misa.lagu-gereja.com        
 
Jumat, 29 Maret 2024
HARI JUMAT AGUNG
Pantang dan Puasa
Yes. 52:13-53:12; Mzm. 31:2,6,12-13,15-16,17,25; Ibr. 4:14-16; 5:7-9;
Yohanes 18:1-19:42
BcO Ibrani 9:11-28
Warna Liturgi Merah
MT/BPI Edisi Baru: 022, 966 Lama: 820, 966
Saran Nyanyian:
Pembukaan : (tanpa nyanyian)
Liturgi Sabda / Selingan Kisah : PS 480, 482
Penghormatan Salib : PS 504 / 505, 506, 507, 508, 509, 510, 512
Madah Syukur : PS 512

Yohanes 18:1-19:42
Yesus ditangkap
18:1 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. 18:2 Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. 18:3 Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. 18:4 Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?" 18:5 Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. 18:6 Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. 18:7 Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari Nazaret." 18:8 Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi." 18:9 Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa." 18:10 Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. 18:11 Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"
Yesus di hadapan Hanas -- Petrus menyangkal Yesus
18:12 Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. 18:13 Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar; 18:14 dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: "Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa." 18:15 Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar, 18:16 tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk. 18:17 Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: "Bukankah engkau juga murid orang itu?" Jawab Petrus: "Bukan!" 18:18 Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka. 18:19 Maka mulailah Imam Besar menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan tentang ajaran-Nya. 18:20 Jawab Yesus kepadanya: "Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. 18:21 Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan." 18:22 Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?" 18:23 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?" 18:24 Maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu. 18:25 Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: "Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?" 18:26 Ia menyangkalnya, katanya: "Bukan." Kata seorang hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus: "Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?" 18:27 Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam.
Yesus di hadapan Pilatus
18:28 Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah. 18:29 Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?" 18:30 Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!" 18:31 Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang." 18:32 Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. 18:33 Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" 18:34 Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?" 18:35 Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?" 18:36 Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." 18:37 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."
Yesus dihukum mati
18:38 Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?" (#18-#38b) Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya. 18:39 Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?" 18:40 Mereka berteriak pula: "Jangan Dia, melainkan Barabas!" Barabas adalah seorang penyamun. 19:1 Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. 19:2 Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, 19:3 dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya. 19:4 Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." 19:5 Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!" 19:6 Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." 19:7 Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." 19:8 Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, 19:9 lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. 19:10 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" 19:11 Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya." 19:12 Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar." 19:13 Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata. 19:14 Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!" 19:15 Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"
Yesus disalibkan
19:16 Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. (#19-#16b) Mereka menerima Yesus. 19:17 Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. 19:18 Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. 19:19 Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi." 19:20 Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani. 19:21 Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi." 19:22 Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis." 19:23 Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian -- dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. 19:24 Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu. 19:25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. 19:26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" 19:27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Yesus mati
19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia -- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci --: "Aku haus!" 19:29 Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Lambung Yesus ditikam
19:31 Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib -- sebab Sabat itu adalah hari yang besar -- maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. 19:32 Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; 19:33 tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, 19:34 tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. 19:35 Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. 19:36 Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." 19:37 Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."
Yesus dikuburkan
19:38 Sesudah itu Yusuf dari Arimatea -- ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi -- meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu. 19:39 Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. 19:40 Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. 19:41 Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. 19:42 Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.

Penjelasan:

* Penangkapan Kristus (18:1-12)
Sekarang tibalah saatnya Sang Pemimpin keselamatan kita, yang dibuat sempurna melalui berbagai penderitaan, harus menghadapi musuh. Di sini kita membaca saat Dia memasuki pengalaman tersebut. Hari pembalasan ada di dalam hati-Nya dan tahun segala orang tebusan-Nya pun telah sampai, dan tangan-Nya sendiri yang mengerjakan keselamatan itu, sebab Ia tidak mempunyai banyak waktu lagi. Baiklah kita menyimpang ke sana dan melihat penglihatan yang hebat ini.

I. Bak pahlawan yang gagah perkasa,
Yesus Tuhan kita menjadi yang pertama maju ke medan perang (ay. 1-2). Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, setelah Ia menyampaikan pengajaran-Nya, menaikkan doa, dan dengan demikian mengakhiri kesaksian-Nya, Ia tidak mau membuang-buang waktu. Sebaliknya, Ia segera bergegas keluar dari rumah itu, ke luar kota. Ia berjalan di bawah terang cahaya bulan, karena hari raya Paskah selalu dirayakan pada saat bulan purnama. Ia pergi bersama-sama dengan murid-murid-Nya (bersebelas, karena Yudas justru sedang dipekerjakan oleh orang lain). Dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron, yang mengalir di antara Yerusalem dan Bukit Zaitun. Di situ ada suatu taman, bukan milik-Nya, tetapi milik beberapa sahabat-Nya yang mengizinkan Dia menggunakan taman itu dengan bebas.

II. Setelah Yesus, yang memimpin kita kepada keselamatan,
masuk di medan laga, musuh segera tiba di tempat itu dan menyerang-Nya (ay. 3). Yudas dan orang-orangnya datang ke sana. Mereka diperintahkan oleh imam-imam kepala, khususnya mereka yang termasuk golongan Farisi, yang menjadi musuh besar Kristus. Penulis Injil ini tidak menyinggung kejadian kesengsaraan Kristus, sebab ketiga penulis lainnya telah menuturkannya secara lengkap. Ia langsung bertutur tentang Yudas dan orang banyak yang menyertai dia saat menangkap Kristus.

Amatilah di sini,
        . Orang-orang yang dipakai dalam tindakan ini -- Sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala, datang bersama Yudas.
            (1) Banyak orang dikerahkan di sini untuk melawan Kristus -- sepasukan prajurit, speira -- satu divisi, sepasukan prajurit Romawi, yang diperkirakan berjumlah lima ratus orang, sementara ada juga yang menduga sampai seribu orang. Sahabat-sahabat Kristus hanya sedikit jumlahnya, sedangkan musuh-Nya banyak. Oleh karena itu, janganlah kita turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan janganlah takut kepada orang banyak yang merancangkan kejahatan terhadap kita, jika Allah di pihak kita.
            (2) Yang datang di sini adalah campuran orang banyak, yakni orang-orang bukan-Yahudi para prajurit Romawi, satuan khusus pengawal yang ditempatkan di menara Antonia untuk mengendalikan kota, dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala, hypÄ”retas. Baik pelayan-pelayan rumah mereka maupun penjaga-penjaga istana adalah orang-orang Yahudi. Sebenarnya kedua golongan ini saling berseteru, namun di sini mereka bersatu untuk melawan Kristus, yang datang untuk memperdamaikan keduanya, dalam satu tubuh, dengan Allah.
            (3) Orang banyak ini adalah orang-orang suruhan, bukan huru hara rakyat. Sama sekali bukan massa, karena mereka ini menerima perintah dari imam-imam kepala. Imam-imam kepala inilah yang telah melaporkan Yesus kepada wali negeri dan mengatakan bahwa Yesus orang yang sangat berbahaya. Kemungkinannya mereka mendapat jaminan dari wali negeri untuk menangkap Dia, sebab mereka takut kepada orang banyak. Lihatlah, seperti apa musuh-musuh yang dihadapi dan akan dihadapi Kristus dan Injil itu. Mereka tampak banyak dan kuat, dan karena itu sangat menggetarkan. Kekuasaan pemuka agama dan negara bergabung menjadi satu melawan Kristus dan Injil (Mzm.2:1-2). Kristus berkata bahwa hal seperti itu akan terjadi (Mat. 10:18), dan ternyata memang terjadi.
            (4) Semua ada di bawah petunjuk Yudas. Dialah yang menerima sepasukan prajurit ini. Mungkin ia memang memintanya, sambil menegaskan perlunya mengerahkan pasukan yang kuat. Ia begitu ingin mendapat kehormatan menjadi kepala pasukan dalam penyergapan ini, karena ia begitu tamak akan upah perbuatan-perbuatan jahat. Ia membayangkan betapa senangnya beralih kedudukan dari barisan belakang dua belas orang hina dan sekarang berada di barisan terdepan sebagai pemimpin ratusan orang menakutkan ini. Belum pernah ia menjadi tokoh seperti ini, dan mungkin ia berjanji kepada diri sendiri, bahwa ini tidak boleh yang terakhir. Ia harus dihadiahi pangkat kapten atau yang lebih tinggi lagi jika berhasil baik dalam upaya ini.

. Persiapan yang mereka lakukan untuk melancarkan serangan ini. Mereka datang lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.
            (1) Meskipun mereka bisa memanfaatkan terang dari cahaya bulan, mereka masih merasa memerlukan berbagai cahaya tambahan ini, untuk berjaga-jaga seandainya Kristus bersembunyi. Adam yang kedua, tidak seperti Adam yang pertama, tidak akan menyembunyikan diri di antara pohon-pohonan dalam taman karena rasa takut ataupun malu. Alangkah bodohnya mencari Sang Surya dengan menyalakan sebatang lilin.
            (2) Jika Ia melawan, mereka dapat menggunakan senjata-senjata mereka. Senjata perjuangan-Nya adalah senjata rohani, dan dengan senjata-senjata inilah Ia sering mengalahkan mereka serta membuat mereka bungkam. Karena itulah mereka sekarang berpaling dengan mengandalkan senjata-senjata lain, yaitu pedang dan pentung.

III. Yesus Tuhan kita memukul mundur serangan pertama musuh dengan gilang-gemilang (ay. 4-6).
Amatilah di sini,

. Cara Ia menyambut mereka dengan luar biasa lembut dan tenangnya.
            (1) Ia menyapa mereka dengan pertanyaan yang sangat lembut dan ramah (ay. 4). Karena Yesus tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, Ia sama sekali tidak terkejut melihat tanda bahaya ini. Ia melangkah maju ke depan untuk menemui mereka. Seolah-olah Ia sama sekali tidak merasa terganggu. Dengan lembut Ia bertanya, "Siapakah yang kamu cari? Ada apa? Apa arti semua keributan di malam yang larut ini?"

            (2) Ia menjawab mereka dengan sangat tenang dan lembut ketika mereka memberi tahu siapa yang mereka cari (ay. 5). Mereka menjawab, Yesus dari Nazaret. Dan Ia berkata, Akulah Dia.

- Tampaknya, ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Sangatlah mungkin bahwa banyak orang dari antara para prajurit Romawi ini, setidaknya para penjaga Bait Allah, telah sering melihat Dia, meskipun hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka belaka. Lagi pula, pastilah bahwa Yudas sudah sangat mengenal Dia. Namun, tidak seorang pun dari mereka yang bisa mengakui dan berkata, Engkaulah orang yang kami cari. Dengan demikian Ia menunjukkan kebodohan mereka dalam hal membawa-bawa lentera dan suluh, karena Ia sanggup membuat mereka tidak mengenali-Nya ketika melihat Dia. Dalam hal ini, Ia juga menunjukkan kepada kita, betapa mudahnya Ia mengacaukan rencana musuh-musuh-Nya dan membuat mereka hilang akal ketika sedang berusaha berbuat kejahatan.

- Dalam pencarian mereka, mereka menyebut Dia Yesus dari Nazaret, satu-satunya julukan yang mereka kenal tentang diri-Nya, atau mungkin juga itulah yang diperintahkan kepada mereka. Nama ini adalah nama untuk merendahkan Dia, untuk mengaburkan bukti keberadaan-Nya sebagai Mesias. Dengan sebutan ini, tampaklah bahwa mereka tidak mengenal Dia, tidak tahu dari mana asal-Nya. Karena jika mereka sungguh-sungguh mengenal Dia, mereka tentunya tidak akan menganiaya Dia.

- Ia menjawab mereka dengan jujur: Akulah Dia. Ia tidak mengambil keuntungan dari kebutaan mereka, seperti yang dilakukan Elisa terhadap orang-orang Aram dengan berkata, Bukan ini jalannya dan bukan ini kotanya. Sebaliknya, Ia malah menjadikan kesempatan tersebut sebagai peluang guna menunjukkan kesediaan-Nya untuk menderita. Meskipun mereka menyebut Dia Yesus dari Nazaret, Ia memberi jawab juga pada nama itu, karena Ia memandang rendah penghinaan itu. Ia bisa saja berkata, Aku bukan Dia, karena Ia adalah Yesus dari Betlehem. Namun, Ia sama sekali tidak mau bersilat lidah seperti itu. Dengan ini Ia mengajar kita untuk mengakui Dia, berapa pun harga yang harus kita bayar. Kita tidak boleh merasa malu karena Dia atau perkataan-Nya, bahkan sebaliknya dalam masa-masa sulit pun kita harus tetap mengakui Kristus yang disalibkan dan berjuang seperti laki-laki di bawah panji-panji-Nya. Akulah Dia, Egō eimi -- Akulah Dia, adalah nama yang mulia dari Allah yang Kudus (Kel. 3:14), dan kehormatan nama itulah yang dipertaruhkan dengan semestinya oleh Yesus Yang Terberkati itu.

- Perhatian khusus, dalam kalimat tambahan, dicatatkan di sini bahwa Yudas berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ia yang biasa berdiri bersama orang-orang yang mengikuti Kristus, sekarang berdiri bersama mereka yang melawan Dia. Hal ini menggambarkan adanya kemurtadan. Ia seorang yang bermuka dua, suka mengubah pendiriannya. Ia telah menggiring dirinya sendiri bersama mereka yang telah menawan hatinya, dan bersama mereka jugalah ia akan menerima nasibnya pada hari penghakiman. Hal ini disebutkan di sini,

Pertama,
untuk menunjukkan kekurangajaran Yudas. Tentunya orang akan bertanya-tanya, dari mana ia memperoleh keyakinan untuk berhadapan dengan Gurunya sekarang, dan sama sekali tidak merasa malu dan tidak mengenal nodanya. Iblis telah memberikan dahi perempuan sundal di dalam hatinya.

Kedua,
untuk menunjukkan bahwa secara khusus Yudaslah yang dibidik oleh kuasa yang menyertai perkataan Akulah Dia, untuk menggagalkan upaya penyerang-penyerang itu. Ini seperti sebuah anak panah yang ditujukan langsung ke hati nurani si pengkhianat dan yang menembus dengan cepat. Karena kedatangan Kristus dan suara-Nya akan terdengar lebih mengerikan bagi orang-orang yang murtad dan para pengkhianat daripada bagi orang-orang berdosa dari tingkatan lainnya.

. Lihatlah betapa Ia membuat mereka merasa ngeri dan memaksa mereka mundur (ay. 6): Mundurlah mereka, dan seperti orang tersambar petir, mereka jatuh ke tanah. Tampaknya, mereka tidak jatuh tertelungkup, seperti orang merendahkan diri dan menyerah di hadapan-Nya, tetapi terpelanting ke belakang. Jadi Kristus dinyatakan sebagai lebih daripada manusia biasa, bahkan ketika Ia diinjak-injak seperti seekor ulat dan bukan orang. Perkataan ini, "Akulah Dia," telah memulihkan dan membangkitkan kembali semangat murid-murid-Nya (Mat. 14:27). Tetapi, perkataan yang sama justru memukul jatuh musuh-musuh-Nya. Melalui hal ini Ia menunjukkan dengan jelas,

(1) Betapa Ia mampu melakukan apa saja terhadap mereka.
       Ketika Ia menjatuhkan mereka, bisa saja Ia memukul mereka sampai mati. Ketika Ia menjatuhkan mereka ke tanah dengan perkataan-Nya, bisa saja Ia memerintahkan ke neraka, dan mengirim ke sana, seperti Korah dan semua orang yang ada padanya. Tetapi Ia tidak mau berbuat seperti itu,

- Karena saat penderitaan-Nya telah tiba, dan Ia tidak akan mengabaikannya. Ia hanya ingin menunjukkan bahwa nyawa-Nya tidak akan dapat dirampas dengan paksa dari-Nya, tetapi Ia menyerahkan nyawa-Nya sendiri, seperti yang telah Ia katakan.
- Karena Ia ingin memberi contoh tentang kesabaran-Nya dalam menghadapi kejahatan manusia. Ia hendak memberi contoh tentang kasih-Nya yang penuh dengan rasa belas kasihan bagi musuh-musuh-Nya. Dengan menghantam mereka jatuh, dan tidak lebih dari itu, Ia memanggil dan memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat. Tetapi hati mereka tetap degil, dan semuanya sia-sia saja.

(2) Apa yang pada akhirnya akan Ia lakukan terhadap semua musuh-Nya yang kepala batu. Bahwa mereka yang tidak bertobat untuk memuliakan Dia, akan lari, dan jatuh di hadapan-Nya. Sekarang ayat Kitab Suci dalam Mazmur 21:13 telah digenapi, Engkau akan membuat mereka melarikan diri, dan juga dalam Mazmur 20:9. Kebenaran ini akan terus digenapi, dengan nafas mulut-Nya, Ia akan memusnahkan si pendurhaka (2Tes. 2:8; Why. 19:21). Quid judicaturus faciet, qui judicandus hoc facit? -- Bagaimana jadinya nanti bila Ia datang untuk menghakimi, karena ketika datang untuk dihakimi saja Ia sudah melakukan hal-hal seperti ini -- Augustinus.

IV. Setelah memukul mundur musuh-musuh-Nya,
Ia memberi perlindungan bagi sahabat-sahabat-Nya. Dan hal ini juga dilakukan-Nya dengan Firman-Nya (ay. 7-9). Dalam kejadian tersebut kita dapat mengamati,
        . Bagaimana Ia terus menghadapi kemarahan mereka (ay. 7).

        Mereka tidak terbaring lama di tempat mereka jatuh, tetapi bangkit kembali, dengan izin ilahi. Hanya di dunia yang lain sajalah hukuman Allah bersifat kekal. Saat mereka jatuh, orang mungkin menduga bahwa Kristus akan melarikan diri, dan ketika mereka bangkit kembali, orang menduga bahwa mereka akan membatalkan pencarian mereka. Namun, kita masih mendapati,

            (1) Mereka masih tetap saja bernafsu untuk menangkap Dia seperti pada awalnya. Masih dalam keadaan agak bingung dan kacau mereka menjadi sadar. Mereka tidak dapat membayangkan apa yang telah menjatuhkan mereka, mengapa mereka tidak dapat tetap teguh berdiri. Mereka lebih mengaitkan kejadian itu dengan sesuatu yang lain, bukan dengan kuasa Kristus. Perhatikanlah, ada banyak hati sangat mengeras di dalam dosa sampai tidak ada lagi yang bisa mengurangi dan menundukkan kekerasan hati itu.
            (2) Ia tetap bersedia untuk ditangkap seperti semula. Ketika mereka jatuh di hadapan-Nya, Ia tidak mengolok-olok mereka, tetapi memandang mereka sebagai orang-orang yang kebingungan, dan menanyakan pertanyaan yang sama, "Siapakah yang kamu cari?" Dan mereka memberikan jawaban yang sama, "Yesus dari Nazaret." Ketika mengulangi pertanyaan itu, tampaknya Ia berusaha lebih mendekati hati nurani mereka: "Tahukah kamu siapa yang kamu cari? Tidak sadarkah kamu bahwa kamu sedang melakukan kekeliruan, dan mengapa kamu mau saja ikut melibatkan diri? Tidakkah kamu merasa cukup dengan kejadian tadi, dan masih mau mencoba masalah lain lagi? Pernahkah orang yang tetap mengeraskan hati melawan Allah akan tetap berhasil?" Dengan memberikan jawaban yang sama, mereka menunjukkan ketegaran hati mereka dalam jalan mereka yang sesat. Mereka masih saja menyebut Dia Yesus dari Nazaret, dengan rasa hina seperti sebelumnya. Dan Yudas juga tetap sama lalimnya seperti mereka. Sebab itu, baiklah kita waspada dengan langkah-langkah kecil kita di jalan yang berdosa, supaya jangan ada di antara kita yang menjadi tegar hati karena tipu daya dosa.

. Bagaimana Ia berusaha melindungi murid-murid-Nya dari amarah mereka. Ia memanfaatkan kesempatan ini untuk melindungi para pengikut-Nya. Ketika memperlihatkan keberanian-Nya dengan menunjuk diri-Nya sendiri, "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia, Ia menunjukkan bahwa Ia peduli dengan murid-murid-Nya, biarkanlah mereka ini pergi." Ia berkata demikian sebagai sebuah perintah kepada orang-orang yang hendak menangkap Dia itu, bukan untuk minta persetujuan mereka. Karena mereka berada di bawah belas kasihan-Nya, bukan Dia yang berada di bawah mereka. Ia menyuruh mereka sebagai orang yang berkuasa: "Biarkanlah mereka ini pergi, kamu dalam masalah jika berurusan dengan mereka." Perkataan ini memperberat dosa murid-murid yang meninggalkan Dia, khususnya Petrus yang menyangkal Dia, karena meskipun Kristus telah memberikan mereka jalan ini, atau jaminan perlindungan, mereka tidak memiliki cukup iman dan keberanian untuk mengandalkan janji-Nya ini, dan malah menempuh cara yang rendah dan mengasihani diri untuk mencari keselamatan sendiri. Ketika Kristus berkata, biarkanlah mereka ini pergi, Ia bermaksud:

(1) Untuk menunjukkan kepedulian-Nya bahwa Ia sungguh mengasihi murid-murid-Nya. Ketika Ia membuka diri untuk menghadapi bahaya, Ia memaafkan mereka karena mereka belum cukup layak untuk menderita. Iman mereka masih lemah, semangat mereka rendah, begitu juga halnya dengan jiwa mereka. Nyawa mereka sangat berharga untuk dikorbankan dalam penderitaan sekarang ini. Anggur yang baru tidak boleh disimpan dalam kantong kulit yang tua. Dan, selain itu, masih ada pekerjaan lain yang harus mereka kerjakan. Mereka harus pergi menjalani jalan mereka, sebab mereka harus pergi ke seluruh dunia, untuk memberitakan Injil. Janganlah musnahkan mereka, sebab masih ada berkat di dalam mereka.

Nah, dengan ini,
- Kristus membesarkan hati kita untuk tetap mengikut Dia. Karena, meskipun Ia mengizinkan banyak penderitaan, Ia mempertimbangkan seperti apa kita ini. Ia akan menetapkan saat penderitaan kita dengan bijaksana, menyesuaikannya dengan kekuatan kita, dan akan menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan, baik untuk keluar dari penderitaan itu, maupun untuk melewati penderitaan itu.

- Ia memberi kita teladan yang baik bagaimana kita harus mengasihi saudara-saudara kita dan memedulikan kesejahteraan mereka juga. Kita tidak boleh memikirkan kenyamanan dan keamanan kita sendiri, tetapi memikirkan kepentingan orang lain juga, dan malah dalam beberapa hal, kita harus lebih mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan kita sendiri. Ada kasih yang dipenuhi kemurahan hati dan jiwa kepahlawanan, yang memberi kita kemampuan untuk menyerahkan nyawa bagi saudara-saudara kita (1Yoh. 3:16).

(2) Yesus ingin memberikan contoh tentang apa yang Dia kerjakan sebagai Pengantara.
Ketika Ia menyerahkan diri-Nya untuk menderita dan mati, maksudnya adalah supaya kita dapat membebaskan diri. Ia menjadi antipsychos kita -- orang yang menderita menggantikan kita. Ketika berkata, Sungguh, Aku datang, Ia juga berkata, biarkanlah mereka ini pergi. Sama seperti domba jantan yang dipersembahkan sebagai pengganti Ishak.

. Sekarang, dengan ini Ia menegaskan perkataan yang telah disampaikan-Nya belum lama ini (17:12), Mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, tidak ada seorang pun yang binasa. Khususnya, dengan menggenapi perkataan ini, Kristus memberikan jaminan bahwa perkataan-Nya itu juga akan digenapi sepenuhnya, bukan hanya untuk mereka yang pada saat itu bersama Dia, tetapi juga untuk semua orang yang percaya kepada-Nya melalui Firman yang mereka beritakan. Meskipun pemeliharaan Kristus atas mereka khususnya dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap jiwa mereka dari dosa dan kemurtadan, di sini hal itu diartikan juga sebagai perlindungan terhadap kehidupan jasmani mereka, sebab tubuh juga menjadi bagian dari tanggung jawab dan perhatian Kristus. Ia akan membangkitkan tubuh itu pada akhir zaman, dan karena itu Ia juga akan memelihara tubuh itu sendiri bersama jiwa dan roh (1Tes. 5:23; 2Tim. 4:17-18). Kristus akan memelihara kehidupan jasmani untuk maksud pelayanan yang telah direncanakan baginya. Tubuh diberikan kepada-Nya untuk digunakan oleh-Nya, dan Ia tidak akan kehilangan pelayanan dari tubuh itu, tetapi akan ditinggikan di dalamnya, baik melalui kehidupan maupun kematian. Tubuh jasmani akan tetap hidup selama masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Saksi-saksi Kristus tidak akan mati sampai semuanya telah memberi kesaksian mereka. Tetapi ini belumlah semuanya, perlindungan kepada para murid itu lebih cenderung bersifat perlindungan rohani. Sekarang mereka begitu lemah dalam iman dan keteguhan hati, sehingga kalau mereka turut menderita pada saat itu, besar kemungkinan mereka akan mempermalukan diri sendiri dan Guru mereka, dan beberapa dari mereka, setidaknya yang terlemah, mungkin akan hilang. Oleh karena itu, supaya jangan sampai kehilangan seorang pun, Ia tidak mau membiarkan mereka menghadapi bahaya. Keamanan dan perlindungan bagi orang-orang kudus bukan hanya bergantung pada anugerah ilahi yang menyesuaikan tingkat kekuatan dari pencobaan itu, tetapi pada pemeliharaan ilahi dalam menyesuaikan pencobaan itu dengan tingkat kekuatan mereka.

V. Setelah memberikan perlindungan bagi murid-Nya, Ia menegur dengan keras tindakan gegabah atau kesembronoan salah seorang murid-Nya dan melarang para pengikut-Nya untuk melakukan kekerasan, seperti halnya Ia sendiri juga menolak kekerasan yang dilakukan para penganiaya-Nya (ay. 10-11). Dalam ayat-ayat tersebut kita temukan,

. Tindakan sembrono yang dilakukan Petrus. Ia memiliki sebilah pedang. Tampaknya, tidak mungkin sebagai seorang laki-laki pemberani ia membawa-bawa pedang ke mana-mana, tetapi memang di antara mereka ada dua bilah pedang (Luk. 22:38). Dan Petrus yang dipercaya untuk menyandang salah satunya, sekarang menghunusnya. Ia mengira bahwa sekaranglah saat untuk menggunakannya, dan ia menetakkannya kepada hamba Imam Besar, yaitu orang yang mungkin berada di barisan paling depan. Boleh jadi orang inilah yang ditujunya. Ia hendak memenggal kepala orang itu, tetapi luput, dan hanya memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu pun dicatat, untuk lebih menambah kepastian kebenaran kisah ini. Namanya Malkhus, atau Malukh (Neh. 10:4).

(1) Di sini kita harus mengakui niat baik Petrus. Ia memiliki semangat yang tulus untuk Gurunya, meskipun sekarang ia ternyata salah arah. Belum lama ia berjanji hendak mempertaruhkan nyawanya untuk Kristus, dan sekarang ia ingin menepatinya. Mungkin ia merasa gusar melihat Yudas memimpin rombongan ini. Kerendahan budi Yudas ini membangkitkan keberanian Petrus, dan karena itu saya yakin ketika menghunus pedang, ia mungkin sungguh menginginkan kepala si pengkhianat itu.

(2) Namun, kita juga harus mengakui kelakuan Petrus yang jahat. Meskipun niat baiknya memang dapat dijadikan alasan, hal itu tidak dapat membenarkan dirinya.
                [1] Ia tidak menerima perintah dari Gurunya atas apa yang Ia lakukan. Para prajurit Kristus harus selalu siap menunggu perintah, dan bukan mendahuluinya. Sebelum menyongsong penderitaan, terlebih dahulu mereka harus mengenal penderitaan itu dengan jelas, supaya alasan dan panggilan mereka untuk menderita juga jelas.
                [2] Ia melanggar tugas yang hanya boleh dilakukan Kristus dan melawan kuasa-kuasa yang ada. Sesuatu yang tidak pernah disetujui Kristus, bahkan sesuatu yang sangat dilarang-Nya (Mat. 5:39), Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.
                [3] Ia menentang penderitaan Gurunya. Meskipun ia telah melanggarnya satu kali, ia masih juga mengulanginya. Sebelum itu ia pernah berkata, Guru, kasihanilah diri-Mu sendiri, kiranya Allah menjauhkan hal itu dari-Mu, walaupun Kristus telah berkata kepadanya bahwa Ia harus dan akan menderita, dan bahwa saat-Nya sekarang telah tiba. Dengan demikian, meskipun tampaknya ia berjuang untuk Kristus, sebenarnya ia justru sedang melawan Dia.
                [4] Ia merusak persetujuan penyerahan bersyarat yang baru saja dibuat Gurunya dengan musuh. Ketika Ia berkata, biarkanlah mereka ini pergi, Ia bukan hanya bermaksud untuk mencari keselamatan bagi mereka, tetapi juga supaya mereka bertindak baik-baik, supaya mereka pergi dengan damai. Petrus mendengar perkataan ini, namun tidak mau terikat dengannya. Kadang-kadang kita bersalah akibat dosa kepengecutan kita, yaitu tidak tampil ketika dipanggil untuk itu. Demikian juga, kita kadang-kadang bersalah akibat dosa keberanian kita, yaitu tidak mau mundur ketika disuruh untuk mundur.
                [5] Dengan bodoh ia membahayakan diri sendiri dan murid-murid lainnya terhadap amukan orang-orang yang dipenuhi amarah ini. Seandainya ia berhasil memancung kepala Malkhus dan bukan cuma memutuskan telinganya saja, kita dapat menduga apa yang bakal terjadi. Para prajurit pasti akan menyerang semua murid dan mencincang mereka, dan menuduh Kristus tidak lebih baik daripada Barabas. Demikianlah banyak orang yang berbuat salah dengan melakukan tindakan bunuh diri karena semangat membela diri.
                [6] Sesudah kejadian ini, Petrus begitu cepat bertindak sebagai pengecut (dengan menyangkali Gurunya), hingga kita mempunyai alasan untuk berpikir bahwa dia tidak akan bertindak seperti ini seandainya menyaksikan Gurunya merobohkan mereka ke tanah, dan selanjutnya ia dapat membereskan mereka. Namun, ketika ia melihat Gurunya menyerahkan Diri, keberaniannya pun runtuh. Padahal, seorang pahlawan Kristen yang sejati akan tetap tampil membela perkara Kristus. Bukan hanya ketika berada di atas angin, tetapi juga ketika keadaan menjadi tidak menguntungkan. Ia akan tetap berada di pihak yang benar, meskipun pihak itu bukan pihak yang menguntungkan.

(3) Kita harus mengakui campur tangan pemeliharaan Allah dalam mengarahkan serangan pedang Petrus (sehingga tidak menimbulkan lebih banyak korban yang tewas, tetapi hanya memutus telinga Malkhus. Sekadar meninggalkan bekas dan tidak membunuhnya). Pemeliharaan Allah ini juga memberi kesempatan kepada Kristus untuk menunjukkan kuasa dan kebaikan-Nya dalam menyembuhkan orang yang terluka (Luk. 22:51). Demikianlah, bahaya akibat mengabaikan teguran Kristus terbukti berubah menjadi kesempatan yang berakibat lebih baik bagi kemuliaan-Nya, bahkan di antara musuh-musuh-Nya.

. Peringatan yang diberikan Sang Guru kepada Petrus (ay. 11): Sarungkan pedangmu itu. Peringatan ini berupa teguran yang lembut, karena Ia tahu bahwa semangat Petrus yang berlebihanlah yang mendorongnya melakukan tindakan yang tidak bijaksana. Kristus tidak memperbesar masalah ini. Ia hanya meminta supaya Petrus jangan berbuat seperti itu lagi. Banyak orang berpikir bahwa kepedihan dan kesedihan yang mereka alami tentunya dapat dijadikan alasan untuk membenarkan tindakan mereka yang penuh amarah dan kesembronoan. Namun, di sini Kristus memberi contoh kepada kita semua tentang kesabaran dan kelembutan di tengah penderitaan. Petrus harus menyarungkan pedangnya, karena pedang Roh-lah yang seharusnya ia gunakan -- bukan senjata perjuangan yang duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah. Saat Kristus menjatuhkan para penyerang dengan sepatah kata, Ia menunjukkan kepada Petrus bagaimana seharusnya ia mempersenjatai diri dengan firman Allah yang hidup dan kuat, dan yang lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun. Dan tidak lama setelah peristiwa ini, dengan pedang Roh ini Petrus membuat Ananias dan Safira rebah dan putus nyawa di hadapannya.

. Alasan yang mendasari teguran ini: bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku? Matius menunjuk pada alasan lain yang diberikan Kristus atas teguran ini, namun Yohanes menekankan alasan ini, yang diabaikan Petrus. Dengan alasan ini Kristus memberikan kepada kita,
            (1) Sebuah bukti lengkap tentang penyerahan-Nya pada kehendak Bapa-Nya. Dari semua kekeliruan yang dilakukan Petrus, tampaknya tidak ada yang dapat membuat-Nya menjadi begitu marah seperti upaya Petrus untuk membuat Ia menghindari penderitaan-Nya saat ini, ketika saat-Nya sudah tiba: "Apa, Petrus, apakah engkau hendak menjadi batu sandungan antara Aku dan cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku untuk diminum? Enyahlah Iblis." Jika Kristus telah ditentukan untuk menderita dan mati, betapa lancangnya Petrus menentang hal itu dengan perkataan atau perbuatan: bukankah Aku harus minum dari cawan itu? Cara Tuhan mengungkapkan teguran ini menunjukkan ketetapan hati-Nya yang begitu mantap, dan bahwa sekali-kali Ia tidak akan menerima pikiran yang bertentangan dengan ini. Ia bersedia minum dari cawan ini, meskipun itu cawan yang pahit, yang berisi campuran tanaman pahit dan empedu, piala yang isinya memusingkan, cawan berdarah, cangkir yang berisi kehangatan murka Tuhan (Yes. 51:22). Ia minum isi cawan itu, supaya dapat memberikan cawan keselamatan, piala penghiburan, dan cawan berkat ke dalam tangan kita. Oleh karena itu, Ia bersedia meminumnya, karena Bapa-Nya telah menyerahkan cawan itu kepada-Nya. Jika Bapa-Nya menghendaki demikian, itu demi sesuatu yang terbaik, dan terjadilah seperti itu.

            (2) Sebuah teladan yang baik bagi kita untuk menyerahkan diri kepada kehendak Allah dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan diri kita. Kita harus berjanji kepada Kristus untuk turut mengambil bagian dalam cawan yang diminum-Nya (Mat. 20:23), dan mendorong diri untuk melaksanakannya.
                [1] Itu hanyalah sebuah cawan, masalah yang tergolong kecil, jadi terjadilah apa yang harus terjadi. Ini bukanlah soal sebesar laut, Laut Merah, atau Laut Mati, karena hal ini bukanlah neraka. Cawan itu sangatlah ringan, hanya untuk sekejap saja.
                [2] Itu adalah cawan yang diberikan kepada kita. Penderitaan merupakan karunia.
                [3] Cawan itu diberikan oleh seorang Bapa, yang memiliki kuasa sebagai seorang Bapa, yang tidak akan berbuat salah kepada kita. Ia adalah Bapa yang penuh kasih sayang, yang tidak bermaksud menyakiti kita.

VI. Setelah menyelaraskan diri sepenuhnya dengan kehendak Allah,
Ia pun menyerah dengan tenang, dan Ia menyerahkan diri laksana seorang tahanan. Bukan karena Ia tidak mampu meloloskan diri, tetapi karena Ia memang tidak ingin melakukannya. Orang mungkin mengira bahwa penyembuhan telinga Malkhus seharusnya membuat hati para penyerang itu menjadi lunak, namun tidak ada yang dapat menundukkan hati mereka. Maledictus furor, quem nec majestast miraculi nec pietas beneficii confringere potuit -- Angkara murka yang amat sangat sungguh tidak dapat diredakan oleh kehebatan mujizat ataupun didamaikan oleh kelembutan kebaikan -- Anselmus [theolog, filsuf, dan Uskup Canterbury abad kesebelas -- ed.].

* Kristus di hadapan Hanas dan Kayafas; Penyangkalan Petrus; Kristus Didakwa (18:13-27)
Di sini kita temukan catatan perihal dakwaan yang ditimpakan kepada Kristus di hadapan Imam Besar, dan sejumlah peristiwa yang menyertainya, yang tidak disinggung oleh penulis Injil lainnya. Bersama dengan perikop-perikop lainnya dijalin juga peristiwa penyangkalan Petrus, yang telah dituturkan secara lengkap oleh penulis Injil. Kejahatan yang didakwakan kepada-Nya berkaitan dengan masalah agama. Para hakim majelis pengadilan agama itu berupaya supaya penanganan perkara ini dapat langsung berada di bawah tanggung jawab mereka. Baik orang Yahudi maupun orang bukan-Yahudi menangkap Dia, sehingga kedua belah pihak pun memeriksa dan menghukum Dia, karena Ia memang mati bagi dosa keduanya. Marilah kita melihat kisah ini secara berurutan.

I. Setelah menangkap Kristus, mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas.
Sebelum menghadapkan Dia di depan pengadilan agama, mereka telah menanti-nantikan Dia di tempat tinggal Kayafas (ay. 13).

. Mereka membawa-Nya, membawa Dia dengan penuh kemenangan, sebagai piala kemenangan mereka. Mereka membawa-Nya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian, dan melalui pintu gerbang Domba yang dibicarakan di dalam Nehemia 3:1. Karena melalui pintu gerbang itulah mereka berangkat dari Bukit Zaitun dan masuk ke Yerusalem. Mereka bergegas membawa Dia dengan kekerasan, seolah-olah Ia adalah penjahat yang terbejat dan terkejam. Kita telah dibawa pergi oleh nafsu kita yang menggebu-gebu tak tertahankan, dibawa pergi sebagai tawanan oleh Iblis atas kehendaknya. Karena itu, supaya kita dapat diselamatkan, Kristus pun dibawa pergi, dibawa sebagai tawanan oleh anak-anak buah dan alat-alat Iblis.

. Mereka membawa-Nya kepada para pemimpin yang menyuruh mereka. Saat itu waktu telah menjelang tengah malam, dan seharusnya orang memasukkan Dia ke dalam tahanan (Im. 24:12). Seharusnya mereka memasukkan Dia terlebih dahulu ke rumah tahanan, sampai tiba saat yang sesuai untuk menggelar sebuah pengadilan. Namun, yang terjadi adalah, mereka membawa-Nya dengan tergesa-gesa, bukan untuk memperoleh keadilan damai seperti yang diharapkan, tetapi kepada para hakim untuk dijatuhi hukuman. Peradilan dilakukan dengan sangat kejam, sebagian karena mereka merasa ketakutan akan adanya upaya penyelamatan. Karena itu, mereka bukan saja tidak mau membuang waktu, tetapi juga menciptakan ketakutan dan kengerian. Sebagian juga karena mereka sangat haus akan darah Kristus, seperti rajawali yang menyambar mangsanya.

. Mula-mula mereka membawa-Nya kepada Hanas. Mungkin rumahnya terletak di tengah perjalanan yang memang harus dilewati, jadi sangat baik bagi mereka untuk singgah sebentar dan beristirahat. Selain itu, di sana juga mereka dibayar atas jasa mereka itu, seperti yang dikirakan sebagian orang. Saya kira, Hanas itu seorang yang sudah berusia lanjut dan lemah, sehingga tidak dapat hadir di persidangan bersama rekan-rekannya pada malam itu. Namun, ia sangat ingin melihat mangsanya. Karena itu mereka membawa tahanan ini ke hadapannya untuk memuaskan hatinya dengan kepastian keberhasilan mereka, sehingga mereka dapat menerima berkatnya dan orang yang sudah renta ini dapat tidur lebih nyenyak. Sungguh menyedihkan melihat orang yang sudah begitu tua dan sakit-sakitan, yang sudah tidak bisa berbuat dosa seperti pada masa mudanya namun mau juga turut bergirang dengan mereka yang berbuat dosa. Dr. Lightfoot [theolog Inggris abad ketujuh belas dari Universitas Cambridge -- ed.] berpendapat bahwa Hanas tidak hadir dalam persidangan malam itu karena ia harus hadir pagi-pagi sekali pada keesokan harinya di Bait Allah untuk memeriksa apakah korban-korban yang harus dipersembahkan pada hari itu benar-benar tidak bercela. Jika demikian halnya, tentunya ada arti penting di dalamnya, yaitu bahwa Kristus, Sang Korban Agung itu diperhadapkan kepadanya dan dikembalikan dalam keadaan terikat, disahkan dan siap untuk dipersembahkan di atas mezbah.

. Hanas adalah ayah mertua Kayafas, Imam Besar pada tahun itu. Hubungan kekeluargaan melalui perkawinan yang terdapat di antara mereka itu merupakan alasan mengapa Kayafas memerintahkan untuk menunjukkan sedikit rasa hormat itu kepada Hanas, untuk memberinya kesempatan menjadi orang pertama yang melihat tahanan itu. Atau juga ini merupakan alasan mengapa Hanas menyetujui tindakan Kayafas dalam persoalan yang memang sangat didambakannya itu. Perhatikanlah, untuk banyak orang, persahabatan dan persekutuan mereka dengan orang jahat sungguh menegaskan jalan mereka yang jahat.

II. Hanas tidak menahan rombongan itu terlampau lama.
Seperti halnya dengan banyak orang yang berkeinginan untuk mempercepat dakwaan terhadap Dia, ia pun mengirim Kristus dalam keadaan terbelenggu kepada Kayafas. Ia dikirim ke rumah Kayafas, yang ditetapkan sebagai tempat pertemuan Mahkamah Agama untuk menangani perkara ini, atau Ia dikirim ke suatu tempat di dalam Bait Allah di mana Imam Besar biasanya menjalankan Mahkamah Agama. Hal ini disebutkan dalam ayat 24. Namun, para penerjemah Alkitab menunjukkan di dalam catatan pinggir bahwa hal itu harus terjadi di sini, dan karena itu kita membaca di sini, maka Hanas mengirim Dia.

III. Di istana Kayafas, Simon Petrus mulai menyangkal Gurunya (ay. 15-18).
        . Dengan susah payah Petrus berhasil masuk ke halaman tempat pengadilan itu diselenggarakan, seperti yang dicatat dalam ayat 15-16.

IV. Petrus, sahabat Kristus, mulai menyangkal Dia.
Imam Besar, musuh-Nya, mulai mendakwa Dia, atau lebih tepatnya mendesak Dia untuk mendakwa diri sendiri (ay. 19-21). Tampaknya upaya pertama adalah membuktikan bahwa Dia seorang penyesat dan Guru yang mengajarkan pengajaran sesat. Itulah yang ingin dituturkan oleh penulis Injil ini. Ketika mereka gagal membuktikan tuduhan ini, mereka mendakwa Dia dengan tuduhan penghujatan, yang dicatat oleh para penulis Injil lainnya, dan karena itu tidak disinggung di sini.

V. Sementara para hakim sedang memeriksa Kristus,
seorang penjaga yang berdiri di situ berlaku tidak pantas terhadap-Nya (ay. 22-23).
. Perbuatan salah seorang penjaga itu sungguh sangat menghina. Meskipun Kristus berbicara dengan begitu tenang disertai bukti yang meyakinkan, orang yang kurang ajar ini menampar muka-Nya, mungkin di sisi kepala atau wajah-Nya, sambil berkata, Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar? Seolah-olah Kristus telah berlaku kasar terhadap pengadilan ini.

            (1) Ia menampar Kristus, edōke rhapisma -- ia memberikan pukulan kepada-Nya. Ada yang mengartikan ini sebagai pukulan yang dilakukan dengan sebuah tongkat pemukul atau tongkat jabatan, yang berasal dari kata rhabdos, yaitu tongkat yang melambangkan jabatan yang disandangnya. Sekarang digenapilah Kitab Suci (Yes. 50:6), Aku memberikan pipiku, eis rhapismata (begitulah terjemahan dalam Septuaginta) untuk kata pukulan (tamparan), kata yang digunakan di sini. Mikha 4:14 juga digenapi, dengan tongkat mereka memukul pipi orang yang memerintah Israel [Dalam teks Matthew Henry dan KJV, ayat ini disebutkan ada pada Mi. 5:1 -- pen.]. Juga di dalam perlambang yang ada di dalam jawaban Ayub (Ayb. 16:10), Mereka menampar pipiku dengan cercaan. Sungguh sangat tidak adil untuk memukul orang yang berkata benar dan tidak berbuat salah. Sungguh kurang ajar bila seorang hamba rendah seperti ini menampar seorang yang sedang menyampaikan pertanggungjawabannya. Sungguh pengecut untuk menampar orang yang tangan-Nya terbelenggu, dan sungguh biadab untuk menampar seorang tahanan di depan sidang pengadilan. Di sini terjadi pelanggaran tata tertib sidang pengadilan. Damai dihancurkan di hadapan wajah pengadilan, dan para hakim pun menyetujuinya. Rasa malu pada wajah ini adalah milik kita, tetapi Kristus mengambilnya untuk diri-Nya sendiri, "Akulah yang menanggung kutuk itu, rasa malu itu."
            (2) Ia menegur Kristus dengan sangat angkuh, Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar? Seolah-olah Yesus yang terpuji itu tidak layak berbicara kepada tuannya, atau tidak cukup bijaksana untuk mengetahui cara berbicara kepada Imam Besar. Bagaikan seorang tahanan yang kasar dan bebal, Kristus harus dikendalikan oleh penjaga itu dan diajarkan cara berperilaku. Beberapa penulis kuno beranggapan bahwa penjaga ini adalah Malkhus, yang berutang budi kepada Kristus atas kesembuhan telinganya dan kepalanya yang selamat, namun balasan yang jahat inilah yang diberikan kepada-Nya. Namun, siapa pun orang itu, ia melakukannya untuk menyenangkan hati dan menjilat Imam Besar, karena apa yang ia katakan menyiratkan rasa cemburu atas martabat Imam Besar. Para pemimpin yang lalim tidak akan kekurangan pelayan-pelayan jahat, yang siap mendera orang-orang yang dianiaya tuan-tuan mereka. Ada seorang penerus jabatan Imam Besar yang menyuruh orang yang berdiri di dekat Paulus untuk menampar mulut Paulus (Kis. 23:2). Ada yang berpendapat bahwa penjaga ini merasa dituduh oleh Kristus ketika Ia menunjuk pada orang-orang yang pernah mendengarkan pengajaran-Nya, seolah-olah Kristus menyuruh dia untuk bersaksi. Mungkin ia adalah salah seorang dari penjaga-penjaga yang telah memberikan laporan yang baik tentang Dia (7:46), dan supaya jangan disangka sebagai seorang yang berteman dengan Kristus secara sembunyi-sembunyi, ia pun menunjukkan dirinya sebagai seorang musuh besar-Nya.

. Kristus menerima penghinaan ini tanpa perlawanan dan dengan kesabaran yang luar biasa (ay. 23). "Jikalau kata-Ku itu salah, dalam kata-kata yang baru Aku ucapkan, tunjukkanlah salahnya. Hormatilah sidang pengadilan ini, biarkan mereka menghakimi perkara itu, merekalah hakim-hakim yang berwenang untuk itu. Tetapi, jikalau perkataan-Ku itu benar, dan memang itulah kenyataannya, mengapakah engkau menampar Aku?" Kristus bisa saja membalas orang itu dengan mujizat penuh murka, dapat membuatnya menjadi bisu dan mati, atau membuat tangannya yang teracung kepada-Nya menjadi layu dan lemah. Tetapi hari itu adalah hari kesabaran dan penderitaan-Nya, dan Kristus menjawab dia dengan hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Kristus hendak mengajar kita supaya tidak membalas dendam sendiri, tidak membalas caci maki dengan caci maki, tetapi menanggung segala luka dengan ketulusan seekor burung merpati. Bahkan terlebih lagi, dengan kecerdikan seekor ular, seperti Juruselamat kita, kita menunjukkan ketidakadilan mereka dan membela perkara tentang perbuatan mereka itu di hadapan pejabat-pejabat hukum pemerintah. Kristus tidak memberikan pipi yang lain, dan karena itu aturan dalam Matius 5:39 itu tidak boleh dipahami secara harfiah. Dapat saja seseorang memberikan pipinya yang lain, tetapi masih dipenuhi kebencian di dalam hatinya. Namun, dengan membandingkan perintah Kristus dengan teladan yang ditunjukkan-Nya, kita dapat belajar:

(1) Bahwa dalam perkara-perkara seperti itu kita tidak boleh membalas dendam sendiri dan menjadi hakim atas perkara kita sendiri. Lebih baik kita menerima daripada memberi kesempatan bagi tamparan kedua, yang dapat menimbulkan pertengkaran. Kita boleh mempertahankan diri, tetapi tidak boleh membalas sendiri. Pejabat hukum pemerintahlah (jika dipandang perlu untuk menjaga keamanan masyarakat dan mencegah serta membuat ngeri para pelaku kejahatan) yang berhak mengadakan pembalasan (Rm. 13:4).

(2) Rasa sakit hati atas luka yang ditimbulkan pada diri kita harus selalu dijaga agar ada dalam batas-batas yang wajar, jangan berlebihan. Seperti yang dilakukan Kristus di sini, ketika Ia menderita, Ia memberi penjelasan, tetapi Ia tidak mengancam. Dengan adil Ia berbantah dengan orang yang menyakiti-Nya. Begitu jugalah hendaknya kita berlaku.

(3) Ketika dipanggil untuk menderita, kita harus menyesuaikan diri dengan ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh penderitaan itu, dengan kesabaran. Saat satu penghinaan datang, hendaknya kita bersiap diri untuk menerima penghinaan yang lain, dan memanfaatkan hal itu menjadi sesuatu yang baik.

VI. Sementara para penjaga menganiaya dan mempermainkan Kristus,
Petrus justru terus menyangkali Dia (ay. 25-27). Sungguh sebuah kisah yang menyedihkan, dan bukan penderitaan yang paling ringan bagi Kristus.

=. Petrus mengulangi dosa penyangkalan itu untuk kedua kalinya (ay. 25). Sementara ia masih berdiri berdiang bersama-sama penjaga-penjaga itu seperti salah seorang dari mereka, orang-orang itu bertanya kepadanya, "Bukankah engkau juga seorang murid-Nya? Mau apa engkau di sini bersama-sama kami?" Mungkin ia juga mendengar bahwa Kristus diperiksa berkenaan dengan murid-murid-Nya, dan karena itu ia takut ditangkap atau setidaknya ditampar seperti Gurunya jika mengaku. Jadi, dengan ringan ia menyangkali hal itu dan berkata, "Bukan."
            (1) Itu adalah kebodohan terbesar yang dilakukan Petrus karena menjerumuskan diri ke dalam pencobaan dengan cara terus berkumpul bersama-sama mereka yang sebenarnya tidak cocok dengannya dan tidak memiliki urusan apa pun dengan dirinya. Ia tetap tinggal di sana untuk berdiang menghangatkan diri. Tetapi, orang-orang yang berdiang bersama pelaku kejahatan biasanya akan menjadi dingin terhadap orang-orang yang baik dan hal-hal yang baik. Mereka yang menyukai kehangatan Iblis akan berada dalam bahaya menghadapi api Iblis. Petrus seharusnya berdiri di dekat Gurunya di dalam ruang pengadilan, dan memperoleh kehangatan yang lebih baik daripada di sini. Dekat api kasih Gurunya, yang tidak dapat dipadamkan oleh air yang banyak (Kid. 8:6-7). Di sana ia dapat menghangatkan diri dengan semangat kepada Gurunya dan dengan amarah terhadap para penganiaya-Nya. Namun, yang dilakukannya malah berdiang menghangatkan diri bersama para penjaga itu daripada memanas terhadap mereka. Tetapi bagaimana seorang (seorang murid) saja dapat menjadi panas? (Pkh. 4:11).
            (2) Alangkah malangnya Petrus, saat diserang sekali lagi oleh pencobaan. Tidak ada yang dapat diharapkan lagi, karena ini adalah tempatnya, ini adalah waktunya, untuk pencobaan. Ketika hakim bertanya kepada Kristus mengenai murid-murid-Nya, mungkin penjaga-penjaga itu merasa tergerak dan menantang Petrus sebagai salah seorang murid-Nya, "Coba, apa jawabmu?"


BcO Ibrani 9:11-28

Kristus adalah Pengantara dari perjanjian yang baru
9:11 Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- 9:12 dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. 9:13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, 9:14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. 9:15 Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. 9:16 Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. 9:17 Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup. 9:18 Itulah sebabnya, maka perjanjian yang pertama tidak disahkan tanpa darah. 9:19 Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat, 9:20 sambil berkata: "Inilah darah perjanjian yang ditetapkan Allah bagi kamu." 9:21 Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian dengan darah. 9:22 Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. 9:23 Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di sorga haruslah ditahirkan secara demikian, tetapi benda-benda sorgawi sendiri oleh persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu. 9:24 Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. 9:25 Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. 9:26 Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. 9:27 Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, 9:28 demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.



___



Daftar Label dari Kategori Renungan Katolik 2024
Lagu Anak(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 12 Desember - Santa Yohanna Fransiska Fremio de Chantal (Janda), Santo Hoa (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Renungan Katolik Sabtu, 30 Maret 2024 - HARI SABTU SUCI - Markus 16:1-7

PREV:
Renungan Katolik Kamis, 28 Maret 2024 - Lukas 4:16-21 - BcO Ratapan 5:1-22 - HARI KAMIS DALAM PEKAN SUCI/KAMIS PUTIH





Arsip Renungan Katolik 2024..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)