misa.lagu-gereja.com        
 
Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.

Monsinyur Superior Jenderal, Tuhanku terkasih, para saudara terkasih dalam imamat, para calon tahbisan terhormat, dan para umat beriman terkasih, dengan sukacita yang besar kami akan melaksanakan tahbisan sejumlah calon tahbisan ini [12 diakon dan 8 imam]. Kita ingat kata-kata indah St. Pius X, “Untuk memulihkan segala sesuatu di dalam Kristus” terutama dengan imamat Katolik.

Pesta Santo Petrus dan Santo Paulus yang kita rayakan hari ini memiliki doa yang indah yang saya ajak kalian untuk merenungkannya: “Ya Allah, yang menguduskan hari ini dengan kemartiran Rasul Petrus dan Rasul Paulus, berilah Gereja-Mu untuk mengikuti semua ajaran mereka, yang darinya Gereja pertama kali menerima iman.” Untuk sepenuhnya mengakui ajaran yang diterima Gereja melalui pewartaan para rasul kudus, iman Katolik, adalah tujuan kami menahbiskan diakon dan imam.

Imam, perantara sejati antara Tuhan dan manusia
Para sahabat terkasih, imam tidak lain adalah perantara antara Tuhan dan manusia, mediator Dei et hominum.

Tentu saja Tuhan kita Yesus Kristus sendiri adalah perantara penebusan melalui salib, tetapi imamat yang ditetapkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus adalah alat Kristus Sang Imam untuk melaksanakan penebusan jiwa melalui mulut, hati, dan tangan imam-"mengirimkan doa Gereja kepada Tuhan. Doa pujian, permohonan umat beriman ini dikirim oleh imam. Imam adalah perantara.
Dan sebagai balasannya, rahmat Allah akan turun ke atas umat beriman melalui hati, dengan kata-kata, dengan tangan, dan dengan gestur imam.

Disimbolkan dengan dupa persembahan
Para calon imam terkasih, peran ganda mediasi naik dan turun diekspresikan dengan sangat baik dalam pedupaan persembahan pada Offertorium Misa. Imam akan mulai dengan membuat tiga tanda salib pada persembahan (yaitu piala yang diisi dengan anggur dan patena yang diisi dengan hosti). Imam membuat tiga tanda salib besar dengan pedupaan: “Incensum istud a te benedictum, ascendat ad te, Domine”. Dia mengucapkan kata-kata ini: “Semoga dupa ini diberkati oleh-Mu, naik kepada-Mu, ya Tuhan” untuk mengungkapkan doa, doa agung Tuhan kita di salib, permohonan kepada Tuhan kita di salib bagi orang-orang berdosa.

Dan kemudian dengan pedupaan membuat tiga lingkaran konsentris di sekitar persembahan: “et descendat super nos misericordia tua”-"“dan semoga rahmat-Mu turun atas kami,” tiga gerakan melingkar seolah-olah rahmat Tuhan menyelimuti kita semua, seluruhnya, diungkapkan dengan tindakan imam, rahmat, pengampunan, belas kasih Tuhan (rahmat sejati) dalam menanggapi penyesalan dosa dan pertobatan orang berdosa.

Jadi, dalam semangat imamat Katolik sebagai perantara antara Allah dan manusia saya akan memerintahkan kalian, wahai para calon imam terkasih.

Hilangnya pemahaman tentang imamat Katolik
Baru-baru ini, tiga tahun lalu, suatu survei dilakukan oleh media di negara Eropa yang dianggap beriman Katolik. Dan itu adalah survei tentang kesalehan imam untuk mengetahui tentang kesalehan imam pada masa kini.

Survei pertama kali berkaitan dengan kehidupan doa imam, karena imam adalah pendoa dan penuh rahmat. Dan mereka ditanyai pertanyaan: “Berapa lama, seberapa teratur kalian berdoa, wahai kalian para imam Gereja Katolik?” Dan hasil surveinya adalah 42% imam di negara yang “kuat” ini bahkan tidak berdoa sekali sehari, bahkan kurang dari itu, bahkan ada yang tidak berdoa sama sekali. 42% imam di negara ini. Inilah situasi Gereja, imamat pada masa kini.

Pertanyaan itu diajukan: “Seberapa teratur kalian pergi mengaku dosa, wahai para imam yang juga perlu menerima sakramen penebusan dosa?” Dan jawabannya adalah bahwa 54% pergi ke pengakuan dosa setahun sekali atau kurang. Oleh karena itu, artinya imam sebagai manusia rahmat dan belas kasih telah menghilang dari hadapan Gereja.

Misi Serikat St. Pius X
Begitulah situasi imamat saat ini dan oleh karena itu mendesak Serikat Imam St. Pius X yang menerima warisan Gereja dari pendiri kita yang terhormat, menyampaikan cita-cita dan bahkan realitas imamat Katolik ini-"perantara dan pengudusan jiwa, realitas imam sebagai pendoa dan rahmat.

Dan Serikat menggunakan semua cara yang tepat hari ini, mengingat situasi Gereja, untuk menyampaikan kepada semua imam Gereja, kebenaran imamat Tuhan kita Yesus Kristus, realitas Kristus sebagai imam dan raja, menyampaikannya kepada seluruh Gereja.

Imam sebagai perantara yang disimbolkan dalam upacara tahbisan
Menurut saya, sifat imam sebagai perantara sangat sederhana digambarkan dalam upacara tahbisan: dengan pengurapan tangan imam, dengan tradisi piala dan patena, dan dengan penumpangan kedua tangan disertai dengan kuasa untuk menghapus dosa.

Ketiga ritus ini dilakukan setelah penahbisan yang sebenarnya, ketika para tahbisan itu sudah menjadi imam dengan penumpangan tangan secara hening oleh uskup dan prefasi konsekrasi. Mereka sudah menjadi imam. Namun demikian, Gereja bersikeras pada tiga ritus sekunder ini untuk memperjelas sifat kuasa imam.

1. Pengurapan tangan untuk mengonsekrasi dan memberkati
Pertama, pengurapan tangan, begitu indah, begitu kaya makna. Imam bukanlah manusia seperti yang lainnya, dia dikonsekrasikan karena urapan tangannya. Ketika mengurapi tangan imam yang ditahbiskan, uskup mengucapkan kata-kata ini: “Ya Tuhan konsekrasikan dan kuduskanlah tangan-tangan ini dengan urapan dan berkat kami, sehingga semua yang mereka berkati dan konsekrasikan dapat dikonsekrasikan dan dikuduskan di dalam nama Tuhan.”

Para calon imam terkasih, sekarang melalui tangan-tanganmu, kalian akan melakukan keajaiban, kalian akan mengonsekrasikan dan menguduskan. Konsekrasi dalam Misa, tentu saja, memegang patena yang akan menopang Tuhan kita Yesus Kristus, tubuh-Nya yang dikurbankan, mengambil piala yang akan menjadi piala darah mulia. Jadi, kalian akan mengonsekrasikan Ekaristi Kudus, memperbarui kurban salib secara sakramental.

Dan kalian akan menguduskan jiwa-jiwa dengan tanganmu, dengan semua berkat Gereja, dengan baptisan, dan dengan Komuni Kudus yang kalian berikan.

Umatku terkasih, sekarang pengurapan tangan imam yang luar biasa ini telah disabotase oleh Gereja konsiliar selama 46 tahun terakhir. Paulus VI menetapkan kata-kata lain yang tidak berbicara tentang konsekrasi atau pengudusan. Itulah sebabnya kami dengan hati-hati menjaga harta doa penahbisan ini.
2. Persembahan piala dan patena untuk mempersembahkan kurban

Ritus kedua adalah ritus penyerahan piala dan patena imam muda, dengan kata-kata yang sangat jelas: “Terimalah kuasa untuk mempersembahkan kurban kepada Allah.” Kata-kata ini tidak dapat ditemukan di bagian lain dari penahbisan. Tidak ada di bagian lain. Dalam ritus sekunder inilah kalian akan menemukan secara spesifik dari imamat yang akan kalian terima. Terimalah kuasa untuk mempersembahkan kurban kepada Allah, dan selanjutnya, “dan untuk merayakan Misa bagi orang hidup dan orang mati di dalam nama Tuhan.” Itu jelas untuk merayakan Misa untuk orang hidup dan orang mati.
Bukan hanya kurban pujian bagi orang hidup, tetapi juga kurban penebusan dan pendamaian bagi jiwa-jiwa di api penyucian yang tidak lagi dibicarakan di Gereja pada masa kini. Imamatmu adalah imamat yang memiliki pengaruh dalam kekekalan, tidak hanya di bumi tetapi di surga, untuk membawa jiwa-jiwa ke surga, dan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa di api penyucian.

Uskup Agung Lefebvre memberi tahu kita: “Imam adalah manusia kekekalan, yang hidup tidak hanya dalam waktu, tetapi imamatnya memiliki pengaruh dalam kekekalan.”

Sekarang doa yang indah ini dengan sengaja diubah sekali lagi oleh Gereja konsiliar, ritus tahbisan baru di mana uskup mempersembahkan piala dan patena dengan hosti dan anggur, dan ya, hanya dengan mengatakan: “Terimalah pemberian umat beriman untuk dipersembahkan kepada Allah.” Jadi, apa ini? Engkau menerima pemberian umat beriman untuk dipersembahkan kepada Allah? Itu saja? Kita tidak menerima pemberian umat beriman, kita menerima karunia Allah, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus yang dikurbankan di salib untuk dipersembahkan kembali kepada Allah Bapa-Nya. Itulah yang sebenarnya! Kita tentu saja tidak dapat menerima ritus tahbisan baru yang disabotase ini, yang menimbulkan keraguan tentang kesahihan tahbisan ritus baru.

3. Membuka kasula yang dilipat sebagai simbol kuasa untuk mengampuni dosa
Dan ritus ketiga yang indah-"memang benar ritus sekunder, tetapi begitu penting-"melambangkan kuasa untuk menghapus dosa. Uskup berkata kepada imam yang ditahbiskan, sambil membuka kasulanya untuk menandakan bahwa sekarang dia dapat menjalankan imamatnya dan semua tugas imamatnya, dia berkata, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Kata-kata indah Tuhan kita kepada para rasul pada hari Paskah, pada Minggu Paskah malam. Apa yang lebih indah dari ini? Kata-kata ini mengungkapkan kuasa bahwa imam muda telah menerima penumpangan tangan dan prefasi hening ini benar, tetapi menyatakan secara eksplisit bahwa imam memiliki kuasa untuk mengampuni dosa. Engkau berkata kepadaku, tetapi hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa. Tepat, imam adalah alat Allah, Tuhan kita Yesus Kristus, untuk mengampuni dosa.

Sekarang umatku terkasih, bahwa doa, ritus transmisi kuasa untuk mengampuni dosa, dihapus begitu saja dari ritus tahbisan yang baru. Tidak ada jejaknya. Jadi, ritus tahbisan baru ini bukan Katolik. Dan tentu saja kami akan terus dengan setia meneruskan imamat yang nyata dan sah, yang disahkan oleh ritus tahbisan tradisional.

Akhirnya, umat beriman yang terkasih, saya mengundang kalian untuk memohon kepada hati tak bernoda Santa Perawan Maria untuk mengasihani penderitaan Gereja Roma pada hari ini, sehingga dia membantu kita untuk mengirimkan obor untuk dengan jelas mewartakan ajaran Tuhan kita Yesus Kristus, Allah sejati, raja sejati, imam sejati; doktrin imamat Tuhan kita Yesus Kristus di mana para imam masa depan kita yang akan mengambil bagian pada hari ini oleh rahmat Allah. Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.
Diterjemahkan oleh Nicholas Adityas dari: 
https://fsspx.uk/.../ordination-sermon-bishop-tissier-de...



Daftar Label dari Kategori Mengenal Katolik
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
KHOTBAH USKUP ATHANASIUS SCHNEIDER PADA PESTA TUBUH KRISTUS, 31 MEI 2018 DI GEREJA KATOLIK SANTO ANTONIUS DARI PADUA, WINNIPEG, MANITOBA, KANADA

PREV:
Misa Latin Tradisional





Arsip Mengenal Katolik..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)