurahan Roh besar-besaran seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya, berdasarkan nubuatan (Yl. 2:28-29, bdk. Kis. 2:17), maka sedikit tetes terang mulia pun ikut menerangi Kayafas, seperti remah-remah (begitulah yang dikatakan Dr. Lightfoot) roti milik anak-anak yang jatuh ke bawah meja dan dimakan oleh anjing. Tahun itu merupakan tahun berakhirnya jabatan imamat kaum Lewi, dan dari mulut Imam Besar tahun itu terlontarlah sebuah pernyataan terselubung mengenai penyerahan jabatannya kepada Seseorang yang tidak akan mengorbankan binatang (sebagaimana yang telah mereka lakukan selama berabad-abad) bagi bangsa itu, melainkan mengorbankan diri-Nya sendiri, dan dengan demikian, Ia pun mengakhiri upacara persembahan korban untuk menebus dosa. Kayafas menyerahkan jabatannya itu tanpa ia sadari, seperti Ishak ketika memberikan berkatnya kepada Yakub.
                    Ketiga, inti dari nubuatannya itu adalah bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, hal yang sama yang mengenainya semua nabi bersaksi, yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus (1Ptr. 1:11), bahwa kematian Kristus berarti kehidupan dan keselamatan bagi Israel. Maksud Kayafas dengan bangsa itu adalah mereka yang teguh berpegang pada ajaran Yudaisme, tetapi maksud Allah mencakup semua orang yang mau menerima pengajaran Kristus dan menjadi pengikut-Nya, yaitu semua orang percaya, keturunan Abraham secara rohani. Kematian Kristus, yang kini tengah direncanakan oleh Kayafas itu terbukti menghancurkan seluruh kepentingan bangsa yang ingin diamankan dan diteguhkan oleh Kayafas, sebab hal itu mendatangkan murka terhebat atas diri mereka. Dan sebaliknya juga kematian-Nya itu terbukti membawa keberhasilan bagi sesuatu yang justru hendak dimusnahkannya, sebab dengan diangkatnya Kristus dari muka bumi ini, seluruh manusia pun ditarik mendekat kepada-Nya. Nubuatan ini memang mengandung perkara yang amat besar, yaitu bahwa Yesus akan mati, mati bagi orang-orang lain, bukan saja demi kebaikan mereka, tetapi bahkan menggantikan tempat mereka, mati bagi bangsa itu, sebab merekalah yang pertama kali ditawari keselamatan melalui kematian-Nya. Jika seluruh bangsa Yahudi sepakat untuk percaya kepada Kristus dan menerima Injil-Nya, maka mereka tidak hanya akan diselamatkan selamanya, tetapi juga diselamatkan dari kehancuran mereka sebagai sebuah bangsa. Sumber itu pertama-tama terbuka bagi keluarga Daud (Za. 13:1). Kristus mati bagi bangsa itu supaya seluruh bangsa itu tidak binasa, tetapi supaya tinggal suatu sisa (Rm. 11:5).
                [2] Penulis Injil ini menguraikan perkataan Kayafas itu (ay. 52), bukan untuk bangsa itu saja, meskipun bangsa itu menganggap diri mereka sebagai kesayangan Sorga, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Perhatikanlah di sini,
                    Pertama, orang-orang yang baginya Kristus mati: bukan untuk bangsa Yahudi saja (sebab mana mungkin Anak Allah harus menjalani pekerjaan yang begitu besar hanya untuk mengembalikan keturunan Yakub yang masih terpelihara dan orang-orang Israel yang tercerai-berai). Tidak demikian, melainkan Dia harus menyampaikan keselamatan sampai ke ujung bumi (Yes. 49:6). Kristus harus mati bagi anak-anak Allah yang tercerai-berai.
                        . Sebagian orang mengartikannya sebagai anak-anak Allah di zaman itu, yang tercerai-berai di antara kaum bukan-Yahudi, yaitu orang-orang yang saleh dari segala bangsa (Kis. 2:5), yang takut akan Allah (Kis. 10:2), dan menyembah-Nya (Kis. 17:4), para penganut agama yang melayani Allah Abraham tetapi tidak tunduk kepada tata cara hukum Taurat Musa, orang-orang yang beriman pada agama tetapi tersebar di antara bangsa-bangsa dan tidak memiliki pengakuan iman tertentu yang mempersatukan atau membedakan mereka dari kaum lainnya. Kristus mati untuk mempersatukan mereka dalam satu kesatuan masyarakat yang besar, untuk dinyatakan sebagai berasal dari kumpulan-Nya dan diperintah oleh-Nya. Ini artinya ada pedoman yang ditetapkan supaya semua orang yang menghormati Allah dan peduli akan keselamatan jiwa mereka dapat berpegang dan tunduk padanya.
                        . Sebagian orang lagi mengartikan itu sebagai semua orang yang dipilih atas dasar anugerah, yang dipanggil sebagai anak-anak Allah, sekalipun mereka belum dilahirkan pada saat itu, sebab mereka telah dipilih Allah sejak semula untuk menjadi anak-anak-Nya (Ef. 1:5). Orang-orang itu tercerai berai di berbagai tempat di bumi ini, di antara banyak suku dan bahasa (Why. 7:9), dan di berbagai masa, sampai akhir zaman. Mereka adalah orang-orang yang takut akan Allah di seluruh generasi. Bagi mereka inilah Ia mengarahkan mata-Nya ketika menjalankan penebusan dengan darah-Nya itu. Sebagaimana Dia berdoa bagi mereka, demikian pula Ia mati bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.
                    Kedua, Tujuan dan maksud kematian-Nya bagi orang-orang itu. Dia mati untuk mengumpulkan mereka yang telah tersesat, dan untuk mempersatukan mereka yang tercerai-berai, untuk mengundang mereka yang jauh dari-Nya supaya datang mendekat, dan untuk mempersatukan mereka yang ada di dalam Dia tetapi berjauhan satu sama lain.

                    Kematian Kristus itu merupakan:

                        . Daya tarik luar biasa yang mempesonakan hati kita, sebab itulah tujuan utama mengapa Ia ditinggikan, yaitu untuk menarik umat manusia mendekat kepada-Nya. Berbaliknya jiwa-jiwa pengumpulan jiwa-jiwa ke dalam Kristus sebagai penguasa dan perlindungan mereka, sebagaimana merpati-merpati terbang ke sarang mereka. Untuk itulah Dia mati. Melalui kematian-Nya ia menebus mereka menjadi milik-Nya, dan mendapatkan karunia Roh Kudus bagi mereka. Kasih-Nya sampai mau mati bagi kita itu yang terutama sekali yang menarik kasih kita.
                        . Pusat utama dari kebersamaan kita. Dia mempersatukan mereka (Ef. 1:10). Mereka menjadi satu dengan Dia, satu tubuh, satu roh, dan menyatu dengan yang lainnya di dalam Dia. Seluruh orang kudus dari segala tempat dan masa bertemu di dalam Kristus, sebagaimana seluruh anggota di dalam kepala dan semua cabang di dalam akar. Melalui kematian-Nya, Kristus mengantarkan semua orang kudus menjadi satu ke dalam kasih karunia dan belas kasihan Allah (Ibr. 2:11-13), dan karena dasar kematian-Nya pula, Ia mengajarkan mereka semua untuk mengasihi dan menyayangi satu sama lain (13:34).
            (5) Hasil dari perdebatan itu adalah keputusan bulat mahkamah untuk membunuh Yesus (ay. 53): Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Kini mereka telah saling memahami, dan setiap orang sudah bersepakat bahwa Yesus harus mati. Kelihatannya, sebuah dewan telah terbentuk dan duduk de die in diem -- tiap-tiap hari, untuk mempertimbangkan, memperbincangkan dan menerima usulan untuk melaksanakan keputusan di atas. Perhatikan, kejahatan orang bejat selalu terus bertambah dalam (Yak. 1:15; Yeh. 7:10). Dua kemajuan besar kini telah mereka capai dalam rangka merancangkan kejahatan melawan Kristus.
                [1] Apa yang telah mereka pikirkan masing-masing secara terpisah kini telah disepakati bersama, sehingga kini mereka pun saling meneguhkan satu sama lain dalam niat jahat mereka, dan meneruskan rencana mereka dengan keyakinan yang lebih besar. Dengan berunding bersama, orang-orang jahat saling menguatkan dan mendorong dalam tindakan kejahatan mereka. Orang-orang yang berakhlak bejat bergirang saat mereka mendapati orang lain juga sehati sepikiran dengan mereka: sehingga kejahatan yang sebelumnya terlihat sulit kini bukan saja tampaknya mungkin dilakukan, tetapi juga lebih mudah untuk dijalankan, vis unita fortior -- tenaga yang disatukan akan menjadi lebih kuat.
                [2] Sebelumnya, mereka tidak memiliki alasan yang kuat untuk menjalankan perbuatan yang sangat ingin mereka lakukan, tetapi kini mereka diperlengkapi dengan kedok yang sempurna untuk membenarkan diri mereka sendiri, yang akan sangat bermanfaat, kalau bukan untuk menghilangkan rasa bersalah (yang sebetulnya tidak begitu mereka pedulikan), maka bisa menghindari kemarahan orang banyak. Dengan demikian, mereka dapat memuaskan, kalau bukan kepentingan pribadi, maka kepentingan politis. Begitulah yang diperkirakan oleh sebagian orang. Banyak orang dengan entengnya terus saja melakukan tindakan yang jahat selama mereka memiliki dalih yang kuat untuk melakukannya. Tekad kuat mereka untuk menghukum mati Kristus, tanpa peduli benar ataupun salah, membuktikan bahwa serangkaian persidangan yang harus Ia hadapi itu hanyalah sekadar pertunjukan dan kedok belaka, sebab sebelum itu pun mereka sudah memutuskan tindakan mereka.
            (6) Kristus pun segera meninggalkan tempat itu dengan diam-diam, sebab Ia tahu betul apa yang telah diputuskan mahkamah itu (ay. 54).
                [1] Dia menahan penampakan-Nya di depan umum: Ia tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, di antara penduduk Yudea yang di sini disebut sebagai orang-orang Yahudi, terutama mereka yang ada di Yerusalem, ou periepatei -- Ia tidak berjalan ke sana ke mari di antara mereka, tidak pergi dari satu tempat ke tempat lain, tidak berkhotbah dan melakukan mujizat dengan terang-terangan seperti sebelumnya, tetapi Dia tinggal di Yudea, tanpa diketahui di mana. Begitulah imam-imam kepala meletakkan Pelita bangsa Israel di bawah gantang.
                [2] Dia menyepi ke tempat yang tidak begitu dikenal di negeri itu, begitu terpencilnya sampai-sampai nama tempat itu pun jarang sekali disebut-sebut di bagian lain. Ia berangkat ke daerah dekat padang gurun, seolah-olah Ia sudah terbuang dari antara manusia, atau seperti Yeremia, Ia berharap, sekiranya di padang gurun ia mempunyai tempat penginapan bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan (Yer. 9:2). Ia masuk ke sebuah kota yang bernama Efraim, yang diartikan beberapa orang sebagai Efrata, yaitu Betlehem, tempat Ia dilahirkan, yang berbatasan dengan padang gurun Yudea. Ada pula yang mengartikannya sebagai Efron atau Efraim seperti yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 13:19. Ke sana murid-murid-Nya pergi bersama-Nya. Mereka tidak mau meninggalkan-Nya sendirian saja, dan Ia pun tidak mau meninggalkan mereka dalam bahaya. Ke sanalah Ia meneruskan perjalanan-Nya, dietribe, di sana pula Ia terus berbicara, sebab Ia tahu bagaimana harus memanfaatkan waktu menyepi-Nya ini untuk berbicara secara pribadi, saat Ia tidak punya kesempatan untuk berkhotbah di hadapan umum. Saat Ia diusir dari Bait Allah, Dia bercakap-cakap dengan para murid-Nya, yang adalah keluarga-Nya, dan tidak diragukan lagi, diatribai atau percakapan-Nya itu, pastilah sangat membangun. Kita harus melakukan kebaikan semampu kita saat kita tidak dapat melakukan kebaikan seperti yang kita inginkan. Tetapi, mengapa kini Kristus mengundurkan diri? Hal itu dilakukan-Nya bukan karena Ia takut terhadap kuasa para musuh-Nya, atau karena Ia tidak mempercayai kuasa-Nya sendiri. Dia punya banyak cara untuk dapat meloloskan diri, dan tidak bermaksud untuk menghindari penderitaan atau tidak siap untuk menghadapi semua itu. Sebaliknya, Dia menyepi,
                    Pertama, untuk menunjukkan ketidaksenangan-Nya terhadap kota Yerusalem dan orang-orang Yahudi. Mereka menolak-Nya dan Injil-Nya. Karena itu, sah-sah saja jika kini Ia menarik diri dan Injil-Nya dari antara mereka. Sang Raja segala Pengajar kini menyembunyikan diri (Yes. 30:20), Dia tidak lagi terlihat kini. Inilah peringatan menyedihkan mengenai kegelapan besar yang sebentar lagi akan meliputi Yerusalem, sebab kota itu tidak tahu hari Allah melawatnya.
                    Kedua, untuk membuat kekejaman para musuh terhadap-Nya menjadi benar-benar tidak terampuni. Jika penampakan-Nya di hadapan umum meresahkan diri mereka sendiri dan dianggap membahayakan rakyat banyak itu, maka Ia kini hendak melihat apakah kemarahan mereka akan surut jika Ia mengundurkan diri. Saat Daud lari ke Gat, Saul pun merasa puas dan tidak lagi mencarinya (1Sam. 27:4). Namun, nyawalah, nyawa yang berharga, yang kini diincar oleh orang-orang jahat ini.
                    Ketiga, saat-Nya belumlah tiba, dan karena itulah Ia pun tidak mau menantang bahaya dan melakukannya dengan cara yang lumrah dilakukan manusia, yang Ia pakai untuk membenarkan sekaligus mendorong tindakan menyelamatkan diri bagi para hamba-Nya pada masa penganiayaan, dan juga untuk menghiburkan hati mereka yang tidak lagi diperbolehkan bekerja dan terpaksa harus dikungkung dalam kesendirian dan kegelapan. Seorang murid tidak lebih baik dari pada gurunya.
                    Keempat, Pengunduran diri-Nya untuk sementara waktu itu dimaksudkan untuk membuat kedatangan-Nya kembali ke Yerusalem, bila saat-Nya telah tiba nanti, menjadi lebih gemilang dan bercahaya. Inilah yang memicu seruan sukacita yang diserukan para pengikut-Nya ketika Ia tampil lagi di hadapan mereka, saat Ia mengendarai keledai memasuki kota itu dengan penuh kemenangan.
            (7) Pencarian yang mereka lakukan dengan saksama selama Ia menyepi (ay. 55-57).
                [1] Kesempatan emas datang saat hari raya Paskah sudah dekat, sebab mereka mengharapkan kedatangan-Nya, sesuai dengan kebiasaan saat itu (ay. 55): hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, yaitu sebuah perayaan yang begitu penting bagi mereka, dan yang selalu mereka nantikan jauh-jauh hari sebelumnya. Paskah itu merupakan yang keempat sekaligus yang terakhir bagi Kristus sejak Ia mulai melakukan pelayanan-Nya, dan tentang hari Paskah itu dapat dikatakan, "Paskah semacam itu tidak pernah lagi dirayakan di Israel (2Taw. 35:18), sebab pada saat itulah Kristus, Domba Paskah kita, dikorbankan bagi kita." Kini hari raya Paskah hampir tiba, dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri. Hal ini bisa berarti,
                    Pertama, sebuah penyucian yang harus dilakukan oleh mereka yang telah cemar menurut adat istiadat mereka. Mereka datang untuk diperciki dengan air penyucian, dan untuk melakukan serangkaian ibadah pembersihan diri menurut hukum Taurat, karena mereka tidak boleh makan Paskah dalam keadaan najis (Bil. 9:6). Demikianlah juga, sebelum merayakan Paskah Injil, kita pun harus memperbarui pertobatan kita dan membersihkan diri dalam darah Kristus melalui iman kita, sehingga dengan begitu, kita menghormati mezbah Allah. Atau,
                    Kedua, mereka ke Yerusalem untuk melakukan penyucian diri secara sukarela, atau tindakan pemisahan diri, dengan berdoa dan berpuasa atau melakukan kegiatan-kegiatan agamawi lainnya. Orang-orang yang sangat saleh memilih untuk melakukan ibadah-ibadah demikian sebelum hari raya Paskah di Yerusalem, karena ada pelayanan yang tersedia di Bait Allah di sana. Demikian jugalah kita harus dengan sungguh hati mempersiapkan diri untuk naik ke gunung dan menantikan-nantikan dengan yakin akan bertemu Allah di sana.
                [2] Pencarian itu dilakukan dengan terang-terangan: Mereka berkata, "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?" (ay. 56).
                    Pertama, sebagian orang berpendapat bahwa pertanyaan di atas terlontar dari mulut orang-orang yang memihak kepada Kristus dan mengharapkan kedatangan-Nya, supaya mereka dapat mendengar pengajaran dan melihat mujizat-mujizat-Nya. Orang-orang yang pergi dari daerah mereka untuk menyucikan diri itu benar-benar ingin bertemu dengan Kristus, dan mungkin mereka datang lebih awal dengan harapan bisa bertemu dengan-Nya. Karena itulah, sambil mereka berdiri di dalam Bait Allah, yang merupakan tempat penyucian diri mereka itu, mereka pun bertanya-tanya tentang kabar Kristus. Adakah orang yang dapat memberi mereka secercah harapan untuk melihat Dia? Jika memang demikian, dan jika mereka itu adalah orang-orang yang paling saleh dan memperhatikan agama, yang begitu menghormati Kristus, maka hal itu merupakan teguran terhadap sikap permusuhan yang ditunjukkan imam-imam kepala, serta sebuah kesaksian melawan mereka.
                    Kedua, tampaknya saya lebih berpendapat bahwa orang-orang itu adalah musuh-musuh Kristus yang sedang memburu-Nya, yang sedang menanti-nantikan kesempatan untuk menahan Dia. Saat mereka melihat kota mulai dipenuhi oleh orang-orang saleh dari berbagai daerah lain, mereka pun bertanya-tanya mengapa Kristus tidak terlihat di antara mereka. Saat mereka seharusnya membantu orang-orang yang datang untuk menyucikan diri sesuai dengan tugas mereka di tempat itu, mereka malah merencanakan persekongkolan melawan Kristus. Betapa dalamnya gereja Yahudi telah merosot, saat imam-imam Tuhan justru menjadi serupa dengan imam-imam lembu berhala, sebuah perangkap bagi Mizpa, dan jaring yang dikembangkan di atas gunung Tabor, dan lobang yang dikeruk di lembah Sitim (Hos. 5:1-2), -- saat mereka seharusnya menjalankan perayaan dengan roti tidak beragi, mereka malah mencemari diri mereka sendiri dengan ragi kejahatan yang paling busuk! Pertanyaan mereka itu, Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta? Menyiratkan,
                        . Anggapan yang rendah terhadap Kristus, seolah-olah Ia mungkin tidak akan berani datang dan menampakkan diri di hari perayaan bagi Tuhan. Jika orang lain yang tidak mempedulikan agama tidak hadir, mereka tidak akan diperhatikan. Namun, jika Kristus yang tidak hadir, sekalipun itu demi keselamatan nyawa-Nya (sebab Allah lebih menghendaki belas kasihan daripada korban sembelihan), pastilah Ia akan dicela, seperti yang terjadi pada Daud saat kursinya di jamuan terlihat kosong, padahal ia diundang ke sana hanya karena Saul ingin mencari kesempatan untuk menombaknya ke tembok (1Sam. 20:25-27 dst.). Menyedihkan sekali bila ibadah yang suci diselewengkan untuk mencapai maksud yang kotor.
                        . Ketakutan mereka kalau-kalau permainan mereka itu akan gagal: "Akan datang jugakah Ia ke pesta? Jika Ia tidak datang, maka sia-sialah rancangan kita dan celakalah kita, sebab tidak mungkin menyuruh orang ke wilayah-Nya untuk menjemput-Nya."
                [3] Perintah yang telah dikeluarkan oleh penguasa mengenai penangkapan Kristus sangatlah keras (ay. 57). Mahkamah Agama telah mengeluarkan peringatan keras yang mewajibkan siapa pun di kota atau daerah lain yang tahu di mana Dia berada (seolah-olah Dia itu seorang penjahat yang telah lari dari keadilan), untuk memberitahukan hal itu, supaya Kristus dapat ditangkap. Mungkin juga mereka mengiming-imingi orang dengan hadiah jika mereka berhasil menemukan-Nya, dan mengancam siapa pun yang menyembunyikan-Nya. Dengan demikian, mereka membuat Kristus terlihat sebagai seorang yang sangat jahat dan berbahaya di mata orang banyak, seorang buronan yang layak diserang oleh siapa pun. Saul juga mengeluarkan peringatan seperti itu saat ia hendak menangkap Daud. Demikian pula dengan Ahab, saat ia hendak menangkap Elia.

                    Lihatlah:

                    Pertama, betapa bersungguh-sungguhnya mereka dalam niat mereka untuk menganiaya Yesus, dan betapa tak kenal lelahnya mereka berusaha melaksanakan rencana itu, bahkan di saat mereka seharusnya begitu sibuk dengan banyak hal, sekiranya mereka benar-benar menghormati agama dan tugas mereka sebagai imam.
                    Kedua, betapa giatnya mereka menggalakkan orang lain untuk turut terlibat dalam kesalahan mereka. Jika ada orang yang sampai hati mengkhianati Kristus, mereka pasti akan mendorongnya untuk berpikir bahwa dia harus melakukannya. Itulah maksud utama yang mereka tanamkan dalam diri orang banyak demi tujuan yang sangat jahat itu. Perhatikan, dosa-dosa para penguasa yang jahat bertambah berat saat mereka menyetir bawahan mereka untuk menjadi alat dalam menjalankan kejahatan mereka itu. Namun, sekalipun terdapat peringatan seperti itu, walaupun tak diragukan lagi banyak orang tahu di mana Dia berada, Dia tetap tidak ditemukan, karena masih ada sebagian orang yang mengasihi-Nya dan juga karena Allah menguasai hati nurani sebagian yang lainnya. Sebab, Tuhan menyembunyikan-Nya.


Label:   Yohanes 11:45-56 



Daftar Label dari Kategori Materi Khotbah Katolik 2019
Lukas 10:1-9(1)
Lukas 15:1-3.11-32(1)
Lukas 18:9-14(1)
Lukas 1:1-4;4:14-21(1)
Lukas 22:14-23:56(1)
Lukas 24:13-35(1)
Lukas 2:22-40(1)
Lukas 4:1-13(1)
Lukas 4:21-30(1)
Lukas 5:1-11(1)
Lukas 5:27-32(1)
Lukas 6:27-38(1)
Lukas 6:39-45(1)
Lukas 9:11b-17(1)
Lukas 9:28b-36(1)
Lukas 9:51-62(1)
Markus 10:13-16(1)
Markus 16:9-15(1)
Markus 6:30-34(1)
Markus 9:2-13(1)
Matius 16:13-19(1)
Matius 5:43-48(1)
Matius 6:24-34(1)
Yohanes 10:27-30(1)
Yohanes 11:1-45(1)
Yohanes 11:45-56(1)
Yohanes 13:31-33a,34-35(1)
Yohanes 14:15-26 14:15-16,23b-26(1)
Yohanes 14:23-29(1)
Yohanes 14:7-14(1)
Yohanes 15:18-21(1)
Yohanes 16:23b-28(1)
Yohanes 17:20-26(1)
Yohanes 21:1-19(1)
Yohanes 21:20-25(1)
Yohanes 2:1-11 (1)
Yohanes 4:5-42(1)
Yohanes 6:16-21(1)
Yohanes 6:60-69(1)
Yohanes 7:40-53(1)
Yohanes 9:1-41(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Minggu, 14 April 2019 - Penetapan Perjamuan Malam - Lukas 22:14-23:56 (Luk. 23:1-49)- BcO Yer. 22:1-8; 23:1-8 - HARI MINGGU PALMA MENGENANGKAN SENGSARA TUHAN - warna liturgi Merah

PREV:
Minggu, 7 April 2019 - Yohanes 11:1-45 (Yoh. 11:3-7, 17, 20-27, 33b-45) - BcO Ibr. 10:26-39 - HARI MINGGU PRAPASKAH V - warna liturgi Ungu





Arsip Materi Khotbah Katolik 2019..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)