misa.lagu-gereja.com        
 
Kamis, 21 Maret 2024
Hari Biasa
Pekan V Prapaskah
Kejadian 17:3-9; Mzm. 105:4-5,6-7,8-9; 
Yohanes 8:51-59
BcO Bilangan 20:1-13; 21:4-9
Warna Liturgi Ungu

Yohanes 8:51-59
8:51 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." 8:52 Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. 8:53 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" 8:54 Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, 8:55 padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. 8:56 Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." 8:57 Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" 8:58 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." 8:59 Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.

Penjelasan:

* Yesus Sudah Ada Sebelum Abraham (8:51-59)

Dalam ayat-ayat ini diceritakan mengenai:

I. Ajaran tentang kekekalan orang-orang percaya dipaparkan (ay. 51). Ajaran ini diperkenalkan dengan pendahuluan yang khidmat seperti biasanya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, yang menuntut baik itu perhatian maupun persetujuan, dan inilah yang dikatakan-Nya, barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.

Di sini kita mendapati:

        . Ciri-ciri orang percaya: ia adalah orang yang menuruti firman Tuhan Yesus, ton logon ton emon -- firman-Ku, firman-Ku yang telah Kusampaikan kepadamu. Firman ini bukan hanya harus kita terima melainkan juga harus kita turuti, bukan hanya harus dimiliki melainkan juga harus dipegang. Kita harus menjaganya dalam pikiran dan ingatan, menjaganya dalam kasih dan sayang, menjaganya sehingga kita tidak melanggarnya atau menentangnya, menjaganya dengan tidak bercacat (1Tim. 6:14), menjaganya sebagai suatu kepercayaan yang diikatkan kepada kita, menjaganya sebagai jalan kita, dan menjaganya sebagai peraturan hidup kita.

        . Hak istimewa orang percaya: ia pasti tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya, begitu yang dikatakan dalam bahasa aslinya. Ini bukan berarti bahwa tubuh jasmani orang-orang percaya itu seolah-olah aman dari hantaman maut. Tidak, bahkan anak-anak Yang Mahatinggi harus mati seperti manusia, dan para pengikut Kristus sudah sering kali mengalami bahaya kematian, lebih daripada orang-orang lain. Mereka ada dalam bahaya maut sepanjang hari. Jadi, bagaimana bisa janji ini bisa terpenuhi, bahwa mereka tidak akan mengalami kematian?

Jawabannya:
            (1) Sifat kematian diubah sedemikian rupa bagi mereka sehingga mereka tidak melihatnya sebagai kematian, mereka tidak melihat kengerian maut, kengerian itu akan disingkirkan dari mereka sama sekali. Penglihatan mereka tidak berujung pada kematian, seperti penglihatan orang-orang yang hidup menurut indra jasmani. Tidak, mereka melihat menembus kematian, melampauinya, dengan begitu jelas dan begitu tenang, sampai mereka menjadi begitu terbawa-bawa oleh keadaan yang menunggu mereka di seberang kematian dan tidak memandangnya sama sekali.
            (2) Kuasa maut dihancurkan dengan begitu rupa sehingga meskipun tidak ada jalan keluarnya dan mereka harus melihat maut, namun mereka tetap tidak akan melihat maut sampai selama-lamanya, tidak akan selalu terkekang di dalamnya, dan akan datang harinya ketika maut akan ditelan dalam kemenangan.
            (3) Mereka dengan sempurna dibebaskan dari kematian kekal, tidak akan merasakan sakitnya kematian kedua. Itulah kematian yang terutama dimaksudkan di sini, kematian yang selama-lamanya, yang berlawanan dengan kehidupan kekal. Kematian ini tidak akan pernah mereka lihat, sebab mereka tidak akan pernah menjalani penghukuman. Mereka akan mendapatkan bagian mereka yang kekal, di mana tidak akan ada lagi kematian, di mana mereka tidak dapat mati lagi (Luk. 20:36). Walaupun sekarang mereka mau tidak mau harus melihat kematian, dan merasakannya juga, tidak lama lagi mereka akan berada di tempat di mana kematian tidak akan dilihat lagi untuk selama-lamanya (Kel. 14:13).
    II. Orang-orang Yahudi mencari-cari kesalahan dalam ajaran ini. Bukannya memegang janji kekekalan yang berharga ini, yang secara alami sangat didamba-dambakan oleh manusia (coba katakan siapa yang tidak mencintai kehidupan dan tidak ngeri melihat kematian?), mereka malah memanfaatkan kesempatan ini untuk mencela Dia yang sudah memberikan tawaran yang begitu baik ini kepada mereka: Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Abraham telah mati.

Perhatikanlah di sini:
        . Cemoohan mereka: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan, bahwa Engkau orang gila. Engkau mengoceh dan mengatakan apa yang tidak Kauketahui." Lihatlah bagaimana babi-babi ini menginjak-injak mutiara yang berharga dalam janji-janji Injil. Kalau sekarang akhirnya mereka mempunyai bukti untuk mengatakan Dia gila, mengapa mereka berkata (ay. 48), sebelum mereka mempunyai bukti itu, "Engkau kerasukan setan?" Tetapi inilah cara orang yang diliputi kebencian, pertama menancapkan tuduhan yang menyakitkan, kemudian memancing bukti untuk membenarkan tuduhan itu: Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Seandainya Dia memang belum memberikan begitu banyak bukti bahwa Dia adalah Guru yang diutus Allah, maka kehidupan kekal yang dijanjikan-Nya kepada para pengikut-Nya yang mudah dibujuk itu pantaslah untuk diolok-olok, dan maksud baik-Nya itu hanya akan membuat para pengikut-Nya itu sebagai orang-orang gila yang sedang berkhayal. Namun, ajaran-Nya jelas-jelas bersifat ilahi, dan mujizat-mujizat-Nya meneguhkan kenyataan itu. Agama Yahudi pun mengajar mereka untuk mengharapkan nabi yang seperti itu, dan untuk percaya kepadanya. Oleh karena itu, mereka yang menolak-Nya seperti itu berarti mengabaikan janji yang dinantikan oleh kedua belas suku mereka (Kis. 26:7).

        . Alasan dan tuduhan palsu mereka kemukakan untuk menghantam Dia. Singkatnya, mereka memandang-Nya bersalah atas suatu kesombongan yang tidak dapat ditahan lagi, karena Dia membuat diri-Nya lebih besar daripada Abraham dan nabi-nabi: Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, mereka pun mati. Sungguh benarlah mereka berkata begitu, dan dengan tanda yang sama pula tampak jelas bahwa orang-orang Yahudi ini benar-benar keturunan asli orang-orang yang membunuh nabi-nabi itu.

        Sekarang, mari kita lihat:

            (1) Memang benar bahwa Abraham dan nabi-nabi adalah orang-orang besar, besar di hadapan Allah, dan besar dalam pandangan semua orang baik.
            (2) Memang benar bahwa mereka menuruti firman Allah, dan patuh terhadapnya. Namun,
            (3) Juga benar bahwa mereka telah mati. Mereka tidak pernah mengaku memiliki, apalagi memberikan, kekekalan, tetapi setiap orang menurut aturannya sendiri dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. Adalah kehormatan bagi mereka bahwa mereka mati di dalam iman, namun mereka tetap harus mati. Mengapa orang baik harus takut mati, sementara Abraham sendiri telah mati, dan demikian juga dengan nabi-nabi? Mereka telah meninggalkan jejak di lembah yang gelap itu, dan ini haruslah mendamaikan kita dengan kematian, dan membantu menyingkirkan kengeriannya. Sekarang mereka berpikir bahwa Kristus hanya mengoceh ketika Dia berkata, "Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya" (KJV: "ia tidak akan mengecap maut sampai selama-lamanya" -- pen.). Mengecap maut sama artinya dengan melihatnya. Dan baiklah kalau maut digambarkan sebagai sesuatu yang mengerikan bagi sejumlah indra manusia, sebab maut memang merupakan kehancuran bagi semua indra itu.

            Nah, bantahan mereka didasarkan atas dua kesalahan:

- Mereka menyangka Kristus berbicara tentang kekekalan di dunia ini, dan inilah kesalahan mereka. Dalam pengertian perkataan Kristus, tidaklah benar bahwa Abraham dan nabi-nabi telah mati, sebab Allah tetaplah Allah Abraham dan Allah para nabi yang kudus (Why. 22:6, terjemahan KJV -- pen.). Nah, Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Oleh karena itu, Abraham dan nabi-nabi pun masih hidup, dan, seperti yang dimaksudkan Kristus, mereka tidak melihat ataupun mengecap maut.

- Mereka menyangka tidak ada yang bisa lebih besar daripada Abraham dan nabi-nabi, padahal mereka pasti sudah mengetahui bahwa Mesias akan lebih besar daripada Abraham atau nabi-nabi mana pun. Mereka telah berbuat baik, tetapi Dia melebihi mereka semua, bahkan, mereka mendapatkan kebesaran mereka dari-Nya. Adalah kehormatan bagi Abraham bahwa dia adalah bapa dari Mesias, dan kehormatan bagi nabi-nabi bahwa mereka bersaksi sebelumnya mengenai Dia: Jadi, dengan demikian Dia pasti dikaruniai nama yang jauh lebih indah dari pada nama mereka. Oleh karena itu, daripada mengatakan Dia kerasukan setan berdasarkan kesimpulan bahwa Dia membuat diri-Nya lebih besar daripada Abraham, mereka seharusnya menyimpulkan bahwa Dia adalah Kristus berdasarkan pembuktian diri-Nya sendiri bahwa memang Dia demikian (bahwa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah dikerjakan baik oleh Abraham maupun nabi-nabi). Namun, mata mereka sudah dibutakan. Sambil mencemooh, mereka berkata, "Dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" Seolah-olah Dia telah bersalah atas kesombongan dan kepongahan, padahal sebenarnya Dia sama sekali tidak membuat diri-Nya lebih besar daripada yang sebenarnya, karena pada waktu itu Dia justru sedang menudungi kemuliaan-Nya sendiri, mengosongkan diri-Nya, dan menjadikan diri-Nya kurang daripada apa yang sebenarnya, yang merupakan contoh kerendahan hati terbesar yang pernah ada.


III. Tanggapan Kristus terhadap kesalahan yang mereka cari-cari ini.

    Tetap saja, kendati demikian, Dia bersedia berperkara dengan mereka, supaya setiap mulut dapat dibungkam. Tentu Dia bisa saja langsung menghajar mereka menjadi bisu atau mati seketika itu juga, namun hari ini adalah hari kesabaran-Nya.

. Dalam tanggapan-Nya, Dia tidak mempertahankan kesaksian-Nya mengenai diri-Nya sendiri, tetapi mengesampingkannya sebagai hal yang tidak memadai ataupun menentukan (ay. 54): "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya," ean egō doxazō -- jika Aku memuliakan diri-Ku sendiri. Perhatikanlah, penghormatan pada diri sendiri bukanlah penghormatan yang sesungguhnya, dan kemuliaan yang dipamerkan hanyalah akan mengorbankan dan menghilangkan kemuliaan itu sendiri: itu bukanlah kemuliaan (Ams. 25:27, terjemahan KJV -- pen.), melainkan suatu cela yang begitu besarnya sehingga tidak ada dosa lain yang lebih gigih disembunyikan manusia selain dosa ini. Bahkan orang yang paling suka dipuji tidak mau dianggap memamerkan kemuliaannya. Kehormatan yang kita ciptakan sendiri hanyalah merupakan khayalan, tidak ada apa-apa di dalamnya, dan karena itu disebut kemuliaan yang sia-sia. Orang yang mengagumi dirinya sendiri menipu diri sendiri. Yesus Tuhan kita bukanlah orang yang memuliakan diri-Nya sendiri, seperti yang digambarkan mereka tentang Dia. Ia dimahkotai oleh Dia yang adalah sumber kemuliaan, dan Ia tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar (Ibr. 5:4-5).

. Dia merujuk diri-Nya sendiri kepada Bapa-Nya, Allah, dan kepada bapa mereka, Abraham.
            (1) Kepada Bapa-Nya, Allah: Bapa-Kulah yang memuliakan Aku. Dengan perkataan ini, yang dimaksudkan-Nya adalah,
                [1] Bahwa Dia memperoleh dari Bapa-Nya segala kehormatan yang diakui-Nya sekarang. Dia telah memerintahkan mereka untuk percaya kepada-Nya, untuk mengikuti-Nya, dan menuruti firman-Nya, yang kesemuanya itu memberikan kehormatan kepada-Nya. Tetapi Bapalah yang memberikan pertolongan kepada-Nya, yang menempatkan segala kepenuhan di dalam Dia, yang menguduskan-Nya, yang memeteraikan-Nya, dan yang mengutus-Nya ke dalam dunia untuk menerima segala penghormatan yang layak didapatkan Mesias, dan ini membenarkan Dia dalam segala tuntutan-Nya akan penghormatan ini.
                [2] Bahwa Dia bergantung kepada Bapa-Nya untuk mendapatkan segala kehormatan lebih lanjut lagi yang dinanti-nantikan-Nya. Dia tidak menghendaki pujian-pujian dari dunia ini, tetapi justru memandangnya dengan rendah. Sebab mata dan hati-Nya tertuju pada kemuliaan yang telah dijanjikan Bapa kepada-Nya, dan yang dimiliki-Nya di hadirat Bapa sebelum dunia ada. Dia bertekad untuk mencapai kemuliaan yang dengannya Bapa akan meninggikan-Nya, sebuah nama yang akan diberikan Dia kepada-Nya (Flp. 2:8-9). Perhatikanlah, Kristus dan semua orang kepunyaan-Nya bergantung kepada Allah untuk kehormatan mereka. Dan Dia yang sudah merasa yakin akan mendapatkan kehormatan di tempat di mana Dia dikenal pasti tidak akan peduli meskipun Dia diremehkan di tempat di mana Dia sedang menyamar. Dengan merujuk diri-Nya sedemikian sering kepada Bapa-Nya dan kepada kesaksian Bapa-Nya tentang Dia, dan tidak diakui atau dihargai oleh orang-orang Yahudi,

Pertama,
di sini Dia mengambil kesempatan untuk menunjukkan alasan ketidakpercayaan mereka, kendati dengan adanya kesaksian ini. Dan alasannya adalah karena mereka tidak mengenal Allah. Seolah-olah Dia berkata, "Mengapa Aku harus berbicara dengan kamu bahwa Bapa-Ku menghormati Aku, sementara kamu tidak tahu apa-apa tentang Dia? Tentang Dia kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia."

                    Di sini perhatikanlah:

                        a. Pengakuan yang mereka buat mengenai hubungan mereka dengan Allah: "Kamu berkata bahwa Dia adalah Allah kamu, Allah yang telah kamu pilih, dan yang dengan-Nya kamu terikat dalam suatu kovenan. Kamu berkata bahwa kamu adalah Israel, tetapi tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel" (Rm. 9:6). Perhatikanlah, banyak orang mengaku mempunyai kepentingan di dalam Allah, dan berkata bahwa Dia adalah milik mereka, padahal mereka tidak mempunyai alasan yang benar untuk berkata demikian. Orang-orang yang menyebut diri sebagai Bait Allah, tetapi mencemarkan keunggulan Yakub, hanya percaya kepada kata-kata dusta. Apa gunanya bagi kita untuk berkata, "Dia adalah Allah kita," jika kita tidak benar-benar menjadi umat-Nya, juga bukan umat yang akan diakui-Nya? Kristus menyebutkan di sini pengakuan yang mereka buat mengenai hubungan mereka dengan Allah sebagai sesuatu yang menambah dosa ketidakpercayaan mereka. Semua orang akan menghormati siapa saja yang dihormati Allah mereka. Tetapi orang-orang Yahudi ini, yang berkata bahwa Tuhan adalah Allah mereka, berusaha sekuat tenaga untuk memberikan penghinaan yang serendah-rendahnya terhadap Dia yang kepada-Nya Allah mereka memberikan penghormatan. Perhatikanlah, pengakuan yang kita buat mengenai hubungan kovenan yang kita miliki dengan Allah, dan kepentingan kita di dalam Dia, jika tidak digunakan dengan baik oleh kita maka akan digunakan untuk melawan kita.

                        b. Ketidaktahuan mereka akan Allah dan kerenggangan hubungan mereka dengan Dia, kendati dengan pengakuan ini: padahal kamu tidak mengenal Dia.
                            (a) Kamu sama sekali tidak mengenal-Nya. Orang-orang Farisi ini begitu hanyut dalam mempelajari adat istiadat mereka tentang hal-hal yang asing dan remeh-temeh, sehingga mereka tidak pernah memikirkan pengetahuan yang paling perlu dan paling berguna. Mereka seperti nabi-nabi palsu pada zaman dulu, yang membuat umat melupakan nama Allah dengan mimpi-mimpinya (Yer. 23:27). Atau,
                            (b) Kamu tidak mengenal-Nya dengan benar. Kamu keliru mengenai Dia. Dan ini sama buruknya dengan tidak mengenal-Nya sama sekali, atau justru lebih buruk. Orang bisa saja berbantah mengenai Allah dengan cara-cara yang pelik, namun mereka mungkin berpikir bahwa Dia sama saja seperti mereka, dan tidak mengenal-Nya. Kamu berkata bahwa Dia adalah milikmu, dan wajar bagi kita apabila kita ingin mengenal milik kita sendiri, namun kamu tidak mengenal-Nya. Perhatikanlah, banyak orang mengaku sebagai keluarga Allah, namun mereka sama sekali tidak mengenal-Nya. Hanya nama Allah saja yang mereka pelajari untuk diperbincangkan dan untuk menakut-nakuti orang. Tetapi mengenai sifat Allah, mengenai ciri-ciri dan kesempurnaan-kesempurnaan-Nya, dan hubungan-Nya dengan makhluk-makhluk-Nya, mereka sama sekali tidak mengetahuinya. Hal ini kami katakan, supaya mereka merasa malu (1Kor. 15:34). Banyak orang merasa puas sudah memiliki hubungan, walaupun hanya sebatas nama, dengan Allah yang tidak dikenal. Mereka hanya menipu diri sendiri.

Hal ini didakwakan Kristus kepada orang-orang Yahudi di sini:
                                [a] Untuk menunjukkan betapa sia-sia dan tidak berdasarnya pengakuan mereka bahwa mereka mempunyai hubungan dengan Allah. "Kamu berkata bahwa Dia adalah milikmu, tetapi kamu membohongi dirimu sendiri, karena sudah jelas bahwa kamu tidak mengenal-Nya." Biasanya kita anggap orang sudah benar-benar menipu apabila kita mendapati bahwa dia tidak mengenal orang-orang yang dikatakan dikenalnya.
                                [b] Untuk menunjukkan alasan yang sebenarnya mengapa mereka tidak digerakkan oleh ajaran dan mujizat-mujizat Kristus. Mereka tidak mengenal Allah, dan karena itu tidak melihat citra Allah ataupun suara Allah di dalam Kristus. Perhatikanlah, alasan mengapa manusia tidak menerima Injil Kristus adalah karena mereka tidak mempunyai pengenalan akan Allah. Manusia tidak tunduk kepada kebenaran Kristus karena mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah (Rm. 10:3). Orang yang tidak mengenal Allah dan tidak menaati Injil Kristus dikumpulkan bersama-sama (2Tes. 1:8).

Kedua,
Dia memberi mereka alasan mengenai keyakinan-Nya bahwa Bapa-Nya akan menghormati Dia dan mengakui-Nya: tetapi Aku mengenal Dia, dan lagi, Aku mengenal Dia, yang menyatakan bukan hanya pengenalan-Nya akan Dia, karena Dia memang sudah berada di pangkuan-Nya sejak dulu, melainkan juga keyakinan-Nya akan Dia, bahwa Dia akan setia dan membela-Nya dalam menjalankan semua tugas-Nya. Seperti yang pernah dinubuatkan tentang Dia (Yes. 50:7-8), Aku tahu bahwa Aku tidak akan mendapat noda, sebab Dia yang menyatakan Aku benar telah dekat. Dan seperti Paulus, "Aku tahu kepada siapa aku percaya (2Tim. 1:12), aku tahu bahwa Dia setia, berkuasa, dan dengan sepenuh hati melibatkan diri dalam kepentingan yang kuyakini sebagai kepentingan-Nya sendiri."

                        Perhatikanlah:

                            . Bagaimana Dia mengaku mengenal Bapa-Nya, dengan seyakin-yakinnya, seperti orang yang tidak takut ataupun malu mengakuinya: jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu. Dia tidak mau menyangkali hubungan-Nya dengan Allah untuk menghibur orang-orang Yahudi, untuk menghindar dari cemoohan-cemoohan mereka, atau untuk mencegah timbulnya masalah yang lebih jauh. Dia juga tidak mau menarik kembali apa yang telah dikatakan-Nya, atau mengakui bahwa diri-Nya entah ditipu atau penipu. Seandainya Dia berbuat demikian, Dia akan didapati sebagai saksi palsu melawan Allah dan diri-Nya sendiri. Perhatikanlah, mereka yang mengingkari agama dan hubungan mereka dengan Allah, seperti Petrus, adalah pendusta. Mereka sama saja seperti orang-orang munafik, yang mengaku mengenal-Nya, padahal tidak (1Tim. 6:13-14). Tuan Clark mengamati dengan baik hal ini, bahwa adalah dosa besar jika kita menyangkal anugerah Allah dalam diri kita.

                            . Bagaimana Dia membuktikan pengenalan-Nya akan Bapa-Nya: Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Kristus, sebagai manusia, taat kepada hukum moral, dan, sebagai Penebus, taat kepada hukum kepengantaraan. Dan dalam keduanya, Dia menuruti firman Bapa-Nya dan firman-Nya sendiri bersama Bapa. Kristus menuntut dari kita (ay. 51) agar kita menuruti firman-Nya. Dan Dia telah memberikan teladan ketaatan kepada kita, suatu teladan tanpa cela: Dia menuruti firman Bapa-Nya. Sungguh pantas apabila Dia yang belajar menjadi taat mengajarkan ketaatan itu (Ibr. 5:8-9). Kristus dengan ini membuktikan bahwa Dia mengenal Bapa. Perhatikanlah, bukti terbaik pengenalan kita akan Allah adalah ketaatan kita kepada-Nya. Yang mengenal Allah dengan benar hanyalah mereka yang menaati firman-Nya. Ini sudah menjadi aturan yang berlaku (1Yoh. 2:3). Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah (dan bukan hanya sekadar membayang-bayangkannya), yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.

(2) Kristus merujuk mereka pada bapa mereka, yang sangat mereka bangga-banggakan karena mereka berhubungan dengannya, dan dia adalah Abraham, dan ini mengakhiri perkataan-Nya di sini.
- Kristus menegaskan pengharapan dan penghormatan Abraham terhadap-Nya: Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita (ay. 56). Dan dengan ini Dia membuktikan bahwa Dia sama sekali tidak gila ketika Dia menjadikan diri-Nya lebih besar daripada Abraham. Ada dua hal yang dikatakan-Nya di sini sebagai contoh penghormatan bapa leluhur itu terhadap Mesias yang dijanjikan:

Pertama,
keinginannya untuk melihat hari-Nya: ia bersukacita, Ĕgalliasto -- ia melonjak kegirangan karenanya. Kata itu, meskipun biasanya melambangkan sukacita, di sini pasti lebih menandakan suatu keinginan daripada kegirangan, sebab kalau tidak demikian maka bagian terakhir dari ayat 56 itu hanyalah pengulangan yang tidak perlu; ia telah melihatnya dan ia bersukacita. Ia menggapai-gapai, atau mencondongkan dirinya ke depan, supaya ia dapat melihat hari-Ku, seperti Zakheus, yang lari mendahului-Nya dan memanjat pohon, untuk melihat Yesus. Pemberitahuan-pemberitahuan yang diterimanya mengenai Mesias yang akan datang membangkitkan di dalam dirinya pengharapan akan sesuatu yang besar, yang sungguh-sungguh ingin diketahuinya dengan lebih lagi. Petunjuk yang tidak jelas akan sesuatu yang besar membuat orang ingin menyelidikinya, dan membuat mereka bertanya-tanya dengan sungguh-sungguh Siapa? Apa? Di mana? Kapan? Dan bagaimana? Demikian juga dengan nabi-nabi Perjanjian Lama, setelah mendapat gagasan umum mengenai anugerah yang akan datang, mereka menyelidikinya dengan tekun (1Ptr. 1:10), dan seperti halnya dengan mereka semua, Abraham pun demikian adanya. Allah memberitahukan kepadanya suatu negeri yang akan diberikan-Nya kepada keturunannya, dan suatu kekayaan serta kehormatan yang dirancang-Nya bagi mereka (Kej. 15:14). Namun demikian, dia tidak pernah melonjak kegirangan untuk melihat hari itu, seperti yang dilakukannya untuk melihat hari Anak Manusia. Ia tidak bisa melihat dengan acuh tak acuh saja keturunan yang dijanjikan itu, seperti ketika ia melihat tanah yang dijanjikan itu. Dalam hal tanah ini ia puas saja menjadi orang asing, tetapi dalam hal keturunan itu dia tidak bisa bersikap demikian. Perhatikanlah, orang yang mengetahui sesuatu mengenai Kristus dengan benar, pasti ingin sungguh-sungguh mengenal-Nya dengan lebih baik. Orang yang sadar akan merekahnya fajar Surya kebenaran pasti ingin melihat terbitnya Sang Surya itu. Rahasia penebusan adalah sesuatu yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat, jadi apalagi kita seharusnya, yang secara langsung berkepentingan di dalamnya. Abraham ingin melihat hari Kristus, meskipun datangnya masih sangat jauh. Namun keturunannya yang sudah merosot ini tidak mengenali hari-Nya, juga tidak menyambutnya ketika hari itu tiba. Kemunculan Kristus, yang disukai dan dinantikan oleh jiwa-jiwa yang baik, ditakuti dan dibenci oleh hati yang bersifat duniawi.

Kedua,
kepuasan yang dirasakannya dalam apa yang benar-benar dilihat-Nya pada hari itu: ia telah melihatnya dan ia bersukacita.

Perhatikanlah di sini:
                        a. Bagaimana Allah memuaskan keinginan saleh dari Abraham. Ia rindu melihat hari Kristus, dan ia telah melihatnya. Walaupun ia tidak melihatnya dengan begitu terang, begitu utuh, dan begitu jelas seperti kita melihatnya sekarang di bawah Injil, namun ia telah melihat sesuatu mengenainya, dan setelah itu ia melihat lebih banyak lagi dari saat ia pertama kali melihatnya. Perhatikanlah, barangsiapa yang mempunyai, dan barangsiapa yang meminta, maka kepadanya akan diberi. Barangsiapa yang menggunakan dan mengembangkan apa yang dimilikinya, dan yang menginginkan serta meminta mengenal Kristus dengan lebih dalam lagi, maka kepadanya Allah akan memberikan yang lebih lagi. Akan tetapi, bagaimanakah Abraham telah melihat hari Kristus?
                            (a) Sebagian orang mengartikan bahwa ia melihatnya di alam yang lain. Jiwa Abraham yang terpisah, ketika tabir daging dikoyakkan, melihat rahasia-rahasia Kerajaan Allah di sorga. Calvin menyebutkan pengertian ini, dan tidak begitu melarangnya. Perhatikanlah, kerinduan jiwa-jiwa yang baik terhadap Yesus Kristus akan dipuaskan sepenuhnya ketika mereka sampai di sorga, dan tidak sebelum saat itu tiba. Namun,
                            (b) Yang lebih umum dimengerti adalah bahwa Abraham melihat hari Kristus itu di dunia ini. Mereka yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, hanya dari jauh melihatnya (Ibr. 11:13). Bileam melihat Kristus, tetapi tidak pada saat ini, tidak dari dekat. Kita boleh menduga bahwa Abraham mendapat sedikit banyak penglihatan akan Kristus dan hari-Nya, untuk kepuasan pribadinya, yang tidak, dan memang tidak harus, dicatat dalam kisahnya, seperti penglihatan Daniel, yang harus disembunyikan, dan dimeteraikan sampai pada akhir zaman (Dan. 12:4). Kristus mengetahui apa yang dilihat Abraham secara lebih baik daripada yang diketahui Musa. Namun, dalam berbagai hal yang dicatat bisa tampak bahwa Abraham telah melihat apa yang dirindukannya lebih banyak daripada yang dilihatnya ketika pertama kali ia diberi janji itu. Ia melihat dalam diri Melkisedek seseorang yang dijadikan sama dengan Anak Allah, dan imam sampai selama-lamanya. Ia melihat kemunculan Yehovah, yang dilayani oleh dua malaikat, di lembah Mamre. Dalam kuasa kepengantaraannya bagi Sodom, ia melihat suatu contoh kepengantaraan Kristus. Dalam mengusir Ismael dan menetapkan kovenan dengan Ishak, ia melihat suatu gambaran mengenai hari Injil, yang adalah hari Kristus, sebab semua ini merupakan kiasan. Dalam mempersembahkan Ishak, yang kemudian diganti dengan domba jantan, ia melihat gambaran ganda akan korban agung. Dan dengan menamakan tempat itu Jehovah-jireh -- akan disediakan, itu menunjukkan bahwa ia melihat ada sesuatu yang lebih di dalamnya daripada yang dilihat orang lain, yang akan diungkapkan seiring bergulirnya waktu. Dan dengan membuat hambanya meletakkan tangannya di bawah pahanya ketika dia bersumpah, ia sedang memandang pada Mesias.

                        b. Bagaimana Abraham menerima pengungkapan-pengungkapan mengenai hari Kristus ini, dan menyambutnya: ia telah melihatnya dan ia bersukacita. Ia bersukacita akan apa yang dilihatnya sebagai kebaikan Allah kepada dirinya, dan bersukacita akan apa yang telah diketahuinya sebagai belas kasihan yang disediakan Allah bagi dunia. Mungkin ini merujuk pada tawa Abraham ketika Allah meyakinkan dia bahwa dia akan memiliki anak dari Sara (Kej. 17:16-17), karena tawa itu bukan tawa ketidakpercayaan, seperti tawa Sara, melainkan tawa kegembiraan. Dalam janji itu ia melihat hari Kristus, dan ini membuatnya bergembira karena sukacita yang tidak terkatakan. Demikianlah dia memeluk janji-janji itu. Perhatikanlah, penglihatan akan Kristus dan hari-Nya, serta kepercayaan akan apa yang dilihat itu, akan membuat hati gembira. Tidak ada sukacita seperti sukacita iman. Kita tidak pernah mengenal kesenangan yang sesungguhnya sebelum kita mengenal Kristus.

- Orang-orang Yahudi mencari-cari kesalahan dalam hal ini, dan mencela-Nya karenanya (ay. 57): Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?

                Di sini:

                    Pertama, mereka menyangka bahwa jika Abraham telah melihat Dia dan hari-Nya, maka Dia juga telah melihat Abraham, yang sebenarnya bukan merupakan apa yang tersirat secara langsung. Sebaliknya, kebalikan dari pengertian di atas justru yang lebih baik dalam menjelaskan siapa Dia sebenarnya. Yang benar adalah bahwa Kristuslah yang telah melihat Abraham, dan sudah berbicara dengan-Nya seperti orang yang berbicara dengan temannya.
                    Kedua, mereka menganggap bahwa sangatlah tidak masuk akal bahwa Ia mengaku-ngaku telah melihat Abraham, yang sudah mati selama berabad-abad yang lalu sebelum Dia dilahirkan. Keadaan orang-orang mati adalah keadaan yang tidak dapat dilihat. Namun, di sini mereka melakukan kesalahan yang lalu-lalu, dengan memahami secara jasmani apa yang dikatakan Kristus secara rohani. Nah, perkataan ini memberi mereka kesempatan untuk merendahkan kemudaan-Nya, dan memarahi-Nya karena itu, seolah-olah Dia hanya anak kemarin sore dan tidak tahu apa-apa: Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun. Mereka juga sebenarnya bisa saja berkata, "Umur-Mu belum sampai empat puluh tahun," karena pada waktu itu Dia baru berumur tiga puluh dua atau tiga puluh tiga tahun. Berkaitan dengan masalah umur ini, Irenaeus, salah satu bapa gereja, berdasarkan perkataan dalam perikop ini, mendukung tradisi yang menurutnya diterimanya dari beberapa orang yang pernah berbicara dengan Rasul Yohanes, bahwa Juruselamat kita hidup sampai umur lima puluh tahun. Pendapat ini dipertahankannya dengan gigih (Advers. Hæres. lib. 2, cap. 39-40). Lihatlah, betapa kita jangan terlalu mempercayai tradisi itu. Lagi pula, seperti yang terjadi di sini, orang-orang Yahudi itu berbicara secara serampangan. Mereka mau menyebutkan umur tertentu, dan karena itu mereka pilih tahun yang mereka anggap jauh melampaui umur-Nya. Dia tidak tampak berumur empat puluh tahun, tetapi mereka yakin bahwa Dia pasti belum mencapai usia lima puluh tahun, apalagi sezaman dengan Abraham. Umur tua dipandang dimulai pada usia lima puluh tahun (Bil. 4:47), sehingga apa yang dimaksudkan mereka di sini tidak lebih daripada ini, "Engkau belum bisa dipandang sebagai orang tua, banyak dari antara kami yang jauh lebih tua daripada Engkau, namun Engkau mengaku telah melihat Abraham." Sebagian orang berpendapat bahwa wajah-Nya sudah berubah sedemikian rupa, oleh karena Dia mengalami berbagai kesusahan dan sering berjaga-jaga, sehingga, bersamaan dengan kematangan perangai-Nya, hal itu membuat-Nya tampak seperti orang yang berumur lima puluh tahun: begitu buruk rupanya (Yes. 52:14).

- Juruselamat kita memberikan jawaban yang ampuh terhadap kesalahan yang mereka cari-cari ini, dengan menegaskan secara khidmat umur-Nya yang lebih tua bahkan dibandingkan dengan Abraham sendiri (ay. 58): "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya; Aku tidak hanya mengatakannya secara pribadi kepada murid-murid-Ku sendiri, yang pasti akan mengatakan apa yang Aku katakan, tetapi juga kepada kamu musuh-musuh-Ku dan penganiaya-penganiaya-Ku. Aku mengatakannya di hadapan mukamu, jadi terimalah ini sebagaimana kamu ingin menerimanya: sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Prin Abraam genesthai, egō eimi, Sebelum Abraham diciptakan atau dilahirkan, Aku telah ada. Perubahan kata yang terjadi di sini dapat diamati, dan itu berbicara tentang Abraham sebagai makhluk, dan Dia sendiri sebagai Pencipta. Oleh karena itu, boleh saja Dia menjadikan diri-Nya lebih besar daripada Abraham. Sebelum Abraham jadi, Aku telah ada,

Pertama,
sebagai Allah. Aku (adalah Aku), adalah nama Allah (Kel. 3:14). Nama ini menggambarkan keberadaan-Nya oleh diri-Nya sendiri (self-existence). Dia tidak berkata Aku dulu ada, tetapi Aku ada, sebab Dia adalah yang awal dan yang akhir, yang sama sejak dari kekekalan (Why. 1:8). Dengan demikian, Dia sudah ada bukan hanya sebelum Abraham jadi melainkan juga sebelum seluruh alam semesta diciptakan (1:1; Ams. 8:23).

Kedua,
sebagai Pengantara. Dialah Sang Mesias yang ditetapkan itu, jauh sebelum Abraham ada. Anak Domba yang telah disembelih sejak dunia dijadikan (Why. 13:8), saluran pembawa terang, hidup, dan kasih dari Allah kepada manusia. Ungkapan ini sudah menyatakan secara tidak langsung bahwa Dia mempunyai sifat ilahi, bahwa Dia selalu sama sejak dari kekekalan (Ibr. 13:8), dan bahwa Dia sama bagi manusia sejak saat Kejatuhan. Oleh Allah Dia dijadikan sebagai hikmat, kebenaran, pengudusan, dan penebusan bagi Adam, Habel, Henokh, Nuh, dan Sem, dan semua bapa leluhur yang hidup dan mati di dalam iman kepada-Nya sebelum Abraham dilahirkan. Abraham adalah akar dari bangsa Yahudi, gunung batu yang darinya mereka terpahat. Jika Kristus sudah ada sebelum Abraham, maka ajaran dan agama-Nya bukanlah sesuatu yang baru, melainkan, dalam hal hakikat, mendahului agama Yahudi (Yudaisme), dan harus menggantikannya.

- Perkataan yang agung ini mengakhiri perselisihan itu secara tiba-tiba dan menghentikannya begitu saja: mereka tidak tahan lagi mendengarkan-Nya, dan Dia tidak perlu mengatakan apa-apa lagi kepada mereka, setelah memberikan kesaksian dan pengakuan yang baik ini, yang sudah cukup untuk mendukung semua pernyataan-Nya. Kita mungkin berpikir bahwa perkataan Kristus, yang di dalamnya menyinarkan anugerah maupun kemuliaan dengan begitu terangnya, pasti sudah menawan hati mereka semua. Namun, prasangka mereka yang sudah berurat akar melawan ajaran dan hukum Kristus yang kudus serta rohani, yang begitu berlawanan dengan kesombongan dan keduniawian mereka, membuat gagal segala cara apa pun yang dilakukan untuk meyakinkan mereka. Sekarang digenapilah nubuatan itu (Mal. 3:1-2), bahwa ketika utusan kovenan itu masuk ke bait-Nya, mereka tidak dapat tahan akan hari kedatangan-Nya, karena Dia akan menjadi seperti api tukang pemurni logam.


BcO Bilangan 20:1-13; 21:4-9

Miryam mati
20:1 Kemudian sampailah orang Israel, yakni segenap umat itu, ke padang gurun Zin, dalam bulan pertama, lalu tinggallah bangsa itu di Kadesh. Matilah Miryam di situ dan dikuburkan di situ.
Dosa Musa dan Harun
20:2 Pada suatu kali, ketika tidak ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka mengerumuni Musa dan Harun, 20:3 dan bertengkarlah bangsa itu dengan Musa, katanya: "Sekiranya kami mati binasa pada waktu saudara-saudara kami mati binasa di hadapan TUHAN! 20:4 Mengapa kamu membawa jemaah TUHAN ke padang gurun ini, supaya kami dan ternak kami mati di situ? 20:5 Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membawa kami ke tempat celaka ini, yang bukan tempat menabur, tanpa pohon ara, anggur dan delima, bahkan air minumpun tidak ada?" 20:6 Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN kepada mereka. 20:7 TUHAN berfirman kepada Musa: 20:8 "Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya." 20:9 Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya. 20:10 Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?" 20:11 Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. 20:12 Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka." 20:13 Itulah mata air Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan kekudusan-Nya di antara mereka.

Ular tembaga
21:4 Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. 21:5 Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." 21:6 Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. 21:7 Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. 21:8 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." 21:9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.




Daftar Label dari Kategori Renungan Katolik 2024
Lagu Anak(1)




Nama-Nama Bayi Katolik Terlengkap

Kalender Liturgi Katolik 2024 dan Saran Nyanyian

Kalender Liturgi Katolik Desember 2023 dan Saran Nyanyian


Orang Kudus Katolik Dirayakan Desember
Santo-Santa 13 Desember - Santa Lusia (Perawan dan Martir), Santa Odilia atau Ottilia (Pengaku Iman)

MAZMUR TANGGAPAN & BAIT PENGANTAR INJIL
- PASKAH
- KENAIKAN
- PENTAKOSTA
- BIASA



NEXT:
Renungan Katolik Jumat, 22 Maret 2024 - Yohanes 10:31-42 - BcO Bilangan 22:1-8a.20-35 - Hari Biasa Pekan V Prapaskah

PREV:
Renungan Katolik Rabu, 20 Maret 2024 - Yohanes 8:31-42 - BcO Bilangan 16:1-11.16-24.28-35 - Hari Biasa - Pekan V Prapaskah





Arsip Renungan Katolik 2024..


Jadwal Misa Gereja Seluruh Indonesia
1. Map/Peta Gereja Katolik di Jakarta
2. Map/Peta Gereja Katolik di Surabaya
3. Map/Peta Gereja Katolik di Makassar
4. Map/Peta Gereja Katolik di Bandung
5. Map/Peta Gereja Katolik di Medan
6. Map/Peta Gereja Katolik di Depok
Agustus - Hati Maria Yang Tidak Bernoda(3)
April - Sakramen Maha Kudus (6)
Bulan Katekese Liturgi(5)
Bulan November - Jiwa-jiwa Kudus di Api penyucian(4)
Bulan Oktober - Bulan Rosario(1)
Bulan Oktober - Bulan Rosario suci(4)
Desember - Bunda Maria yang dikandung tanpa noda(4)
Februari - Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep(5)
Ibadah(1)
Januari - Bulan menghormati Nama Yesus(5)
Juli - Darah Mulia(2)
Juni - Hati Kudus Yesus(10)
Maret - Pesta St. Yosep(3)
Mei - Bulan Maria(8)
Penutup Bulan Rosario(1)
Peringatan Arwah(2)
Rabu Abu(1)
SEPTEMBER - TUJUH DUKA MARIA(7)